KETAHUAN UMI

4.5K 233 0
                                    

"Maksudnya?" tanya Bima lagi.

"Maksudnya, kan kita belum kenal, jadi mau kenalan."

"Lah, katanya kemarin udah pinjem sarung," ucap Bima kebingungan.

"Bim, ya Allah, kan nggak sengaja ketemunya. Itu pun aku bantuin dia, belum sempat kenalan."

Bima hanya mengangguk saja. "Yaudah, kenalan langsung kenapa?"

Zaki melirik Bima malas. "Dosa, tanya-tanya ke sampean aja."

Bima menghela napas dalam. "Anaknya baik, suka anak kecil, suka kucing, pendiem. Kalau nggak butuh banget, nggak bakal ngajak ngobrol duluan kalau Nabila mah, tapi sekali ngobrol orangnya asik."

Zaki mengangguk mengerti.

"Cantik juga," lanjut Bima.

Zaki melirik tajam ke arah Bima. Bima pun membalas lirikan tajam itu. "Maksudnya apa lirik-lirik kayak gitu?" tanya Bima.

"Nggak papa," ucap Zaki yang langsung masuk ke ruang shalat, meninggalkan Bima sendirian.

"Heh, tunggu! Nggak mau kenal sama Andin juga, ta, Zak? Sepupunya Nabila!" teriak Bima. Zaki hanya menggelengkan kepala tanpa menoleh ke belakang.

🦋🦋🦋🦋

Pagi harinya, semua warga Desa Genteng melakukan aktivitasnya masing-masing. Semuanya terasa damai, kicauan burung seakan mendukung suasana pagi.

Di rumah Kyai Akbar, Zira, Umi Astutik, dan Bunda Dira sedang mengobrol ringan di ruang tengah sembari menonton TV. Kyai Akbar dan Adi sedang bekerja, sedangkan Zaki berada di dalam kamarnya.

"Zira, nanti jam sembilan mau keluar main ya, Bunda, Umi?" ucap Zira meminta izin. Ia belum sempat meminta izin karena ada janji bersama Nabila dan Andin.

"Sama siapa, Nak?" tanya Dira.

"Nabila dan Andin, anak desa sini."

"Nabila? Yang pernah dibantu sama Zaki, Umi?" Dira menoleh ke arah Umi dan bertanya.

Umi Astutik mengangguk. "Izinkan saja, Dira. Nabila sama Andin anaknya baik."

Dira pun mengangguk. Ia mempercayai perkataan Uminya. "Nanti sama Abang, yah, keluarnya. Biar Abang jagain kalian."

"Tapi..." Zira lesu ingin menolak.

"Benar apa kata Bundamu, Zira. Ajak Abangmu," timpah Umi Astutik.

"Lagian, Abangmu nggak kira nolak. Percaya sama Bunda."

Zira mengerutkan dahinya. "Kenapa gitu, Bund?"

"Sama Nabila, kan? Abangmu pasti mau. Bunda rasa Abangmu lagi masa-masa jatuh cinta."

"Ih, Bunda! Zira sepemikiran sama Bunda. Demen deh kayaknya Abang sama Nabila."

"Kan... bener. Waktu itu juga Bunda tanyain, Nabila cantik apa nggak. Jawaban Abangmu, 'cantik'."

"Zaki bilang gitu?" tanya Umi tiba-tiba dengan raut wajah terkejut.

Dira mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Di Masjid Al-Hikmah (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang