"Kebahagiaan tak selamanya bertahan."
Itu kalimat yang Nisa pelajari selama perputaran ini. Bahkan Jour tetap tiada seperti alurnya. Ini tidak adil. Dia wanita yang sangat baik. Ibu yang Cale cintai. Wanita yang Deruth—bangs*t— cintai. Seseorang yang membawanya ke dalam ke kediaman ini sebagai teman bermain dan tunangan kecil Cale.
Tentu saja Nisa awalnya terkejut bukan main. Jour yang sudah mengetahui dimasa depan jika jiwa anaknya akan digantikan seseorang mulai menulis dibuku hariannya dengan Nisa duduk disampingnya.
"Nyonya Jour, apa Anda bahagia?"
Pertanyaan aneh sekali lagi Nisa pertanyakan. Nisa yang dalam kondisi berbaring dengan membuka buku yang dia pinjam dari perpustakaan kediaman ini mengenai sejarah dari kerajaan Roan.
Jour yang tengah menulis tersenyum dan menjawab, "Aku bahagia. Setiap orang pasti bahagia bisa hidup apa pun yang dia mau."
"Hm... Saya rasa tidak."
"Ya ampun Nisa. Kau tidak perlu terlalu sopan kepadaku." Karena Nisa terlihat sangat sopan kepada Jour, tapi tidak kepada Deruth. Dia bahkan bersikap dingin saat Deruth mencoba dekat dengannya.
Nisa yang tengah asik membaca menghentikan aktivitas dan menatap Jour dengan tatapan yang lebih baik dari awal yang berada di kediaman ini.
Sudah berlalu tiga tahun dan Nisa selalu mengikutinya kemanapun. Bahkan dia berkata akan menjadi kesatria pelindungnya.
"Nyonya, Anda adalah penyelamat saya. Bagaimana saya bisa tidak menghormati Anda?"
Jour menatap Nisa dengan posisi dimana sang gadis awalnya bersantai kini duduk dengan tangannya mengepal di depan jantungnya.
"Saya bersumpah atas nama Dewa Kematian—"
Apa? Itu bukan Dewa sembarangan. Jadi, selama ini suku Ivory menyembah Dewa Kematian?
"—Saya akan melindungi Cale dan membuatnya bahagia, Nyonya."
Dengan sikap tegas dengan tubuh anak-anak ini membuat Jour tidak bisa menahan senyumannya. Bahkan Cale juga tidak menolak ketika Jour mengatakan jika Nisa akan menjadi orang yang mendampinginya hingga tua. Terlihat jelas jika putranya itu menyukai Nisa.
Ingatan bagaimana Cale menggenggam tangan Nisa agar tidak jauh-jauh darinya ketika di desa Harris dan bagaimana putranya juga membantu Nisa membawa barang berat. Padahal Nisa lebih kuat dari yang Cale lihat.
"Jadi, Nyonya—" Jour membuyarkan lamunannya dan menatap Nisa. "—Tolong jangan mati."
Jour menatap Nisa cukup terkejut dan perlahan tersenyum. Sepertinya untuk yang satu ini tidak bisa ubah sayangnya.
"N-Nyonya, tolong... Ingat Cale! Cale akan sangat menantikan Anda! Nyonya Jour!"
Suara anak kecil terus berteriak ditengah derasnya guyuran hujan. Dibawah jurang dengan kereta kuda yang sudah setengah hancur membuat hati Nisa yang rapuh kembali merasakan trauma lagi.
Tidak. Tidak. Tidak. Jangan lagi. Jangan ada seseorang yang mati lagi. Jangan.
Jika dalam cerita Jour mati karena bandit yang menyerangnya dengan perhiasan dan pakaiannya yang terbuka membuat Deruth hancur. Beruntungnya kali ini Nisa yang ingin melindungi Jour malah mendapat kematian Jour dengan cara wanita itu melindunginya dari para bandit. Luka tebasan yang panjang dipunggungnya membuat hati Nisa sakit. Lihat darah yang mengalir deras itu. Seperti sungai dimana suku yang kali ini dia hancurkan dengan cara yang sama.
"N-Nisa...."
Nisa yang merasa waktu berhenti sesaat itu juga tak mendengar suara apa pun. Langit semakin bergemuruh. Hujan semakin deras. Hal yang tak para bandit itu sadari langit terbelah. Senjata utama Nisa yang dia sembunyikan di langit turun dengan cepat dikelilingi petir yang menyala. Membelah dan menusuk semua penjahat itu tepat di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Tuan Muda Perisai Perak || Cale Henituse
FanfictionBagaimana kisah seorang pembaca bangun di dunia novel yang dia baca? Akan tetapi, dunia ini tak sesederhana yang dia ketahui. ••• "Nisa... Nama yang aneh." "Apa-apaan nama Roksoo itu? Apa kau batu?" (Rock=batu) . . . ✨Update hari Jumat ✨ ini bukan o...