Bab 17

577 65 4
                                    

Raon selalu memimpikan tentang hal yang sama disetiap tidurnya. Dia memimpikan bagaimana jika dia tidak menetas di tempat gelap dan dingin ini, tapi disebuah sarang hangat dengan tatapan kagum menantikan kehadirannya. Bagaimana suara meongan kucing juga mengalihkan atensinya penuh tanda tanya dengan rasa penasaran.

Terkadang juga Raon akan memimpin bagaimana seseorang menyiapkan makanan untuknya. Rasanya sempurna. Dia selalu ingin makan lagi dan lagi, tapi seseorang itu dengan kedua anak kucing yang terkadang menyebut diri mereka seperti seseorang itu selalu berkata, "Makan terlalu banyak tidak baik untuk perutmu, sayang."

Meskipun suaranya tidak lembut, tapi itu adalah suara yang sering mengajak bicara saat masih dalam telur. Dia hafal diluar kepala. Suara itu selalu memberinya kehangatan dan selalu menceritakan banyak hal yang sulit sekali dia cerna sebagai sebuah telur.

Dalam dekapannya yang hangat. Dalam balutan sinar mentari pagi dimana mereka sedang berjemur dengan dirinya yang masih belum bisa terbang dan kakinya yang masih belum bisa berdiri tegak. Seseorang menggendongnya untuk mendapatkan vitamin D yang katanya baik untuk tulang.

"Aku mau lihat. Lihat dong!"

"Adik terlihat sangat menggemaskan!"

Kekehan itu bisa dia rasakan, "Anak-anak, biarkan Raon berjemur dan tidur sebentar."

"Ahh~ aku ingin bermain dengan adik. Ayo cepat besar, jadi nanti kita bisa cepat-cepat bermain!"

Seseorang yang memiliki surai putih keperakan tersenyum menatapnya yang masih dalam keadaan setengah sadar. Dengan silaunya matahari pagi membuatnya tidak bisa melihat secara jelas wajah dari seseorang dalam mimpinya yang selalu memberikan apa yang sekarang sangat dia dambakan.

"Raon Miru, tumbuhlah menjadi naga yang kuat dan perkasa.".

Kedua dahi kami bersentuhan yang bisa dia artikan sebagai bentuk kasih sayang yang dia lakukan padanya. Ini bentuk kepercayaan yang membangun diantara mereka berdua.

Aku tidak mengerti.

Sebagai naga sifat sombong dan kuat yang sudah dibawa sejak mereka lahir. Terkadang dia juga melihat seseorang yang sama seperti wanita itu menatapnya dengan datar yang membuatnya tidak suka.

"Roaww~!"

"... Dia terlihat sama sepertimu." Pria yang penuh dengan warna menyilaukan itu, tapi wanita itu lebih menyilaukan bagi dirinya. Raon menoleh menatap wanita itu.

"Dia kan putraku, tentu saja kami mirip." Mendapati tatapan datar yang terkesan mengejek membuat wanita itu merengek tidak suka. Bayi naga hitam itu meraum lagi dalam cengkram belakang kepala si pria emas itu.

"Roaw! Roaww~!"

"Huh? Apa? Kau ingin memakanku? Terbang saja tidak bisa, mau memakanku."

"Kakek, berhenti menjahili Raon. Meskipun dia masih bayi. Dia mengerti ucapanmu."

"... Nisa, apa kau tidak menyukaiku? Astaga, aku sudah tergantikan rupanya." Eruhaben berpura-pura sedih dengan membuat air mata palsu diujung ekor matanya.

"Kakek, berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal dan gendong Raon dengan benar."

"Iya iya, hadeh..."

Hal terakhir sebelum guncangan penyusup masuk adalah mimpinya bagaimana dia berakhir. On dan Hong tergeletak tak bernyawa tak jauh darinya. Kami baru saja tertawa dan mereka tiba-tiba diam. Seseorang bersurai merah datang dengan topeng putihnya menatap kami tidak suka dan mengeluarkan sihirnya menyerang kami.

Dirinya yang ada di dalam mimpi itu berusaha melindungi dan menyerang si penyusup merah itu , tapi apa yang salah. Dia kuat, tapi On dan Hong tidak bisa dia lindungi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tunangan Tuan Muda Perisai Perak || Cale Henituse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang