---
Jaemin menatap nyalang pantulan dirinya di cermin. Air matanya mengalir deras namun mulutnya tetap bungkam. Ia tak pernah tau jika jatuh cinta dapat menyakitinya sedemikian rupa.
Si manis tertawa miris mengingat perjuangan dan kebahagiaan semu yang sempat ia rasakan. Ternyata semua itu bukan miliknya. Jaemin mencemooh dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia sebodoh itu hingga dapat di bohongi dengan mudah.
Lee Jeno, sosok tampan yang langsung membuatnya tertarik sejak pandangan pertama. Butuh waktu lama untuk menaklukkan hati pemuda itu, pemuda yang begitu hangat pada orang lain tapi akan menjadi dingin jika bersama Jaemin.
Satu tahun bukan waktu yang singkat bagi Jaemin untuk mendapatkan hati Jeno. Pemuda itu menurunkan harga dirinya untuk mendapat perhatian dari sang pujaan hati.
Penolakan sudah ia terima berulang kali namun si manis tak pernah menyerah.
Berawal dari pertemuan mereka yang tak sengaja di sebuah galeri foto. Jaemin yang memang menjadi salah satu photographer yang berpartisipasi tak sengaja menabrak seorang pemuda tampan hingga membuat keduanya basah oleh kopi yang si manis bawa.
Jaemin yang terburu-buru hanya sempat minta maaf sembari menyerahkan kartu namanya untuk antisipasi barang kali pemuda itu meminta ganti rugi.
Bak takdir, mereka kembali dipertemukan di tempat berbeda. Pemuda yang belakangan Jaemin tahu bernama Lee Jeno ternyata pemilik cafe langganannya. Si manis sempat memekik kaget saat melihat wajah tampan itu untuk kedua kalinya.
Entah bagaimana bisa, semenjak saat itu. Jaemin menjadi lebih sering pergi ke cafe milik Jeno. Pemuda itu akan selalu menyempatkan diri hanya untuk memesan americano dan macaroon jika ada waktu.
Bahkan seluruh pegawai di cafe sudah mengenal Jaemin dengan baik. Tak usah menyebutkan pesanan. Para pekerja akan langsung mengantarkan Americano dan sebuah macaroon kemeja Jaemin begitu pemuda manis itu datang.
Hari-hari ia lewati untuk mencari perhatian Jeno. Kebiasaannya untuk pegi ke cafe bertambah intens. Berharap ia bisa bertemu Jeno dan berbincang dengannya.
Tapi semua itu sepertinya hanya khayalan Jaemin. Jeno yang saat pertama kali mereka bertemu sempat menampilkan senyum bulan sabitnya sekarang sudah tak ada. Pemuda itu jarang sekali tersenyum jika berada di sekitar Jaemin. Lee Jeno sosok yang hangat dengan orang lain tapi tidak dengan Jaemin.
---
"Jangan terlalu banyak minum americano, perhatikan asam lambungmu".
Ucapan panjang Jeno di bulan Agustus membuat semangat Jaemin kembali membara. Padahal beberapa hari sebelumnya ia sempat uring-uringan karena sang ayah yang ingin ia segera kembali ke Korea. Hanya karena perhatian kecil Jeno hatinya kembali berbunga-bunga.
Semua terjadi begitu saja saat mereka menjadi dekat. Jeno seperti seorang cenayang yang mengerti apapun yang di sukai Jaemin membuat si manis melambung tinggi melupakan fakta bahwa seseorang sedang menunggunya pulang, Huang Renjun, tunangannya.
Jaemin menjalani harinya dengan riang, setelah satu tahun perjuangannya akhirnya ia bisa mendapatkan hati Jeno.
Pemuda tampan itu nyatanya adalah seorang yang sangat hangat, ia mengerti bagaimana cara bersikap dan memperlakukan seseorang dengan baik. Jaemin merasa beruntung, di tengah tekanan keluarganya yang menginginkannya cepat pulang dan menikah, ia mendapatkan hati Jeno yang sedari awal sudah memiliki hatinya.
Dua bulan mereka lewati dengan kebahagiaan, Jeno mengajak Jaemin berkeliling London, bermain ice skating, dan masih banyak hal menyenangkan lainnya.
Pemuda tampan itu bahkan memberi Jaemin sebuah sepatu skate bewarna putih yang begitu cantik dan pas di kakinya.
Semua berjalan lancar sampai tunangan Jaemin datang, pemuda keturunan China itu berniat menjemput Jaemin untuk pulang. Karena sedari awal Jaemin hanya diperbolehkan tinggal di London selama dua tahun. Tapi siapa sangka si manis malah menemukan belahan jiwanya disana dan tak ingin pulang.
Jaemin yang keras kepala tetep bersikukuh untuk tetap tinggal. Bagaimanapun ia sudah mendapat hati dan perhatian Jeno dan ia tak mungkin menyia-nyiakan nya.
Tapi ternyata kedua orang tuanya lebih keras kepala. Ditambah saat mereka tahu bahwa si manis tengah menjalin hubungan dengan seorang pemuda tampan bernama Lee Jeno.
Pada akhirnya Jaemin hanya bisa memohon pada Renjun untuk di beri waktu. Setidaknya ia ingin menghabiskan sedikit waktu dengan orang yang ia cintai sebelum pulang dan menikah sesuai permintaan kedua orang tuanya.
Renjun yang memang sangat mencintai Jaemin hanya bisa menuruti walaupun dengan hati yang pedih. Ia memaklumi, sedari awal Jaemin memang selalu menganggapnya sahabat dan dengan egoisnya ia meminta kedua orang tua mereka menjodohkan keduanya.
Jaemin menikmati sedikit waktu pemberian Renjun dengan baik. Pemuda itu melakukan banyak hal dengan Jeno. Menghabiskan waktu mereka yang memang tak banyak dengan berbagai hal menyenangkan.
Sedikit rasa bersalah terbesit dalam hati Jaemin. Jeno sudah tahu mengenai perjodohan nya. Dan pemuda itu hanya bisa mendukung. Bahkan ia memberi sebuah kalung cantik dan berpesan untuk mengenakannya saat ia menikah nanti. Jaemin hanya tersenyum kecut waktu itu. Ternyata kisah cinta mereka begitu tragis.
Hari terus berlalu dan Jaemin semakin menempel pada Jeno menjelang kepulangannya. Pemuda itu bahkan memboyong beberapa barangnya ke rumah Jeno. Ia ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi dengan sang pujaan hati.
Kebahagiaan Jaemin ternyata tak bertahan lama. Apa yang ia lewati bersama Jeno runtuh seketika saat ia tak sengaja menemukan sebuah album usang di almari sang kekasih.
Saat itu hari beranjak sore, Jaemin yang baru saja bangun dari tidur siangnya kebingungan mencari baju ganti karena baju yang ia bawa masih dicuci. Pemuda itu berinisiatif untuk meminjam baju sang kekasih namun pemuda yang memiliki hidung mancung tak terlihat sama sekali di penjuru rumah.
Akhirnya Jaemin mencari sendiri apa yang ia butuhkan. Pemuda itu mengobrak-abrik lemari pakaian Jeno berniat meminjam kaos namun ia malah tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak hingga isinya berceceran.
Awalnya ia tak tertarik sama sekali namun saat melihat sebuah foto polaroid seorang pemuda dengan lambang hati di pinggirnya membuatnya penasaran.
Jaemin meraih barang-barang itu, semakin di buat penasaran karena seluruh foto yang ada disana tak memperlihatkan wajah pemuda itu dengan jelas.
Tangannya beralih pada album usang dengan ukiran "amour" pada sampulnya.
Jaemin benar-benar tak bisa berkata-kata lagi saat melihat album itu. Hanya ada beberapa foto di dalamnya dengan banyak coretan tangan. Si manis terkekeh miris dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Apa yang telah mereka lakukan beberapa bulan terakhir ternyata palsu.
Ice skating dan sepatu putih itu ternyata memiliki pemilik.
Lagu yang sering mereka putar ternyata lagu favorit orang lain.
Bianglala dan taman hiburan ternyata tempat Jeno melukis kenangan dengan orang lain.
Dan yang paling menyakitkan,
Kalung itu, kalung yang masih terpasang cantik di leher Jaemin ternyata bekas orang lain.
Jaemin tersenyum pilu, ternyata selama ini Jeno hanya menganggapnya orang lain. Bahkan pemuda itu mengajaknya melakukan banyak hal yang biasa ia dan seseorang di foto ini lakukan.
Menyakitkan, kisah cintanya sungguh menyakitkan.
"Renjun ah, jemput aku, ayo kita menikah".
Mungkin cinta pilihan kedua orang tuanya akan menjadi yang terbaik. Ia hanya perlu membuka hati pada sahabat kecilnya itu. Ya ia harap akan semudah itu mencoba mencintai Renjun.
----
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Na Jaemin [oneshot/more]
Fanfictionberisi cerita oneshot/more tentang Jaemin. book ini di buat untuk menyalurkan ide ku yang tiba-tiba dateng gitu aja. dan mungkin nanti ada beberapa chap di book ini yang bakal di jadiin full version gtu. oh iya dalam book ini isinya nggak cuma nomi...