Bab 4

662 134 3
                                    

Semenjak hari itu Cale terus berusaha terlihat keren didepan Nisa yang malah membuat gadis itu salah mengartikan jika, "Apa aku terlalu keras padanya sehingga dia melakukan semua ini?"

Nisa memukul bahunya terasa pegal. Setelah bermain dengan Cale sepanjang hari dan kini Cale sedang berlatih pedang. Yah, sebelum kematian Jour, Cale anak yang cukup berbakat, tapi sayangnya karena kematian Jour dan sikap Deruth ditambah dia menikah lagi memperburuk ikatan mereka berdua.

"Ya ampun, apa yang harus aku lakukan."

Dewa Kematian sudah bilang padaku. Jika aku terlalu banyak merubah alur maka aku akan mati dan memulai semuanya dari awal.

Hei! Memulai dari awal itu tidak gampang ya Maimunah!

Hahh... Sudahlah aku lapar apa ada buah dia dapur?

Siapa mengira jika aku akan tertangkap basah oleh Beacrox yang tiba-tiba masuk ke dalam dan melihatku mencoba meraih buah-buahan yang sengaja oleh kepala koki taruh atas lemari agar aku tidak bisa mengambilnya seperti sebelumnya.

Kenapa aku sangat sial hari ini.

Beacrox yang melihat dapur masih bersih mendesah paruh dan membantu Nisa mengambil buah di atas lemari.

"Ini, pergi sebelum kepala koki tahu." Melempar buah apel merah marun dengan disusul setangkai anggur hijau.

Nisa menangkapnya dan menatap Beacrox dengan mata penuh binar.

"Kakak sangat baik. Aku berharap Kakak bahagia."

Setelah gadis itu pergi. Beacrox mendengus geli mendengarnya. Benar kata ayah. Nisa cukup menarik untuk diperhatikan ditengah kediaman yang membosankan ini.

Nisa bukan anak angkat keluarga Henituse, tapi teman yang Jour bawa untuk putra semata wayangnya. Duduk satu meja makan bersama mereka. Ini bukan pertama kalinya Nisa makan bersama bangsawan.

Menu hari ini adalah daging yang dipanggang dengan jamur dan kentang tumbuk. Terlihat sangat enak, tapi hal yang tidak bisa dia lewatkan adalah berdoa.

"Terima kasih untuk makanan yang lezat bisa saya makan hari ini. Bisa berkumpul dengan semua orang-orang baik dan perhatian ini adalah sebuah rahmat yang patut disyukuri. Semoga apa yang saya makan menjadi hal baik di dalam tubuh saya, Amen."

Cale cukup penasaran. Mengapa Nisa harus mengatakan semua hal itu sebelum dia makan, tapi ibunya selalu berkata, "Itu keyakinan. Kita harus menghormatinya."

Nisa memotong daging yang lembut itu dan memakannya sesuap. Mengunyahnya perlahan menikmati rasa daging dengan bau mentega dan bawang putih yang kuat dia suka.

Uhuk!

Hal yang tak terduga terjadi lagi. Nisa batuk darah. Cale yang menatapnya diam-diam disela makanya terkejut bukan main. Bahkan dia sampai berhenti mengunyah makannya untuk melihat Nisa tertegun melihat darahnya sendiri dan balik menatap Cale.

Jour dan semua orang termasuk Deruth tidak bisa berkata apa-apa.

"Aku baik—"

Belum selesai Nisa berucap kesadarannya lebih cepat menghilang. Jour yang paling dekat dengan Nisa menahan tubuh sang gadis tidak limbung ke lantai.

Deruth lekas memuntahkan makanannya. Cale yang tak mengerti akan tindakan ayahnya berhenti makan dan melihat bagaimana ibunya sangat khawatir pada kondisi Nisa.

Ron yang melihat itu berpikir jika makanannya kemungkinan diracuni.

"Ron!" Jour menatap Ron agar menggendong Nisa.

"Baik, Nyonya." Ron dengan penuh perhatian membawa Nisa mengikuti langkah Jour dengan Deruth yang masih tidak mengerti mengapa istrinya begitu sangat perhatian kepada gadis yang dia bawa selepas liburan singkatnya dari wilayah Utara.

Jour lekas menyuruh pelayan menyiapkan bak mandi terisi penuh dengan Ron membaringkan Nisa dikasurnya. Anehnya Nyonya nya tidak memanggil tabib. Malah membiarkan mereka berdua menunggu bak mandi terisi penuh.

Melihat darah sang gadis mulai mengering membuat Ron menyadari satu hal. Apa gadis ini punya penyakit khusus yang Nyonya nya sembunyikan obatnya di kamar?

Pelayan yang mengisi bak kamar mandi sudah penuh Jour lekas meminta Ron membantunya membawa Nisa ke kamar mandi dan membiarkan dia merendamkan tubuh sang gadis.

"Nyonya, tapi Nisa...."

"Turuti saja."

Ron yang tak banyak bertanya melakukan tugasnya dan melihat dengan mata kepalanya sendiri jika air perlahan menyurut dengan cepat. Lebih tepatnya airnya masuk ke dalam tubuh Nisa.

Apa?!

Apa dia sejenis spons?

Melihat keadaan Nisa yang mulai sadar, tapi masih lemas dan tak bertenaga. Jour menutup pandangan gadis itu.

"Tidurlah."

Nisa tak bisa berbohong jika dia memang sangat mengantuk. Lagi pula dia baru saja muntah darah.

Aku pasti membuat semuanya khawatir.

Melihat Nisa kembali tertidur. Ron cukup penasaran dengan kondisi Nisa.

"Nyonya, Anda juga harus diperiksa. Kemungkin semua makanan dimeja beracun."

Jour masih setia menatap Nisa dan mendengar perkataan Ron membuatnya ingin tertawa.

"Ron." Jour menatap mantan pembunuh itu yang dia terima di kediamannya. "Makanannya tidak ada yang beracun. Semuanya baik-baik saja."

Ron menatap Jour dengan keheranan. Melihat itu Jour melanjutkan perkataannya. "Itu ada hubungannya dengan larangan apa yang Nisa makan. Hahh... Ini salahku. Seharusnya aku memberitahu koki karena beberapa hari terakhir kita memakan makanan olahan laut."

Ron yang mulai mengerti disini, tapi tetap saja masih membuatnya ragu.

"Nisa...." Jour menatap gadis yang tertidur lelap dalam bak ini. "Tidak bisa makan daging. Apa pun itu hewan di darat."

"Mengapa?"

Jour mengusap surai putih keperakan dengan lembut. Perlahan turun mengusap pipinya yang mulai terisi. Jour mengerutkan keningnya tidak suka. Meskipun dia sudah berhasil membawa Nisa ke kediamannya, tapi dia masih ceroboh.

"Apa kau tahu suku pedalaman yang tinggal di pegunungan Utara, kan?."

Tentu saja Ron tahu. Suku yang terkenal dengan nama Ivory itu menolak dunia luar dan memilih mengunci diri mereka diwilayah yang sepanjang hari tertutup salju.

"Dikatakan mereka adalah orang yang paling setia kepada Dewa selain pendeta." Jour tidak ingin Nisa tersiksa dan membiarkannya terus terjebak diperputaran waktu. Dia masih kecil. Mengapa dia harus melalui ini. "Suku mereka bahkan ditakuti oleh semua orang karena kedekatan mereka dengan Dewa. Bahkan tidak main-main, kekuatan yang mereka miliki diikuti kelemahannya juga."

Ron mengerti sekarang. Dia mengingat ciri khas suku Ivory sangat cocok dengan apa yang Nisa miliki. Kemungkinan kepintaran Nisa merupakan kelebihannya dan sebagai gantinya dia tidak bisa makan daging hewan darat apa pun.

Jour menoleh dan menatap Ron dengan memohon. Dia pembunuh yang dia terima. Dia berharap keluarganya bisa aman. Begitu pun juga Nisa. Terlalu banyak hal yang Jour ketahui tentang Nisa hingga membuat dadanya sangat sakit.

"Ron, tolong layani Nisa seperti Cale. Dengarkan dengan baik ketika mengatakan kata kunci ini."

Meskipun Jour tidak memberitahukan kekuatan kunonya, tapi Ron mengerti apa yang Jour mau. Dia akan menjadi pelayan yang Jour mau dan akan berusaha melindungi Tuan Muda anak anjingnya dan bertambah satu, si anak kelinci. Karena Nisa suka menempel padanya seperti anak kelinci, terlebih dia suka berjemur.
.
.
.
Kakek Ron nya disini perhatian yaa... Beacrox juga, hehehe...

Cale yang sabar ya 😌 Istri masa depanmu lagi istirahat, bentar lagi ya sadar ngajak kamu main biar kalah terus, hahahahaha...

See you next chapter guys 👋😽

Tunangan Tuan Muda Perisai Perak || Cale Henituse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang