Part 2. Pengacau Suasana Di Kantin Sekolah

14 9 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen 💛

☠️

Aaron mengangkat wajahnya dengan tatapan sayu. Dia meregangkan tubuhnya saat guru sudah keluar dari kelas.

Bel sudah berbunyi sedari lima menit yang lalu, tapi guru yang mengajar baru saja keluar membuat orang-orang berdecak kesal karena waktu istirahat mereka terpotong.

"Istirahat ayo Ar." Aarav bangun dari duduknya dan memperhatikan Aaron yang masih mengumpulkan nyawanya.

Aaron kemudian bangkit dan berjalan dengan sempoyongan. Saat berjalan, Aaron tak sengaja menabrak Rea yang sedang berjalan bersama temannya.

Rea menoleh dengan tatapan garang. Sudah di bilang kan kesabaran Rea itu setipis tisu. "Apaan sih lo?!"


"Sorry." jawab Aaron dengan suara yang serak.

Teman Rea, Aurel memekik pelan karena mendengar suara Aaron yang menurutnya seksi sedangkan Rea memutar matanya malas melihat reaksi Aurel. Temannya yang satu ini memang salah satu fans garis kerasnya si Aaron.


Aaron menguap dan berjalan melewati Rea. Rea yang melihat itu di buat jijik sekaligus kesal. Dia awalnya ingin mengejar Aaron tapi ditahan oleh Aurel.

"Udah Re, jangan ribut mulu. Kasian ayang gue." Ujar Aurel cengengesan saat di tatap tajam oleh Rea.

Meski berdecak merasa sebal akhirnya Rea tetap menuruti ucapan Aurel untuk tidak mengejar Aaron. Akhirnya, Rea dan Aurel melanjutkan langkahnya menuju toilet sebelum ke kantin.

Disisi lain, Aaron berdiri di depan tangga. Dia menghela nafas berat. Padahal dia baru bangun tapi dia sudah harus melewati banyaknya tangga untuk sampai di kantin. Lagipula kenapa lift selalu penuh dan membuatnya tak pernah kebagian untuk ikut masuk.

"Buruan Ar! tar keburu kehabisan." Aarav di buat gregetan saat melihat Aaron yang malah menyender di pembatas tangga yang hanya di balas deheman oleh lelaki itu.

Aaron dan Aarav sampai di kantin. Sekarang, kesadaran Aaron sudah penuh. Tidak lagi seperti tadi, yang masih loyo karena baru bangun tidur.


Teriakan histeris juga sudah memenuhi seisi kantin saat para gadis melihat tampilan Aaron yang sangat seksi.

Rambut acak-acakan, dua kancing seragam terbuka dan dasi yang sudah tidak rapih lagi serta sebelah baju yang sudah keluar-keluar. Penampilan Aaron ini sangat tidak pantas di sebut sebagai pelajar. Dia lebih pantas di sebut sebagai preman karena tampilan acak-acakan nya. Herannya, gadis-gadis itu malah mengidolakannya.


Aaron berdecak saat sedari tadi Aarav berkeliling mencari teman-temannya. "Lama!"

Aarav menoleh. "Sabar anjir! Banyak orang ini."

Aaron menarik kerah baju Aarav saat matanya melihat sepupunya sedang sendirian. Tumben lelaki itu tak duduk di tempat biasanya mereka kumpul.

Aaron langsung duduk di depan Bara yang sedari tadi fokus menatap ponsel, sedangkan Aarav sudah Aaron suruh untuk memesan makanan.

AARONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang