OO3 : Terperangkap

926 135 8
                                    

Jisung menatap ke sekeliling, dia melihat ke arah kanan dan kiri guna mengamati ruangan ini dengan lebih jelas.

"Kau suka dengan apartemennya?" Tanya Yoona tersenyum congkak, wanita itu duduk dengan anggun sembari menyeduh teh hijau.

Jisung menggeleng, "Apartemen ini terlalu mewah nyonya, kita hanya membutuhkan tempat sederhana,"

Perkataan Jisung memang benar, apartemen dengan nuansa abu-abu ini terasa sangatlah mewah. Memiliki 4 kamar, dapur, ruang makan, ruang tamu. Berbeda sekali dengan apartemen Jisung yang hanya memiliki satu buah kamar, dapur sekaligus dengan ruang makan, dan ruang tamu yang dapat dilihat begitu membuka pintu.

Yoona menggeleng tidak setuju, "Tidak bisa, anakku terbiasanya dengan kemewahan."

"Kau nampak begitu memanjakannya, nyonya," tutur Jisung.

Yoona tersenyum, "Dia anakku, wajar jika aku memanjakan darah dagingku sendiri karena bagaimanapun aku yang melahirkannya,"

Jisung mengangguk paham. Kasih sayang seorang ibu memang selalu seperti itu, tulus tanpa ada tuntutan di mereka. Ibu akan memberikan hal yang paling baik jika itu menyangkut anak mereka.

"Kau bisa menggunakan kamar dengan pintu hijau, lalu disini aku tidak menaruh benda-benda tajam karena akan berbahaya sehingga disini tidak ada pisau, cermin, garpu, dan lainnnya!" Terang Yoona.

Jisung mengangguk paham memang akan berbahaya jika ditempat ini ada benda-benda berbahaya karena bisa saja sewaktu-waktu Jaemin kambuh dan melukai dirinya.

"Jadi ketika memasak kita memakai apa?" Tanya Jisung bingung.

"Aku membeli bahan makanan yang sudah dipotong, jadi kau hanya perlu memasak jika lapar," balas Yoona santai.

Jisung mengangguk, keduanya menghabiskan waktu untuk diam sembari menyesap teh hijau buatan Yoona.

"Aku harus segera pergi, kau bisa beristirahat di kamarmu. Putraku sebentar lagi pulang, persiapkan saja dirimu," Yoona menenteng tasnya, dirinya pergi mengunci apartemen tersebut.

Sedangkan Jisung tanpa curiga langsung masuk ke dalam kamar barunya yang nampaknya sangatlah nyaman.

"Semoga aku selamat," harap Jisung, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Saat ini Jisung tidak perlu lagi ke rumah sakit, dia hanya perlu mengawasi anak konglomerat itu sampai sembuh. Setelah itu maka Jisung akan kembali lagi ke rumah sakit tempat dia bekerja. Mungkin saja Jisung bisa bersantai saat ini walaupun itu semua sebuah kemustahilan karena saat ini Jisung menghadapi pasien yang merupakan seorang kriminal akan sulit bagi Jisung lepas dari pasien tersebut.

Setelah selesai mandi Jisung langsung mengambil baju yang ada di lemari, baju piyama satin yang mewah terlihat sangatlah indah saat Jisung yang memakainya. Anehnya lagi, pakaian itu terlihat pas di Jisung seakan-akan sudah dipersiapkan untuk Jisung.

Deg!

Jisung meringis saat menyadari keganjilan ini, apartemen mungkin bisa dibeli dengan cepat. Tapi baju seukuran dirinya? Apakah itu kebetulan? Apalagi kamar ini juga memiliki warna kesukaannya, terlebih apartemen tipe ini adalah apartemen impiannya. Bukankah ini terlihat seperti disengaja?

Otak Jisung berputar dengan cepat, kemungkinan Yoona dan anaknya sudah lama menargetkan dirinya, kenapa Jisung tidak sadar? Bukankah dari tawaran pertama yang Yoona berikan saja sudah nampak ganjil? Karena banyak seorang psikiater yang lebih hebat dari pada dirinya.

Belum lagi keluarga Na pasti memiliki dokter pribadi. Tentunya dokter pribadi itu memiliki kenalan seorang psikiater yang sangat berpengalaman.

Jisung tersentak saat mendengar nada dering teleponnya, Jisung langsung mengambil ponselnya. Tertera bahwa yang menghubungi Jisung adalah Taehyun asistennya.

"Iya, Taehyun. Ada apa?" Tanya Jisung.

Jisung kini berjalan mondar-mandir sembari menggigiti kukunya, dirinya benar-benar merasa frustasi sehingga tidak sadar melakukan selfharm.

"Jisung, kata kepala rumah sakit kau diberhentikan! Dirinya bilang bahwasannya kau mengajukan pengunduran diri dan pergi dari kota ini! Bukankah hal ini terlihat sangat aneh?" Ungkap Taehyun yang kini membuat Jisung semakin yakin bahwa kedua orang ibu dan anak itu memang menargetkan dirinya.

"Sial, ini jebakan!" Jisung membuka pintu kamarnya, tidak ada waktu untuk berpikir sekarang dia harus lari dari sini.

Jisung langsung pergi menuju pintu keluar satu-satunya, dirinya berusaha membuka pintu apartemennya. Jisung menarik pintu itu dengan paksa tapi tak ada perubahan sama sekali.

"Taehyun, pintu ini tidak bisa dibuka! Bagaimana ini?" Panik Jisung.

"Tenang Jisung, kau punya kartu askes untuk membuka apartemen itu kan?" Tanya Taehyun.

Benar, Taehyun benar. Jisung memiliki kartu akses apartemen. Buru-buru Jisung berbalik untuk mengambil kunci apartemen namun, hal yang ada di hadapan Jisung membuatnya mematung.

Tubuh Jisung bergetar, badannya melemas, ponselnya terlepas dari genggamannya, sedangkan Jisung kini sudah terduduk di lantai dengan pandangan ketakutan.

"Jisung? Kau disana? Jisung?" Seru Taehyun di seberang ponsel.

"K-kau?" Seru Jisung ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, bibirnya membiru wajahnya memucat.

"Hi, My love, what are you doing right now? Do you want to get away from me?" Seru Jaemin, sosok yang membuat Jisung ketakutan.

Jaemin saat itu tersenyum mengerikan dengan darah di wajah dan bajunya, tangannya memegang kartu akses apartemen milik Jisung.

Jaemin mendekati Jisung membuat Jisung perlahan mundur dengan tubuh yang bergetar ketakutan, Jisung terus mundur hingga menabrak pintu.

"Jisung? Jawab aku! Aku mohon!" Seru Taehyun.

Jaemin mengambil ponsel Jisung, membanting ponsel tersebut. Jaemin menatap ponsel yang telah hancur itu dengan tatapan tajam, "Sekarang tidak ada lagi yang menggangu kita, My love!"

Jisung menangis, tangannya meraba mencari benda yang bisa membantu dirinya.

"Why do you cry, my love?" Tanya Jaemin dengan senyuman seramnya.

Jaemin mendekati Jisung, menggenggam wajah Jisung dengan tangan yang penuh darah, Jaemin mencengkram dagu Jisung memaksa Jisung untuk menatap dirinya.

Jisung memejamkan matanya, bibirnya ia gigit, terdengar sedikit isakan dari Jisung yang benar-benar merasa ketakutan saat ini.

Jaemin mengusap pipi Jisung yang terdapat air mata di sana, usapan itu begitu lembut namun, menakutkan terlebih tangan itu penuh dengan darah.

Jaemin kini tertawa keras saat melihat Jisung semakin ketakutan dan menangis, Jaemin memeluk Jisung dengan erat seakan-akan ingin menghancurkan pemuda itu.

"Kau sudah terperangkap, tidak ada jalan keluar dari tempat ini kecuali akulah yang membuang mu! Selamat datang, My Love!" Tutur Jaemin penuh dengan ancaman.

Red LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang