PROLOG

15.1K 379 7
                                    

Assalamualaikum.

Halo...
Untuk pembaca lama, aku bedain sedikit alur cerita ini. Jadi wajib baca ulang.

Untuk pembaca baru, selamat datang di cerita Gus Zaki dan Nabila


"kakak, sudah di masukin semua kopernya ke bagasi? Kalau sudah ayo berangkat" ucap Dira, bunda dari Zaki

"Sudah, Bund" jawab Zaki

"Di periksa lagi, ayah nggak mau balik lagi, jauh" kata Adi, Ayah dari Gus Zaki

Zaki berfikir, "Em... Nggak ada, Ayah"

Muhammad Zaki aldiansyah, berusia 20 tahun. Anak pertama dari dua bersaudara. Tinggi 178 centimeter, kulit yang sawo matang mampu membuat perempuan terpesona, menambah kesan manis, apalagi saat tersenyum dan juga sifatnya yang sangat pelupa

"Ayok! Zira tadi udah kesirep loh disini" teriak Zira dari dalam mobil

Zira firdyani, anak kedua dari Dira dan Adi. Adik kesayangan Zaki, berusia 18 tahun, tinggi 150 centimeter, berbeda jauh dari kakaknya. Zira memiliki kulit putih, dan memiliki lesung pipi di sebelah kanan.

Alasan Dira dan Adi pindah ketempat asalnya, yaitu Zaki dan Zira sudah selesai dengan pendidikannya dan juga mereka merasa sudah cukup bekerja di kota orang, mereka memilih untuk bergabung bersama keluarga disana kembali.

Adi dan Dira juga memutuskan untuk melanjutkan kuliah anak bungsunya itu di kota tempat asal mereka.

Zaki tersenyum, ia menghampiri Adiknya lalu bersender di jendela mobil

"Sabar, cantik-cantik harus sabar" katanya sambil menepuk nepuk kepala Zira yang berada di dalam mobil

"Abang sih, lama banget. Kasian Bunda tuh nungguin sama Ayah." Ketus Zira

"Nanti beli Es krim rasa Oreo, Lima" bisik Zaki

Zira yang mendengarnya langsung turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Zaki.

"Abang masuk pasti capek kan ututut, sekalian bunda sama ayah aku bukain pintunya, ayo berangkat" senyum Zira

Dira dan Adi hanya menggeleng pelan melihat kelakuan anak bungsunya ini.

Selama di perjalanan Zaki melamun melihat bangunan besar dan tinggi di luar sana. Di kota ini, banyak kenangan indah bersama teman temannya. Sedangkan Zira tiduran di paha Zaki sambil memainkan iPad milik Zaki.

"Bang, kapan mau punya istri?" Tanya Zira. Entah kenapa pikirannya muncul tentang Abangnya

Zaki mengerutkan dahinya, "Kenapa tanya-tanya gitu?"

"Abang kalau punya Istri, aku bakalan punya temen cewek. Nanti pasti aku di beli-beliin banyak sama istrinya Abang. Uang saku jadi nambah deh"

"Kalau Abang-mu punya Istri, otomatis perhatian Abang kurang sama Adek" bukan Zaki yang menjawab, melainkan Dira yang berada di depan

"Emang iya?" Zira bangun dari tidurnya lalu menatap Abangnya

"Iyalah, kasian deh di tinggal Abang" Adi ikut menjawab

"Yaudah, kalau gitu Abang nggak boleh punya istri" ketus Zira

"Ngawur" kini Zaki yang menjawab kesal

Zira memberi tatapan tajam untuk Zaki, "Abang harus sama Zira terus"

"Nggak bisa, Ra. Abang harus punya Istri, nggak sama kamu terus, bosen"

"Padahal Adek nggak pernah bosen kalau sama Abang" katanya sambil menunduk, "Yaudah, nanti biar Zira yang nikah duluan" lanjutnya

Zaki langsung membekap mulut Zira, "Kuliah yang bener, belum kuliah udah mau jadi Istrinya orang"

Kisah Di Masjid Al-Hikmah (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang