~~~
Jeno menjali lebih pendiam setelah pulang dari Korea. Ternyata selama ini orang yang begitu ia cintai masih hidup walaupun tak mengingatnya.
Ia masih ingat dengan jelas alasan kedua orang tua Jaemin memalsukan kematian sang anak dari Jeno. Mereka menyalahkan Jeno atas segala hal yang menimpa si kembar dan tak ingin Jeno masuk lagi kedalam kehidupan salah satu di antara mereka.
Mendengar itu Jeno bertekad akan melupakan seluruh perasaannya dan menjalani hari seperti sebelumnya.
Tapi, sepertinya takdir sedang ingin bermain-main dengan Jeno. Pemuda tampan itu begitu terkejut melihat Jaemin duduk manis di salah satu bangku dalam cafenya. Si manis terlihat begitu menawan diterpa cahaya matahari sore.
Setelah pertemuan tak terduga itu, Jaemin semakin sering muncul di cafenya. Pemuda manis itu bahkan dengan terang-terangan mendekatinya.
Jeno bahagia menyadari bahkan tanpa ingatan masa lalu pun Jaemin tetap mencintainya tapi keadaan mereka benar-benar berat membuat Jeno memilih untuk tetap pada pendiriannya, hidup tampa Jaemin.
Selama berbulan-bulan Jeno menahan diri untuk tidak berlari dan memeluk tubuh kurus Jaemin. Rasa bersalah selalu menggerogoti hatinya saat tak sengaja menyakiti si manis dengan berbagai penolakan yang ia berikan.
Puncaknya siang itu, saat ia melihat wajah kusut Jaemin dan juga beberapa gelas kopi di mejanya. Jeno tak tahan, ia sangat tau masalah lambung Jaemin dan melihat pemuda itu yang sepertinya memiliki masalah membuatnya berjalan mendekat.
"Jangan terlalu banyak minum americano, perhatikan asam lambungmu".
Kalimat panjang itu menjadi awal perjalanan baru mereka. Semenjak itu, Jeno menjadi lebih terbuka. Ia sudah tidak kuat menahan rindu akan kekasih hatinya.
Jeno bertekad untuk egois, mulai melakukan banyak hal yang dulu sering mereka lakukan untuk memancing ingatan si manis. Tapi sepertinya hal itu tak berhasil. Apalagi berita mengenai pernikahan Jaemin dan Renjun.
Pemuda tampan yang memiliki mata sipit itu merasa tak percaya, Renjun yang dulu sangat tau bagaimana hubungan keduanya malah berusaha mengambil Jaemin darinya.
Jeno tak terima, dan ia sangat ingin egois untuk mendapatkan Jaemin namun siapa sangka, pemuda manis itu menemukan kotak rahasia yang selama ini ia simpan.
Kotak itu berisi barang-barang kenangannya bersama Jaemin dulu dan sepertinya si manis tidak membuka album foto yang ada di kotak itu sampai akhir terbukti ia tak tahu bahwa foto-foto didalamnya adalah wajahnya sendiri.
Dan untuk undangan, Jeno tak tau dari mana Jaemin mendapat undangan itu hingga membuatnya salah faham.
Jeno menghela nafas lelah, memasukkan segala kenangannya dengan Jaemin kedalam kotak lalu ia simpan kembali ke tempat semula. Jeno berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ia bisa hidup tanpa Jaemin seperti beberapa tahun belakangan.
---
Pagi yang cerah di awal musim semi, seperti biasa, Jeno datang ke cafe lebih awal. Setiap awal musim semi, cafe mereka akan memberi diskon dan membuat beberapa menu khusus.
Keadaan sedikit kacau hari itu karena ada dua karyawan yang izin sedangkan cafe sangat ramai. Terpaksa Jeno turun tangan. Ia terjun langsung menjadi kasir dan entah kenapa cafe itu menjadi semakin ramai.
Menjelas malam, cafe mulai sepi. Jeno sudah mulai merekap pemasukan hari itu agar nantinya tidak terlalu banyak yang ia kerjakan.
"Aku pesan 1 americano dan macaroon coklat".
Suara itu sontak membuat Jeno yang masih menunduk langsung mengangkat kepalanya. Pemuda itu tertegun beberapa saat melihat senyum cantik yang tercetak di wajah cantik pemuda di hadapannya.
Sudah hampir enam bulan dan pemuda manis itu terlihat semakin menawan dengan rambut barunya.
"Lama tidak bertemu Jeno". Sapa Jaemin masih menyunggingkan senyum lebarnya.
"Oy, Lee Jeno lama tak bertemu". Suara lain terdengar di belakang Jaemin.
Jeno menghela nafas melihat mantan sahabatnya, Huang Renjun menyapanya dengan senyum yang merekah lebar.
"Ada pesanan lagi?".
Jaemin menggeleng.
"Duduklah, nanti aku antar".
---
Jeno membawa pesanan Jaemin ke tempat duduk si manis, tempat yang sedari dulu memang sering Jaemin gunakan untuk menunggunya.
"Dimana Renjun?". Tanya Jeno begitu tiba di meja Jaemin. Ia meletakkan pesanan di atas meja sebelum duduk di hadapan si manis.
Dadanya bergemuruh, bahkan setelah sekian lama rasa cintanya tak pernah berkurang untuk pemuda manis di hadapannya. Sangat menyedihkan.
"Dia hanya mengantarku".
Jeno mengangguk, kemudian netranya menatap kalung yang begitu ia kenal melingkar manis di leher putih Jaemin.
Ternyata apa yang Jeno lakukan tak luput dari perhatian Jaemin, si manis tersenyum kecil lalu jemarinya menyentuh bandul kalung berbentuk kelinci kecil dengan permata di kedua matanya.
"Lama tidak berjumpa Nono ya".
Jeno melotot saat nama panggilan itu keluar dari bibir si manis.
"Na, kau?".
Jaemin mengangguk.
"Aku sudah mengingat semuanya".
Jeno tersenyum begitu lebar, dadanya bergemuruh karena sangking bahagianya namun hal itu tak lama saat ia mengingat bahwa Jaemin sudah menikah dengan Renjun.
"Ada apa kau menemui ku?".
"Aku pulang, maaf sudah membuatmu menunggu lebih lama. Sekarang aku akan selalu pulang padamu".
"Na,"
"Jeno ya, jika dulu aku menyuruhmu menikah dengan kakakku. Sekarang aku menyuruhmu untuk menikah denganku. Harus aku tidak boleh yang lain".
Air mata Jeno tak bisa di bendung lagi, pemuda itu menangis di tengah cafe yang ramai itu tanpa rasa malu. Biarkan sekarang hatinya benar-benar bahagia.
"Aku mencintaimu Nono ya".
"Aku lebih mencintaimu Nana"
---
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Na Jaemin [oneshot/more]
Fanficberisi cerita oneshot/more tentang Jaemin. book ini di buat untuk menyalurkan ide ku yang tiba-tiba dateng gitu aja. dan mungkin nanti ada beberapa chap di book ini yang bakal di jadiin full version gtu. oh iya dalam book ini isinya nggak cuma nomi...