Part V

263 27 0
                                    

TANPA terasa, satu tahun pernikahan pun berlalu, bahkan masalah yang bistro Mikasa hadapi sudah teratasi beberapa minggu setelah rumornya beredar. Itu adalah ulah dari seorang kompetitor yang secara sengaja ingin merusak citra bistro miliknya. Segalanya sudah diatasi melalui jalur hukum sebagai pencemaran nama baik dan suatu cara untuk merugikan usaha orang lain.

Selain itu, hubungan Eren dan Mikasa pun telah membaik. Seperti bayi yang melakukan beragam proses agar dapat berjalan dengan kakinya sendiri, itulah yang mereka lakukan. Semuanya dilakukan secara perlahan dengan harapan tidak melewati batasan.

Pada akhir pekan Eren juga jadi lebih sering menghabiskan waktu di kondominium bersama dengan Mikasa, karena istrinya ini pun libur mengurus bistro; sehingga keduanya akan sibuk memasak, menonton film, bahkan sesekali pergi belanja bersama ke supermarket untuk memenuhi lemari pendingin dengan beragam buah dan camilan.

Apabila di awal terasa menyebalkan ketika Eren membuka mata harus melihat istri kontraknya, maka kini tidak lagi. Eren justru merasa nyaman dengan situasi ini, terlampau nyaman malah. Eren sadar bahwasanya Mikasa adalah sosok yang tulus, tenang, dan juga sangat baik. Bertolak belakang dengan dirinya yang cenderung meledak-ledak dan sering mengeluhkan segala hal.

Mikasa adalah orang tersabar yang pernah Eren temui di dunia. Eren bahkan tak mengerti bahwa akan semudah itu mendapatkan maaf dari Mikasa dengan janji tak akan mengulangi perbuatannya di masa lalu. Eren berani bersumpah bahwa siapa pun yang nantinya akan memiliki Mikasa, sungguh beruntung setengah mati. Bila harus mengorbankan harga diri atau bahkan menjual jiwa pada Sang Penguasa Semesta, Eren pun rela untuk bertukar posisi agar ia saja yang menjadi sosok beruntung itu. Eren ingin sekali berlaku egois, namun ia pun harus sadar diri bahwa keduanya kini hanyalah terikat kontrak semata.

"Sudah bangun? Mau makan apa nih hari ini?" tanya Mikasa yang menelungkupkan tubuh di atas kasur sambil memandang ke arahnya.

Eren pun menggosok-gosok matanya dengan tangan dan berusaha untuk membuka mata dengan lebar. "Hmmm? Apa saja boleh."

"Masak bareng, mau?"

Seketika Eren terduduk dan berucap "Oke " sebagai jawaban.

Lantas keduanya kini berdiri bersebelahan untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Mikasa pun tertawa saat melihat bayangan Eren di cermin yang tengah menyikat gigi dengan amat brutal, sehingga busa dari pasta giginya menyebar ke mana-mana.

"Kenapa sih ketawa? Memang ada yang lucu?"

"Lha, itu lihat busanya mental ke mana-mana. Kayak bocah deh."

Eren pun berkumur-kumur terlebih dahulu sebelum memberi respons pada Mikasa. "Sembarangan ngatain aku bocah!" protesnya.

Mikasa kemudian tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala. Ia meraih handuknya untuk mengelap sisa air yang menempel di wajah, serta mulai berjalan turun menuju ke dapur. Tak perlu waktu lama untuk Eren mengikuti ke mana Mikasa pergi, karena langkah kakinya pun sama besarnya dengan wanita yang berstatus istrinya ini.

Butler dan juru masak pun menyambut kedatangan keduanya, bahkan menanyakan ingin dibuatkan sarapan apa. Namun, Mikasa menggelengkan kepala seraya menjawab, "Hari ini aku mau masak sendiri ya, jadi kalian kerjakan hal lain saja."

"Baik Mikasa-sama," ucap mereka serempak dan dilanjut dengan meninggalkan dapur.

Eren pun kini berdiri di hadapan meja pantri sembari melihat Mikasa yang hilir-mudik mencari segala bahan makanan dan peralatan. Padahal ia sudah menawarkan diri untuk membantu mencari, tetapi Mikasa bilang bahwa lebih baik ia saja yang mencari sendiri karena khawatir pekerjaan semakin lama akibat Eren tak terbiasa dengan kondisi tata letak dapur.

How can I love the heartbreak, you're the one I love | Eremika (Attack on Titan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang