OO4 : Takut

994 128 26
                                    

"Pergi! Jangan mendekat! Atau aku akan lapor pada..."

"Lapor pada siapa honey? Polisi? Bahkan ponselmu saja sudah hancur, Love!" Seru Jaemin.

Jaemin semakin mendekati Jisung, hingga kini dirinya benar-benar berada di depan Jisung, Jaemin tertawa dengan wajah yang penuh darah.

Hal itu membuat Jisung semakin ketakutan, dirinya tidak pernah menghadapi pasien seperti ini, walaupun dia adalah seorang dokter kejiwaan tapi untuk saat ini adalah hal yang wajar jika Jisung ketakutan.

Jisung memejamkan matanya, dia bergetar hebat saat merasakan Jaemin mengelus pipinya, jemari dingin yang penuh darah itu menyentuh pipinya dengan lembut seakan-akan tidak ingin melukai dirinya.

"Jangan menangis, Love! Aku tidak akan menyakiti dirimu, tentunya kalau kau menurut padaku, Love!" Ucap Jaemin pada Jisung.

"Pergi! Kau menakutkan!" Teriak Jisung, dirinya berusaha mendorong Jaemin untuk menjauh dari dirinya.

Jaemin mendecih, emosinya itu tidak stabil lalu Jisung? Bagi Jaemin Jisung adalah orang yang dia sukai, Jisung adalah orang yang seharusnya menerima keadaannya apapun yang terjadi, Jaemin tidak akan pernah bisa menerima penolakan yang diberikan Jisung pada dirinya.

Jaemin dengan implusif mencengkram bahu Jisung, sangat kuat hingga membuat Jisung kesakitan, Jaemin melotot marah, dirinya mengguncang tubuh Jisung sambil berteriak,

"Kau adalah milikku! Kau tidak berhak untuk menolak diriku! Karena akulah yang berhak mengatur dirimu, Love!" Teriaknya penuh emosi. 

Mendapat perlakuan begitu membuat Jisung tersentak, dirinya semakin ketakutan. Kini tangisannya pecah, Jisung menangis sejadi-jadinya, bahkan saat ini Jisung tidak lagi menahan suara tangisnya.

"Kau menakuti ku! Kau benar-benar membuat ku merasa tertekan!" Tangisnya terdengar begitu pilu.

Jaemin yang melihat pujaan hatinya menangis dengan begitu pilu langsung saja memeluk Jisung dengan erat.

"Maaf, Love! Jangan menangis, a-aku akan membersihkan diri agar kau tidak takut!" Seru Jaemin dengan panik.

"Benarkah?"

"Iya, sekarang hentikan tangisanmu dan ikut aku, Love!" seru Jaemin.

Jisung menghentikan tangisannya, dia mengikuti Jaemin yang kini menuntun dirinya menuju kamar milik pemuda itu.

Jaemin mengunci pintu kamarnya, kemudian menyuruh Jisung untuk duduk di ranjang sedangkan Jaemin pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Diam lah di sana! Jangan bertingkah aneh, jika tidak kau akan tau akibatnya, Love!" Ancam Jaemin.

Jisung hanya mengangguk, nyawanya sedang terancam. Mungkin jika dia bertindak impulsif maka itu sama saja dengan mengantarkan nyawanya pada malaikat pencabut nyawa.

Jisung menatap kamar Jaemin yang di dominasi oleh warna merah maroon, kamar ini mengingatkan Jisung dengan Jaemin yang berlumuran darah saat pertemuan pertama mereka tadi.

Jisung menghela napas, "Aku sudah tidak punya pilihan lain selain terjebak di sini bersama seorang pembunuh. Sekarang yang bisa aku lakukan adalah bertahan hidup dan mencoba untuk mengubah dirinya, atau malah mati ditangan dirinya!"

Jisung menyadari bahwa sepertinya Jaemin memiliki perasaan kepada dirinya, apalagi ucapan dan tatapan Jaemin kepadanya seperti seseorang yang memiliki perasaan lebih ke dirinya.

Dugaan itu semakin diperkuat dengan tindakan Jaemin yang tiba-tiba menjadi lembut saat dirinya menangis dengan kencang.

Namun, hal itu tidak akan menghentikan Jaemin untuk melukai Jisung jika seandainya Jisung melanggar atau menolak perintah Jaemin, terbukti saat Jisung berusaha menolak keberadaan Jaemin, remaja itu dengan implusif melakukan kekerasan kepada dirinya.

Sekarang Jisung punya dua poin utama yang dapat membantunya dalam mengambil keputusan apa yang harus dia lakukan.

Poin pertama adalah Jaemin menyukai dirinya dan poin kedua adalah Jaemin tidak suka dibantah apalagi pada seseorang yang sudah dia lebeli sebagai miliknya.

Kemungkinan Jisung bisa merubah Jaemin sangatlah besar karena pemuda itu jatuh hati kepada Jisung, tentunya jika Jisung dapat menerima pemuda itu dengan baik. Tapi kemungkinan Jisung untuk mati juga besar seandainya dirinya menolak kehadiran Jaemin, remaja itu mungkin bisa nekat dan akhirnya menghabisi dirinya.

Memikirkan hal ini benar-benar membuat Jisung pusing, Jaemin sudah membuat dirinya terkejut secara mental, sepertinya jika Jisung terlalu lama di sekitar Jaemin maka dia akan terkena penyakit mental juga.

Jadi pilihan Jisung adalah mencoba menyembuhkan Jaemin kemudian lari sejauh-jauhnya dari Jaemin. Atau bersikap baik kepada Jaemin hingga mendapatkan kepercayaan dan akhirnya lari dari Jaemin.

"Love? Kau sedang memikirkan apa?" Tanya Jaemin kepada Jisung yang sedang termenung.

Jisung yang masih ketakutan langsung menggeleng dengan kaku. "Tidak ada!"

Jaemin menatap Jisung dengan tatapan tajam seakan-akan menilai Jisung tentang sesuatu, "Kau yakin? Apa jangan-jangan kau berpikir untuk kabur, Love? Aku peringatkan kepadamu, aku tak segan untuk mematahkan bahkan memotong kakimu jika kau berusaha kabur dariku, Love!"

Hancur sudah ambisi Jisung untuk lari, Jaemin benar-benar menakutkan hingga Jisung saja merasa sangat merinding dan terancam ketika dekat dengan Jaemin.

"Tidak! Aku tidak akan kabur," ucap Jisung dengan spontan.

Jaemin tersenyum cerah, "Keputusan yang bijak, Love!"

Jisung mengangguk, kemudian menatap Jaemin dengan takut-takut, "Jaem..."

Jaemin yang mendengar namanya dipanggil oleh Jisung mau tak mau langsung tersenyum manis, "Iya, Love? Ada apa? Ngomong-ngomong aku suka saat mendengar suaramu memanggil diriku, apalagi saat kau memanggilku dengan desahan!"

Jisung semakin dibuat terkejut, nyatanya selain menakutkan Jaemin juga merupakan sosok yang mesum.

"Aku adalah Park Jisung seorang psikiater yang ditugaskan ibumu untuk membantu dirimu agar sembuh," terang Jisung.

Senyuman Jaemin berubah, dia tidaklah sakit. Ibunya hanya beralasan agar Jisung masuk ke perangkapnya.

"Sepertinya ada kesalahpahaman, Love! Aku tidaklah sakit, aku sehat!"

"Tapi kau..."

"Lebih baik jangan berdebat denganku, Love! Akan berbahaya jika aku lepas kendali, Love! Sekarang temani saja aku istirahat, jangan membantah karena aku tidak suka bantahan, Love!"

Jisung langsung mengangguk, dia tidak berani melawan Jaemin selain karena Jaemin adalah seorang pembunuh. Dia juga adalah seorang anak konglomerat, mudah saja baginya untuk menghapuskan nama Jisung dari dunia ini hanya dengan menggunakan uangnya yang tidak akan pernah habis itu.

Jaemin tersenyum, kemudian naik ke ranjangnya, berbaring di ranjang tersebut dengan celana pendek serta kaos tanpa lengan.

Jisung diam, memperhatikan Jaemin sampai Jaemin memanggil dirinya.

"Love, kemari! Berbaringlah di sebelah diriku, Love!" Seru Jaemin menepuk sebelah ranjang yang masih kosong. Menyuruh Jisung untuk berbaring di tempat itu.

Jisung melakukan perintah Jaemin, tanpa aba-aba Jaemin langsung memeluk Jisung dengan erat.

"Tidurlah, Love!"

°°°

Red LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang