Bab 10

102 2 1
                                    

SANTET   CELANA  DALAM  10

"Aku nggak menyangka  kalau nasib Ambar setragis itu. Tapi, kenapa dia bunuh diri?" Galih mencoba menelaah cerita Lidra.

"Hanya Ambar yang bisa menjawab, kenapa dia sampai nekad bunuh diri. Hari ini kita menginap di rumah Mas Rendra saja. Aku capek banget, besok baru kita pergi ke rumah Ustad Ilham, bagaimana?" Raga meminta pendapat pada Galih.

"Boleh, aku juga capek. Kita cari makan dulu warung depan itu sepertinya ramai," tunjuk Galih. Mereka pun memutuskan untuk mampir ke warung tersebut. Perut mereka sudah keroncongan sejak tadi.

Baru saja makanan Galih datang, ia melihat lelaki tua yang kemarin mengguyur Ita di cafe. Galih pun tak jadi makan, ia membawa piringnya lalu menghampiri lelaki gila itu yang sedang duduk sendirian di seberang jalan.

"Gal, mau kemana?" panggil Raga.

"Sebentar," jawabnya. Galih menengok ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang jalan.

"Pak,"  panggil Galih, lelaki gila itu sama sekali tak menyahuti.
Lelaki gila itu sedang menikmati buah pisang. Galih pun ikut duduk bersama lelaki itu di atas rumput.

"Makan, Pak," Galih menyodorkan piring berisi nasi campur kepada lelaki gila tersebut. Lelaki itu langsung menerimanya dan memakan nasi itu dengan lahab.

"Nama Bapak siapa?" tanya Galih. Entah kenapa ia merasa sangat penasaran dengan lelaki gila tersebut.

"Aku Ragen Anggoro Satya Agung."

Bagus juga namanya, pikir Galih. "Wah, keren sekali namanya,   Pak Raden asalnya dari mana?"

"Aku utusan dari langit, gusti Allah menyuruhku turun ke bumi untuk menyelamatkan umatnya yang salah kaprah. Manusia-manusia yang lebih mementingkan urusan dunia dari pada akhiratnya. Padahal kahikatnya mereka hidup itu untuk mati, tujuan mereka cuma satu yaitu Allah SWT."

"Bapak benar, sebentar." Galih meninggalkan lelaki gila tersebut dan kembali ke warung mengambil dua botol air mineral.

"Ngapain sih, kamu, Gal?" tanya Raga saat Galih kembali.

"Sedekah," jawab Galih singkat. Galih pun kembali menemui pria gila tadi.

Dua air mineral tersebut dibukannya. Galih membaca surah An-nas tiga kali lalu meniupkan ke salah satu air mineral tersebut.

"Minum dulu, Pak." Galih menyodorkan satu air mineral kepada lelaki tersebut. Ia menoleh kepada Galih, tak langsung menerima, lelaki gila itu melirik air yang Galih pegang di tangan satunya.

"Aku mau yang itu saja," kata lelaki Gila tersebut.

"Bapak yang ini saja," kata Galih memancing.

"Aku mau air yang sudah kamu bacakan surah An-nas.
Qul a'uzu birabbin-nas. Makikin nas. Ilahin-nas. Min syarriill wa wasil khannas. Alladzi yuwaswisu fi sudurin nas. minal jinnati wan nas. Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

Pernyataan lelaki gila itu semakin membuat Galih tercengang. Ia bahkan hanya membaca surah An-nas itu dalam hati, tetapi lelaki gila itu bisa mengetahuinya bahkan hafal artinya. Galih pun memberikan air mineral itu kepada lelaki gila tersebut.

Lelaki gila itu lalu meminumnya. "Di kepalamu ada sihir yang ditiupkan lewat keningmu. Hati-hati," pesan lelaki gila tersebut membuat kedua alis Galih menaut.

"Sihir?"

"Ya." Kali ini wajah lelaki gila itu tampak serius, ia menoleh ke wajah Galih. Jari telunjuknya menunjuk kening Galih. "Dari sini lalu ia mulai menguasai otakmu. Lama-lama seluruh pikiranmu akan terisi hal yang tidak kamu inginkan, seperti yang terjadi kepada gadis malang itu," katanya sebelum meneruskan makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANTET PAKAIAN DALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang