"Kau bisa menemuinya hari ini setelah dia pulang sekolah, aku harap kau benar-benar serius. Karena di hadapanku kau hanyalah butiran debu." Ucap Yoona dengan senyuman sinis yang menawan.
Sebenarnya Yoona tidak ingin menggunakan cara ini, hanya saja Jisung memancing egonya sebagai seorang penguasa yang ingin mengendalikan segalanya. Sehingga Yoona akhirnya memilih untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya untuk memperlihatkan siapa diri Jisung sebenarnya, yang tidak lebih dari seorang penggila uang. Yoona yakin bahwa Jisung pasti penggila uang dan penolakan Jisung adalah salah satu cara agar Yoona mau membayarnya dengan harga yang mahal.
Jisung tersenyum, dokter muda itu mengangkat cangkir teh dengan sangat anggun dan meminumnya. Sudut bibirnya masih tertarik ke atas menampilkan senyuman anggun yang membuat Yoona sedikit terpaku.
"Anda memang benar Nyonya, saya hanyalah butiran debu yang tidak ada apa-apanya dengan nyonya keluarga Na yang memiliki kehidupan bergelimang harta."
Yoona tersenyum menang, dia tahu bahwa akhirnya Jisung juga sama seperti orang lain, yaitu penjilat. Seharusnya sedari tadi Yoona tak perlu menurunkan ego dan hanya perlu menunjukkan kekuasaan dan kekuasaannya.
"Bagus, kau sudah sada...."
"Tapi tahukah anda, bahwa butiran debu juga bisa menyakiti seseorang ketika dia mengenai mata? Tentunya anda tahu bahwa mata akan mengalami iritasi dan terus-menerus mengeluarkan air karena ulah debu bukan? Saya harap anda tahu maksud saya, Nyonya." Balas Jisung telak.
Yoona terdiam mendengar perkataan Jisung, baru kali ini ada seseorang yang berani melawan dirinya. Hal itu membuat Yoona merasa tertantang untuk menaklukkan orang tersebut. Sekarang Yoona paham kenapa Jaemin begitu terobsesi dengan dokter muda ini. Awalnya Yoona tidak setuju dengan obsesi anaknya itu, tapi sekarang Yoona akan mendukung obsesi anaknya itu.
Kring! Kring!
"Maaf, sepertinya aku harus mengangkat ponsel terlebih dahulu." Ucap Yoona meninggalkan Jisung yang menatap Taehyun dengan heran.
Wajah Taehyun saat ini seperti seseorang yang ketakutan.
"Kau memiliki kepribadian yang sangat menarik. Aku rasa tidak perlu menghabiskan banyak waktu lagi, ayo langsung ke apartemen yang telah aku sediakan! Dan untuk izin aku sudah mendapatkannya melalui asisten pribadiku." Ucap Yoona kepada Jisung yang hanya terdiam menatap Yoona dengan wajah kebingungan.
"Tapi kau bilang padaku bahwa kau akan membeli apartemen itu berarti kau belum membelinya kan? Tapi kenapa sekarang apartemennya sudah tersedia?" Tanya Jisung kebingungan, dirinya sama sekali tidak mengerti dengan jalan pemikiran orang kaya.
"Menurutku hal itu bukanlah sesuatu yang sulit, selagi kau punya uang maka kau akan selalu mendapatkan kemudahan dan kekuasaan, dokter Park." Balas Yoona dengan senyum misterius.
Jisung langsung terpaku dirinya baru saja menyadari bahwa ada sesuatu yang salah sekarang. Tapi sudah terlambat baginya untuk mundur karena atasannya telah memberikan persetujuan kepadanya dan Yoona sudah membayar mahal dirinya. Tentunya Jisung mengetahui hal itu ketika Taehyun buru-buru berbisik kepadanya saat Yoona sibuk mengangkat telepon.
"Sial," gumam Jisung kepada dirinya sendiri.
°°°°
"Aku sudah mendengar semuanya, sudah aku katakan bukan bahwa Park Jisung memiliki kepribadian yang menarik!" Ucap seorang pemuda yang sedang menelepon Yoona.
"Kau benar Jaemin, dia punya pribadi yang menarik. Dokter muda itu seperti tidak takut pada apapun padahal aku sangat yakin bahwa didalam hatinya dia sedang berteriak ketakutan kepadamu, Jaemin." Ucap Yoona.
Saat ini Yoona mengangkat telepon putranya, sehingga dirinya harus meninggalkan Jisung yang kelihatan sudah pucat pasih saat mendengar bisikan dari Taehyun.
"Aku sudah tidak sabar untuk menemui dirinya, bawa dia secepatnya kepadaku. Aku ingin segera memiliki dirinya." Perintah Jaemin kepada ibunya.
"Tenang, secepatnya aku akan membawakan dia untuk mu. Sekarang lebih baik kau atasi terlebih dahulu tikus tikus menjijikkan itu. Lalu kirimkan kepalanya kepada 'Dia' sedangkan organ mereka kau bisa menjualnya, hitung-hitung sebagai uang saku tambahan." Ucap Yoona lalu menutup teleponnya.
Jaemin hanya menatap ponselnya dengan tatapan tidak tertarik. Dirinya berbalik kebelakang dan melihat orang-orang yang terikat di kursi sedang memejamkan matanya ketakutan. Jaemin tertawa senang melihat rasa takut mereka, "Apakah kalian sedang berdoa agar seorang malaikat menyelamatkan kalian?"
Jaemin membawa pisau tumpul di tangannya yang sudah dilapisi dengan sarung tangan karet berwarna putih. "Sepertinya tuhan mendengarkan doa kalian karena tuhan benar-benar mengirimkan seorang malaikat untuk kalian." ucap Jaemin sekali lagi.
Sekarang orang-orang itu membuka matanya penuh harapan namun, mereka sama sekali tidak menemukan apapun disana selain Jaemin yang tersenyum mengerikan.
"Mencari keberadaan sang malaikat?" Tanya Jaemin yang kini memutari kursi dimana mereka di ikat.
"Tuhan memang mengirimkan kalian malaikat kok, tapi bukan malaikat penyelamat melainkan...."
Srek!
Jaemin menjambak rambut salah seorang dari mereka.
Jleb!
Srek!
Srek!
Srek!
Arghh!
Jaemin menancapkan pisaunya tepat di leher orang yang dia jambak dia menggoyangkan pisau itu ke kanan ke kiri memperdalam bekas luka karena pisau tumpul itu, darah kini muncrat ke baju dan wajahnya. Jaemin tertawa menikmati sensasi cairan merah kental yang mengenai wajahnya itu.
"Tuhan mengirimkan malaikat pencabut nyawa untuk kalian, dan malaikat itu adalah aku. Tapi sayangnya aku tidak bisa bermain sepuasnya dengan kalian, karena aku harus menjemput seseorang." Ucap Jaemin kepada mereka semua.
"Jadi aku akan membunuh kalian satu persatu, tunggulah giliran kalian. Sekarang aku pergi dulu. Jun! Cambuk mereka semua." Perintah Jaemin kepada salah seorang anak buahnya.
Jaemin pergi dengan darah yang menempel di seluruh baju dan wajahnya, Jaemin bersenandung senang karena sebentar lagi dia akan datang.
"Pasti kau suka dengan kejutan ini," gumam Jaemin sembari membayangkan wajah ketakutan Jisung saat melihat penampilannya yang seperti ini.
Jaemin terus menerus tersenyum sembari membawa mobilnya, "Sekarang aku bisa memiliki mu seutuhnya, aku sudah tidak memerlukan foto-foto mu yang selama ini aku kumpulkan hanya untuk memenuhi rasa obsesi kepadamu. Karena kau sekarang benar-benar dalam cengkraman ku, Park Jisung."
Bersambung...