3. Teman

151 35 5
                                    

BRUKK!

Ariana menatap tumpukan lembaran yang dibawanya dengan kesal. Sekarang lembaran itu jatuh ke lantai dekat ruang guru meski tidak terlalu berantakan. Ini sudah kedua kalinya dia mendapat tugas menyebar selebaran sebagai konsekuensi atas jabatan barunya di kelas. Kali ini selebaran rekomendasi Universitas tujuan pelajar saat lulus dari sekolah nanti. Tadi tangannya terselip karena ponselnya tiba-tiba berdering saat dia masih kewalahan mengatur kertas-kertas yang bergerak liar karena tidak terjilid itu. Dia menatap kertas-kertas itu tidak peduli lalu mengangkat telponnya.

"Halo." ujarnya kesal karena rasa lelahnya.

"Riana, hasil tes IELTS kamu sudah keluar, yah. Saya tunggu siang ini di tempat bimbel untuk tahap selanjutnya."

Seseorang dari seberang adalah guru bimbingan belajar Ariana. Gadis itu hanya merespons sejenak lalu mematikan ponsel kemudian mulai memunguti kertas-kertas yang berserakan di lantai.

"Butuh bantuan, gak?"

Sebuah suara membuat Ariana mendongak dan menatap pemilik suara yang sebenarnya sudah Ariana kenal tapi merasa tidak mungkin jika orang itu yang menawarkan bantuan. Sayangnya, mau bagaimana lagi, itu memang Excel yang saat ini malah sudah ikut berjongkok memunguti kertas-kertas itu. Ariana makin bersungut tidak merespon apa-apa karena Excel sendiri sudah bergerak sebelum dia menjawab 'iya'.

Selesai memunguti kertas, Ariana kemudian bangkit dan menatap kertas yang disodorkan Excel hasil bantuannya dari memungut tadi. Ariana meraihnya dengan kasar lalu berlalu meninggalkan Excel yang sejak tadi menatapnya menyadari cewek di depannya ini terlihat kesal padanya.

"Sama-sama." seloroh Excel datar pada Ariana sambil menatap gadis tersebut.

Langkah Ariana terhenti dan berbalik Excel. Gadis itu melemparkan tatapan yang benar-benar tajam saat ini.

"Tahu enggak ini kertas apa?" tembak Ariana langsung sambil menyentak kertas dengan kedua tangannya.

Excel menggeleng pelan dengan wajah innocent karena dia memang benar-benar tidak tahu.

Ariana bergerak mendekati Excel, lalu—BUK! Menghantamkan kertas itu ke dada Excel membuat tangan Excel yang tadi terbenam di kantong secara refleks bergerak memegang tumpukan kertas itu sambil menatap Ariana heran. Setelah yakin Excel memegangnya, Ariana menarik tangannya.

"Itu adalah tumpukan kertas yang menjadi tanggung jawab ketua kelas untuk dibagikan kepada seluruh siswa di kelas kita."

Excel memperbaiki berdirinya dan menimang kertas di tangannya, memperbaiki letaknya sebelum terhambur kembali. 

"Aku gak mau disuruh ngurusin hal kayak gini lagi. Kamu yang ketua, bukan aku!"

Ariana dengan sinis melenggang pergi meninggalkan Excel yang sejenak bingung sambil menatap tumpukan kertas di tangannya. Dia mengeluh pelan sambil menutup matanya malas. Sepertinya, hari-harinya akan menjadi lebih menyebalkan dari sebelumnya.

Excel berjalan di belakang Ariana menuju ke kelas dengan tangan penuh, sibuk memeluk tumpukan kertas. Hingga tiba-tiba langkah cewek di depannya terhenti, yang membuat Excel otomatis ikut berhenti. Ariana berbalik menatap Excel yang terlihat mengangkat alisnya bermaksud bertanya 'apa?' atau semacamnya. Namun, tidak perlu karena Ariana sudah menyodorkan sesuatu yang menunjukkan tujuannya tiba-tiba berhenti. Itu adalah brosur selebaran Islamic Boarding School yang disimpan Excel waktu itu. Mata Excel membulat lalu tanpa basa-basi merampas brosur itu dengan kasar. Dia tidak tahu jika benda itu ternyata sempat terjatuh dan dipungut oleh cewek ini.

"Kamu kenal sama Fatih?"

Excel mengangkat sebelah alisnya lagi. Merasa pertanyaan Ariana adalah hal paling tidak penting di dunia. Tapi Ariana tidak peduli, dia memang tidak butuh jawaban.

KISAH EXCELWhere stories live. Discover now