Author note: baca pelan-pelan sambil dengerin lagu Let Her Go by Passenger.
......
Hinata Hyuga memang sosok pemikir, ia lebih banyak bertutur dalam kepalanya. Namun hanya menampilkan senyum manis dari bibirnya. Pikirannya selalu sibuk, namun daripada bertutur dia akan langsung melakoninya.
Ya, mungkin karena itulah dia dan suaminya berjodoh. Hinata adalah pemikir yang jarang mengutarakan. Sementara sang suami, lebih banyak bertutur bahkan tanpa memikirkannya dua kali.
Hinata mencintai Naruto adalah kebenaran postulat yang semua orang amini. Namun, apakah Naruto mencintai Hinata?
Orang-orang mungkin akan mengatakan iya, karena pada akhirnya Hinata yang terpilih menjadi istri sang Nanadaime.
Kau tau perbedaannya? Ya, bagi semua orang Naruto adalah satu-satunya bagi Hinata. Namun, Hinata hanyalah pilihan bagi si kuning.
Apakah hal tersebut mengusik Hinata?
Bohong jika dia menjawab tidak.
Namun, lebih dari semua orang yang tidak mempercayai suaminya - ia memilih untuk percaya. Pada awalnya rasanya seperti menipu diri sendiri. Tapi kelamaan, ia memahami suaminya.
Sedikit banyak, suaminya selalu merasa bersalah pada keluarga Uchiha. Ia tidak sanggup untuk mencegah sang sahabat untuk berkelana, namun juga tidak mungkin mengirimkan Sakura untuk mengikuti suaminya. Ya, secara teknis Sasuke dibutuhkan untuk menjaga Konoha dari dalam. Sementara Sakura harus selalu stand by di Konoha untuk menjadi tenaga medis manakala ada serangan mendadak.
Rasa bersalah itu menggerogotinya. Bahkan suaminya akan merasa bersalah saat menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya, sementara keluarga sang sahabat terpisah jarak karena titahnya.
Naruto dan segala kebaikannya, perlahan menghancurkan kehangatan rumah tangganya.
Hinata memandang kedua anaknya bagaikan dua cerminan dari dirinya. Si sulung Boruto adalah sisi dirinya yang manusiawi, yang bisa mengatakan tuntutan kepada Naruto tanpa memikirkan sudut pandang Naruto. Sementara si bungsu adalah sisi dirinya yang penuh kasih, memahami Naruto meski pemahaman itu berakhir menyakiti dirinya sendiri.
Keadaan itu berangsur makin memburuk, dan tidak banyak yang bisa ia lakukan. Ia memahami Boruto dan Naruto sama baiknya.
Hal itu membuatnya makin merasa tidak berguna, ia mengetahui permasalahan tapi juga tidak dapat memberikan jawaban.
Hingga suatu hari ia mendengar mengenai bagaimana Nenek Chiyo dari Sunagakure mampu membangkitkan Kazekage Gaara dari kematian.
Barangkali disitulah ia bisa berguna. Menjadi tameng nyawa bagi sang suami. Bukankah ia shinobi? Ketika Sasuke, Sakura dan Naruto habis-habisan melindungi desa dengan caranya masing-masing. Ia tidak boleh berpangku tangan bukan?
Jawabannya adalah bukan, mungkin ada sekian persen jiwa shinobi menuntunnya untuk sukarela melakukan ini.
Namun jawaban postulatnya tetap satu, yaitu Naruto. Ia ingin membersamai sang suami untuk menjaga desa. Bukankah bukan hal baru jika Hinata selalu diam-diam? Dulu ia diam-diam mencintai sang suami, saat ini bukan hal yang baru jika ia membantu suami.
Hinata memulai sesi latihannya dengan Kabuto, bahkan lelaki itu berbaik hati untuk menyimpan cakranya jika sewaktu-waktu hal yang tidak diinginkan terjadi.
Kala itu baik Temari, Hinata maupun Kabuto tidak akan mengira bahwa cakra Hinata akan terpakai. Karena sampai dengan saat ini Naruto dengan biju-bijunya merupakan wujud dari cakra semesta.
"Jika situasi tidak terkendali dan aku tidak bisa disampingnya, kumohon kau mengabulkan permintaanku"
Kurama mendengus tak suka, "Baka Oyaji akan membunuhku karena merenggut istrinya."
"Tidak apa-apa, itu bukan salahmu. Dia lebih tidak bisa hidup tanpamu dan desa kebanggaannya, Kurama-san.", jawab Hinata lirih dengan senyum di wajah ayunya.
"Kenapa kau melakukan ini?", Kurama tidak bisa untuk tidak bertanya.
"Bukankah ini kewajiban seorang istri?", jawab Hinata diplomatik, menolak untuk menjawab lebih jauh.
Kurama memutuskan untuk tidak menggali kembali, dia adalah rubah bukan hewan penggali. Ingat itu!
Bagi Kurama, istri Naruto ini selalu misterius. Dia baik, siapapun yang mengenalnya bahkan hanya berpapasan dengannya akan mengetahui hal itu begitu saja.Seperti mempunyai indra ke-enam, Hime Hyuga benar-benar dibutuhkan saat Naruto kehabisan cakra, pun juga si biju ekor sembilan. Tangan Kurama bergetar saat mengaktifkan fuin jutsu terlarang, setetes air mata menuruni pipinya. Bantuan cakra itu bagai letupan api bagi Naruto, ia kembali bisa melawan Kawaki dan menumbangkannya.
Siapa sangka setelah lima tahun Hinata menabung cakra, tabungan itu terpakai hingga habis tak bersisa. Namun misinya berhasil, menyelamatkan Konoha no eiyu. Kali ini Hinata 'diam-diam' menjadi pahlawan desa, dengan tetap 'diam-diam' habis-habisan mencintai suami bodohnya.
...
"Kau cukup lamban sebagai penerus klan Nara!", sapaan 'ramah' Kabuto begitu melihat Shikadai, Boruto dan Konohamaru memasuki halaman panti asuhan.
"Jadi kau sudah tau bahwa kami akan kesini?", Boruto menggertakkan gigi.
Kabuto hanya menyunggingkan senyum ramah yang terlihat memuakkan bagi ketiganya. Kabuto berbalik dan memberi isyarat untuk diikuti.
"Boruto-chan, pulanglah!", ucap Kabuto sambil melempar gulungan jutsu padanya.
Boruto dengan tangkas menangkapnya, tapi tangannya bagai tersetrum saat hendak membuka gulungan tersebut.
"Bukalah bersama dengan ayah dan adikmu!"
"Baka oyaji tidak pantas mengetahui apapun tentang ibu!"
"Bukan kau yang berhak menentukannya, bocah! Jika kau ingin mengetaui rahasia kematian ibumu, pulanglah dan temui ayahmu!"
Boruto meremat gulungan itu, kemudian secepat kilat menghilang menuju kediaman Hyuga. Entah kenapa firasatnya mengatakan si baka oyaji sedang bersama dengan Hima.
...
Boruto memasuki ruangan tanpa mengurangi kecepatannya, dan melempar gulungan itu pada lelaki serupa dirinya.
"Buka gulungan ini, sekarang!"
Naruto masih tidak mengerti kenapa anak sulungnya datang dan melempar gulungan tersebut tepat di mukanya.
"Peninggalan terakhir ibuku, sialnya aku hanya bisa membukanya bersama denganmu!"
Hima maju mengambil gulungan yang jatuh di depan ayahnya, "Nii-san, gulungan ini aku yang bisa membukanya. Itu kata ibu."
Himawari membuka gulungan itu tanpa menggunakan segel apapun, ia membukanya seperti perkamen biasa.
Cahaya muncul dari dalam gulungan. Beberapa keluarga Hyuga termasuk Hiashi dan Hanabi bergegas menujunya.
Sosok Hinata muncul dalam bayang semu, namun senyum itu tulus ia tujukan untuk orang-orang tercintanya.
"Ohayou, minna. Jika sampai gulungan ini terbuka. Sesuatu yang buruk sepertinya telah terjadi. Naruto-kun, kuharap kau tidak menyalahkan dirimu. Boruto-chan, ibu berharap kau tidak membenci ayahmu. Ibu yang memilih jalan ini, jadi jika ada seseorang yang ingin Boruto-chan benci maka orang itu adalah aku. Hima, maafkan ibu yang tidak bisa menemani Hima lagi. Aku menyayangi kalian, Sayonara!"
....
END
Maafkan mungkin kesannya buru-buru tapi beneran daripada ide ini hanya stuck dan berakhir hilang rasa, so this is it.
Tenaaang, nanti akan ada extra part. Atau mungkin multi universe 😆
Semoga kalian suka ya, minna-san
Love, llala ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
HER DEPARTURED
FanfictionKemenangannya kali ini tidak disambut dengan suka cita. Warga desa memakai baju serba hitam tanda berduka. Tidak seperti biasanya dimana mereka membawa bunga lili, kali ini mereka membawa bunga lavender. Sesampainya di rumah, beberapa medis-nin tam...