4. Her Name

12 6 3
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Nggak maksa sih, terserah kalian aja. Aku nggak bakalan maksa lagi. Sesuai kesadaran dan kemauan masing-masing aja

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Harsa dan Naren benar-benar menunggu gadis yang mereka maksud kemarin. Mereka menunggu di parkiran mobil depan aula. Tak lama kemudian, sebuah mobil minicooper masuk dan terparkir manis di depan parkiran aula. Setelah beberapa menit, si pemilik mobil itu keluar dari sana. Ternyata lagi-lagi gadis itu berangkat bersama dengan Cashel dengan Cashel yang mengemudikan mobil tersebut.

Harsa langsung berjalan ke arah temannya itu, meninggalkan Naren yang masih tetap di tempatnya. Entah kenapa dia bahkan tidak bisa melangkahkan kakinya untuk semakin mendekat ke arah gadis itu. Naren bahkan tidak bisa mendengar apa yang sedang Harsa dan gadis itu bicarakan. Naren hanya tau jika gadis itu berdebat sedikit dengan Harsa tapi berakhir Harsa mendapat pelukan dari gadis itu.

"Bang, aku masih bisa jadi rumah kamu selama rumah ini layak ditinggali. Tapi aku mohon, bang Harsa harus pergi dan cari rumah baru kalau rumah abang ini udah enggak layak untuk dihuni." Tutur gadis itu menyiratkan makna yang begitu dalam. Naren tau maksudnya, tapi Naren tidak tau kenapa gadis itu bisa berbicara hal sedalam itu.

"Sampai kapanpun, rumah gue akan tetap sama. Obat gue akan tetap sama. Gue enggak mau cari rumah dan obat baru yang akhirnya nanti malah bikin gue kembali hancur atau malah makin hancur lagi." Jawab Harsa.

"Tapi rumah abang ini enggak selamanya berdiri kokoh bang. Abang tau kalau keadaan kita sama." Balas gadis itu lagi.

"Kalau rumah gue udah enggak layak buat dihuni, maka gue yang akan perbaiki rumah gue itu sampai layak huni lagi." Tegas Harsa. Hati Naren menghangat. Baru kali ini dia mendengar percakapan antar dua sahabat yang sedalam ini. Mata Naren kini beralih pada Cashel yang ternyata sejak tadi memperhatikan dirinya. Cashel yang mengetahui jika kini Naren memperhatikannya langsung berjalan mendekat ke arah Naren.

"Bang Harsa enggak ngelakuin hal bodoh kan bang ??" Tanya Cashel memastikan. Naren hanya menggeleng sebagai jawabannya.

"Makasih ya bang. Makasih udah jagain bang Harsa selama di sini. Makasih udah nerima kondisi bang Harsa yang begini. Gue mau kasih tau satu hal buat bang Naren." Ucapan Cashel mendapat pertanyaan dari Naren lewat ekspresinya.

"Kalau bang Naren mau deketin sahabat gue cuma buat main-main atau cuma penasaran aja, mending jangan dilanjutin. Bang Naren enggak tau bagaimana kehidupan gadis yang berusaha bang Naren cari tau ini. Ibaratnya, bang Naren itu mau memasuki sebuah rumah kosong yang diluarnya terlihat nampak bagus dan mewah. Tapi bang Naren enggak tau apakah bagian dalam rumah tersebut masih utuh, atau sudah hancur. Daripada bang Naren masuk ke dalam rumah yang enggak tau bagaimana kondisinya, lebih baik bang Naren jangan pernah masuk ke dalam rumah itu cuma karena rasa penasaran aja." Jelas Cashel sambil menatap ke arah gadis yang kini sedang memeluk Harsa.

"Kenapa ??" Tanya Naren masih menerka-nerka.

"Karena kalau rumah tersebut ternyata dalamnya hancur, bang Naren bisa aja kena pecahan kaca dan terluka kalau memaksakan untuk masuk."




























Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang