Hint Pertama

198 29 10
                                    

Kediaman Nara siang itu lebih ramai dari biasanya. Bukan karena suara bising kipas Temari yang selalu rajin berlatih seakan perang ada di depan mata. Namun karena gerombolan anak laki-laki menjelang remaja yang terlihat berbicara serius dengan penasihat Hokage.

"Jadi menurut kalian, Hinata menukarkan nyawanya dengan Naruto?", Shikamaru dalam mode serius menanggapi keempat anak remaja di hadapannya.

"Aku tidak tau apakah itu masuk akal, tou-san. Tapi mungkin di masa lalu ada kejadian serupa mengenai jutsu terlarang seperti itu?"

"Oi, apa maksudmu jutsu terlarang? Ibuku Uzumaki Hinata yang terhormat tidak mungkin melakukan praktik jutsu terlarang.", Boruto tidak menerima pernyataan Shikadai mengenai jutsu terlarang. Ibunya adalah kunoichi terlurus yang pernah ada. 

"Kalau bukan jutsu terlarang, apa menurutmu menukarkan nyawa adalah jutsu biasa yang bisa kau pelajari di perpustakaan?", Shikadai tidak mau kalah menanggapi sahabatnya. Tidak habis pikir bagaimana ia masih bisa mendahulukan perasaan daripada logika yang ada di depan mata.

"Boruto benar, Dai. Kau tidak boleh sembarang berbicara mengenai Hinata. Dia adalah putri sulung klan terpandang Konoha sekaligus istri pemimpin Desa.", Shikamaru menanggapi dengan kepala dingin, "Di masa lalu aku hanya teringat dua kejadian mengenai pertukaran nyawa. Yang pertama adalah pertukaran nyawa dari Nenek Chiyo kepada Sabaku Gaara, aku kurang tau bagaimana tekniknya karena saat itu aku tidak langsung terlibat dalam misi. Sementara yang kedua dengan jurus rinne-tensei yang memungkinkan pengguna rinnegan untuk menukar nyawanya."

"Opsi pertama bisa kita tanyakan kepada ibumu, Dai. Opsi kedua akan kita tanyakan pada Sasuke sebagai satu-satunya pengguna rinnegan."

"Jadi ada kemungkinan Sasuke Jii-san membunuh ibuku dengan menukarkan nyawanya dengan baka oyaji.", Boruto tersulut mendengar kemungkinan kedua. Dalam kepalanya, skenario dimana sang ibu mempelajari jutsu terlarang ia coret tebal. 

Boruto memang menghormati Sasuke sebagai gurunya. Namun ia juga tidak menutup mata dengan sejarah kelam sang guru. Belum lagi persahabatan erat antara ayah bodohnya dengan sang guru yang melegenda. Pasti baginya mudah mengorbankan Hinata demi menyelamatkan Naruto.

"Kau tidak bisa langsung menarik kesimpulan itu Boruto-chan. Belum ada sejarah yang menyatakan pengguna rinnegan menukar nyawa seseorang dengan orang lain sesuka hatinya. Di masa lalu, justru pengguna rinnegan lah yang menukarkan nyawanya sendiri dengan orang lain.", Konohamaru ikut bergabung dalam diskusi ini, memutus prasangka apapun yang menjubeli kepala pirang anak itu.

Konohamaru diminta Hyuga Hiashi mengikuti cucu sulungnya. Jika anak-anak remaja tanggung ini mengira bisa menyelinap keluar dari kediaman sarang pengguna byakugan, mereka salah besar. Calon mertuanya itu hanya membiarkan mereka lolos, karena sedikit banyak ia berharap Boruto bisa membuka tabir kematian putrinya.

Suara dua langkah kaki mendekat, terlihat Shikadai yang menyeret ibunya. Nara muda itu tidak mau membuang waktu kembali. Kematian bibi Hinata harus segera terbongkar, ia tidak sanggup melihat keluarga sahabatnya berantakan seperti ini.

"Apa yang ingin kalian dengar dariku?", Temari bertanya dengan suara sengaunya. 

"Duduklah Temari", menjadi suami selama belasan tahun membuat Shikamaru Nara menjadi pribadi yang peka. Istrinya masih dalam masa berkabung. Hinata adalah satu-satunya sahabat dekat sang nyonya muda Nara. Istri Naruto itu membantu Temari beradaptasi dengan hal-hal terkait klan, desa dan memasak. 

Temari mendudukkan diri di seberang suaminya. Ia melirik tajam sang suami. Rupanya lelaki itu menetapi janjinya untuk tidak menceritakan apapun mengenai kematian Hinata. Namun, tetap mencuranginya dengan membuat ia bercerita mengenai hint kematian sang sahabat. Licik dan jenius memang berbeda tipis.

"Oka-san, tolong ceritakan bagaimana Gaara-jii diselamatkan oleh Nenek Chiyo. Mungkinkah kematian bibi Hinata karena sebab yang sama?", Shikadai langsung membidik tepat sasaran.

"Kau pikir kisho tensei semudah itu digunakan sembarangan orang?"

Shikadai mengerut. Sementara Boruto, Mitsuki dan Inojin tidak mengerti maksud dari jawaban Temari.

"Jadi nama jurus yang digunakan untuk menyelamatkan Gaara-sama adalah kisho tensei?", Boruto memperjelas jawaban ibu Shikadai yang sialnya juga berupa pertanyaan. 

"Apakah kau asing dengan namanya?", Temari memberikan smirk-nya, "Lalu bagaimana ibu rumah tangga seperti Hinata bisa memahaminya jika kalian para calon cunin yang banyak berjibaku dengan buku tidak mengetahuinya?"

Boruto merasa kalimat ambigu Temari menohoknya. Pertama, apa yang salah dengan ibunya yang menjadi ibu rumah tangga? Ibunya tetap rajin berlatih, namun karena kepribadiannya yang introvert dan pemalu. Sang ibu berusaha sebaik mungkin untuk tidak menimbulkan suara, bahkan akhir-akhir ini sebelum kematiannya wanita cantik itu berlatih di kediaman Hyuga yang luas.

Kedua, Ibunya adalah wanita jenius. Setaunya, sang ibu sama jeniusnya dengan Kakashi-jii yang berhasil menciptakan jutsu sendiri - twin lion fist. 

Wajah mengeras Boruto tidak lepas dari pengamatan Temari. Shikamaru mengambil sikap siaga jika sewaktu-waktu Boruto atau Temari salah satunya lepas kendali.

"Ibuku bukan ibu rumah tangga biasa.", Boruto mengucapkannya lamat-lamat, sebisa mungkin menahan amarahnya.

"Benarkah? Bukankah hal yang kau tau dari ibumu hanya masakannya yang enak dan baju musim dingin yang hangat?", pertanyaan sarkasme nyonya muda Nara menyentaknya.

"Oi..oi Temari, hentikan! Boruto masih bocah, jawab saja apa yang ia inginkan."

Mendengar teguran dari suaminya, Temari hanya mendengus. "Sudah kujawab tadi, aku permisi."

Wanita pirang itu berlalu pintu berderak kasar.

Shikamaru hanya mengusap pelan dadanya, sepertinya ia akan memberikan hint pertama dengan lebih jelas. Lagipula kepalang tanggung, sang istri telah cukup murka.

"Kalian bisa mencari tau jutsu itu pada Kabuto, bapak asuh panti asuhan Konoha. Dulu dia ditugaskan sebagai mata-mata Suna, selain itu biasanya dia tertarik dengan jutsu terlarang."

"Panti asuhan Konoha, ibuku memang sering kesana sebelum ini."

"Yosh, baiklah kita kesana!"

.....





HER DEPARTUREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang