The Untold Story

252 38 5
                                    

*Ini diambil waktu Yua dan Rion bulan madu ke Singapura*

****

Ini kali pertama Yua meninggalkan kampung halamannya sejak lahir. Bahkan saat study tour SMA yang dilaksanakan di luar pulau, Yua tidak bisa ikut. Lalu kali ini Rion malah akan memboyongnya ke luar negeri, setelah itu mereka akan tinggal di ibukota untuk sementara.

Yua keluar dari pekerjaannya tanpa banyak drama. Hanya Fitri yang menangis tersedu-sedu seolah mereka tak akan bertemu lagi.

Abah, Bude, dan Zafran hanya mengucapkan salam perpisahan di depan rumah.

"Dek, jangan lupa foto di patung singa yang terkenal itu sambil pose ngokop airnya ya, Dek," ucap Zafran nyeleneh. Padahal dia sendiri belum pernah ke sana.

"Yang manut sama suami. Jangan lupa telepon Bude," pesan Bude dengan mata berkaca-kaca, ingin menangis tapi ditahan-tahan.

"Kalian sudah suami istri. Lihat dan jalan terus ke depan. Tidak perlu ungkit-ungkit masa lalu. Aib yang sudah ditutup Gusti Allah, jangan dibuka lagi." Pesan dari Abah justru membuat Yua bingung, namun ia dan Rion hanya mencium tangan takzim pada keluarga sebelum menaiki mobil travel menuju bandara.

***

Yua tak henti berdecak kagum sejak menapakkan diri di bandara Changi. Matanya melihat kesana kemari menikmati setiap jengkal pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan mall terbesar di kotanya, tak semewah bandara yang pernah menyabet predikat bandara terbaik di dunia ini.

Rion sedang menelepon seseorang saat sadar sang istri sudah tidak di sampingnya lagi. Lelaki itu segera memutus sambungan telepon dan melihat ke belakang, rupanya Yua masih sibuk melihat-lihat deretan gerai.

Rion mengulum senyum, ia mendekati Yua dan menggenggam tangan istrinya.

Yua tersentak kaget saat merasakan sentuhan hangat di tangannya. Namun senyumnya mengembang saat melihat siapa si pemilik tangan besar yang kini menggenggam tangannya.

Yua mengikuti langkah panjang Rion.

"Aku nggak akan belanja kok, Mas," kata Yua.

Rion menatapnya penuh tanya.

"Katanya kalau suami gandeng tangan istri di tempat belanja gini, bukan karena romantis tapi karena takut istrinya kalap belanja," gurau Yua diikuti cengiran lebarnya.

"Takut ilang," jawab Rion membuat Yua terkikik.

Setelah dari bandara, Rion langsung membawa Yua ke hotel tempat mereka menginap. Yua kembali dibuat berdecak kagum ketika tiba di kamar hotel yang akan mereka tempati. Ini kali pertama Yua menginap di hotel. Ia tidak tahu akan disuguhi pemandangan seindah ini. Padahal kamar yang Rion pilih bukan kamar paling mahal. namun interiornya tetap membuat Yua menganga. Bahkan kamar mandi di kamar hotel ini lebih mewah dibanding rumahnya sendiri.

"Mau istirahat dulu?" tanya Rion lembut. Lelaki itu meletakkan koper di sebelah lemari.

Yua menduduki kasur yang empuk dan halus, wangi pula. Tangannya tak berhenti mengelus bedcover yang lembut.

"Memangnya kita mau kemana?"

"Ke rumah sakit, setelah itu baru jalan-jalan."

Yua mengangguk, meski terlalu sayang meninggalkan kamar senyaman ini.

"Atau hari ini kita di kamar saja?" sambung Rion berjalan mendekati Yua. Melihat tatapan Rion, Yua seolah mengerti ada maksud lain dibalik tawaran Rion.

"Kita ke Rumah Sakit aja," jawab Yua kemudian melesat menuju kamar mandi. "Tapi aku mandi dulu ya, Mas. Gerah."

***

Ruangan yang ditempati Ardiwilaga lebih mirip apartemen dibanding ruangan di rumah sakit. Saat ini Yua sedang menunggu di ruang tamu yang tersedia, sementara Rion bersama seorang asisten yang bernama Saras berada di ruang rawat Ardi. Yua sempat melihat kondisi Ardi sekilas. Lelaki berusia 60an itu terbaring di atas bed pasien dengan berbagai alat bantu. Matanya terpejam sempurna. Napasnya bergerak teratur. Ketika memasuki ruang rawat, hanya terdengar bunyi dari alat-alat yang menunjukkan kondisi sang pasien.

Sedikit Yua tahu dari asistennya kalau kondisi Ardi cukup buruk.
Yua berdoa untuk kesembuhan mantan bos suaminya itu sungguh-sungguh.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan Syera masuk. Wanita itu langsung terhenti ketika melihat sosok Yua di sana. Yua tersenyum kikuk melihat Syera.

"Kok di sini?" tanya Syera. Tak butuh jawaban Yua, Syera tahu benar dengan siapa gadis lugu itu datang.

"Mas Rion."

"Ya gue tahu. Dia pasti lagi di dalem, kan?" Syera melipat tangannya dan menunjuk ruang rawat Ardi dengan dagunya.

Yua mengangguk. Gadis itu berdiri dekat dengan Syera membuat perbedaan yang signifikan bila dipandang.

Rion dan Saras kemudian keluar ruangan. Syera langsung melipat tangannya begitu bersitatap dengan Rion.

Tak menghiraukan Syera, Rion malah pamit dengan syarat.

"Lo liat sendiri Lily dan Shaka bahkan nggak peduli sama bokap. Apa pantas mereka yang jadi penerus?"

"Kalau gitu Saras lebih pantas karna dia yang 7×24 jam sama Pak Ardi."

Syera berdecak jengkel. Menahan umpatannya untuk Rion di depan Yua. Entah mengapa, aura lugu Yua membuat Syera tak ingin mengontaminasinya.

"Saya pergi," ucap Rion kemudian memberi kode pada Yua untuk mengikutinya. Yua mengangguk. Namun kemudian mendekat ke arah Syera.

"Mbak Syera yang sabar, ya. Semoga sakitnya Pak Ardi bisa jadi penggugur dosa beliau, dan ladang pahala buat Mbak yang merawat," ucap Yua pelan. Ia tidak tahu bagaimana cara menghibur anak yang ditinggal sekarat oleh orang tuanya. Apalagi konon orang tua Syera tinggal Ardi, ia tidak dekat dengan ibu tiri dan adiknya. Kalau itu Yua, ia pasti hancur sekali. Namun Syera terlihat tegar.

Gadis itu bahkan memeluk Syera lembut, membuatnya terpaku.

Rion dan Saras saling pandang. Rion ingin segera menarik Yua sebelum Syera murka. Namun Yua terlebih dahulu melepaskan peluknya dan tersenyum tipis pada Syera.

Tak seperti dugaan Rion dan Saras, Syera justru terdiam. Pelukan dan doa tulus dari orang lain membuat hati Syera yang biasanya sedingin salju kini  sedikit menghangat.

"Dosanya kebanyakan kalau cuma diganjar sakit doang." Nada bicara Syera terdengar dingin membuat Yua kebingungan.

Rion buru-buru meraih tangan Yua dan mengajak sang istri pergi dari sana. Sebelum Syera berubah pikiran dan malah ngereog karena disentuh tanpa izin.

***

Note :  Zuzur, kepala ini dipenuhi oleh Syera, wkwkwk, si CEO Cantik, Cool, tapi agak-agak gesrek.

Visual Syera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Visual Syera

Pengin doi bersinggungan dengan Satrya dan Yua yang alim. Terus dipepetin sama Sulaiman, Pak Bos yang mau Nackal tapi terhalang kealiman adeknya (Satrya)

Tuuluuuung ini otak ngebul tapi waktunya nggak ada.

Ini juga Bahtera Sang Laksamana ini setelah kuedit dan kupost versi barunya di KBM, ternyata banyak kurangnya, jadi harus tambal sulam cukup banyak. Hmmm
Ya sudahlah, selamat nostalgia dengan Yua Rion. Yang mau baca lagi cus ke KBM.

Bahtera Sang Laksamana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang