Menjadi anak dari seorang ayah yang bekerja berpindah-pindah tempat membuat Sakura sudah agak terbiasa dengan sekolah, rumah dan teman baru, dia dan ibunya sudah teramat tak asing dengan keadaan ini dan menamai hidup mereka sebagai 'keluarga yang tak kenal mabuk kendaraan' karena terkadang sang ayah bisa pindah ke tempat terjauh, bahkan bisa menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk sekali perjalanan, ya seharusnya kepindahan kali ini pun begitu......
Tapi namanya perjalanan memang tak selalu mulus, mereka juga tak jarang menemukan kesulitan tentang beberapa hal remeh yang membuat pusing. entah tinggal di dekat pemakaman, dekat hutan, atau bahkan jauh dari keramaian dan harus bersusah payah berbelanja menyetok makanan yang banyak agar kebutuhan mereka terpenuhi tanpa harus bolak-balik ke kota. Termasuk sekarang pun mereka harus tinggal di pedalaman desa, warga di sini tak begitu banyak, sekolah SMA hanya ada dua dan sedihnya sekolah yang Sakura anggap agak normal tidak menerima siswa pindahan tanpa surat-surat lengkap, andai saja mereka tau berpindah tempat kesana-kemari tanpa aba-aba saja sudah sangat merepotkan, ini lagi harus pakai surat-surat kepindahan yang lengkap kan Sakura jadi kesal.
"Di sana tuh sekolah umum juga loh Ra, tapi ya gitu gak ada murid cewek, murid ceweknya ada di sekolahku semua," terngiang ucapan tetangganya yang baru ia kenal dua hari lalu karena baik sekali mau meminjamkan keluarga Sakura beberapa barang penting, karena milik mereka masih nyangkut di pengiriman barang.
"Jadi cowok semua gitu? Aduh gimana dong Naruto aku jadi takut,"
"Tenang aja mereka emang berandalan, suka berantem tapi kan gak mungkin nyerang cewek juga, lagian kata tante Tsuna kamu kan di sekolah itu cuman dua bulan aja biar dapet surat pindah terus ke sekolah aku deh,"
"Ya tapi kan dua bulan tuh lama, tetep aja takut,"
"Udah tenang aja," Sakura masih ingat juga beberapa pesan Naruto hari itu, dia benar-benar tak akan lupa karena dia harus aman sampai hari ke 60 atau syukur-syukur bisa lebih cepat, sekarang saja dia sudah menghela napas berkali-kali saat melihat gerbang besi karatan, tembok kelas yang catnya hampir luntur semua, juga atmosfer ketegangan saat melihat siswa-siswa yang berlalu lalang di depannya dengan wajah seram dan beberapa juga ada yang memakai anting, AAAH.
"Udah jangan takut, kan sekarang masih ada ibu," yap, mereka berdua kini sedang berada di kantor kepala sekolah dan hendak pergi ke kelas sebelas IPS satu-satunya, kata bapak kepsek langsung ke kelas saja dan mereka berdua pun menurut.
"Ibu khawatir gak sih sama aku?"
"Kalau gak khawatir ibu gak akan bayar dua kali lipat Ra, kamu aman kok, kalau ada yang macem-macem langsung aja telpon pak guru ya, nih ibu kirim-kirimin no nya, ada sepuluh guru yang jagain kamu, jangan takut," Sakura merasa jantungnya berdetak lebih kencang saat melihat kelasnya sudah dekat, bayangan lelaki badung membully nya sudah sejak kemarin menghantuinya dan saat sudah sedekat ini rasanya lebih membuat cemas.
"Ibu temenin sampe kamu dapet tempat duduk, semoga aja ada yang normal deh kaya anak SMA sewajarnya, mau ibu titipin kamu ke dia," sesuai dugaan kelas itu ramai, dandanan mereka mencolok bahkan mereka benar-benar tak cocok dengan seragam sekolahnya, Tsunade juga paham kondisi ini kok makanya dia saat masuk kelas menengok kanan-kiri, berharap ada satu saja murid yang terlihat normal seperti anak umur 16 tahun pada umumnya.
"Ayo sini Raaa," ibunya menarik lengan Sakura ke bangku nomor 4 di dekat jendela, Tsunade merasa beruntung memiliki penglihatan yang bagus bahkan di umur 50han, dia jadi bisa melihat siswa yang tak neko-neko dan juga tampan, hei...... ini sih melebihi ekspektasi, ini seperti melihat berlian di kubangan batu kali.
"Halo nak, duduk sendirian?" lelaki yang sejak tadi terlihat sedang meraut pensil itu hanya menoleh sedikit lalu mengangguk.
"Syukurlah, ini Sakura anak baru di sini, boleh kan dia duduk sama kamu? masakan tante enak banget loh, tante bakalan bikinin kamu bekal setiap hari kecuali hari libur kalau mau duduk sama Sakura, mau ya?" Sakura merasa sedikit marah, apa sih ibunya itu kok bisa-bisanya ada acara nyogok makanan segala padahal selama ini Sakura masak bekalnya sendiri karena ibunya ngeluh capek terus eh sekarang malah gini, tapi emang sih tu anak cowok kaya dingin banget, gak dengerin ibu dengan seksama, ibu kan orangnya gak gampang menyerah, apalagi cowok ini tuh kaya harapan satu-satunya gitu daripada Sakura duduk sama yang mukanya bengal sama serem dan kaya anak dugem murahan gitu deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
trapped [with u, s.]
FanfictionMenjadi anak dari seorang ayah yang bekerja berpindah-pindah tempat membuat Sakura sudah agak terbiasa dengan sekolah, rumah dan teman baru, dia dan ibunya sudah teramat tak asing dengan keadaan ini dan menamai hidup mereka sebagai 'keluarga yang ta...