Part VI (End)

393 27 0
                                    

ENTAH kenapa waktu berjalan begitu cepat. Kini mereka hanya memiliki waktu sebanyak lima bulan lagi hingga kontrak kerja sama selesai. Eren semakin memperlakukan Mikasa dengan baik, bahkan Mikasa juga demikian. Orang di luaran sana akan menilai betapa serasi dan saling menyayanginya mereka bila dilihat dari perlakuan terhadap satu sama lainnya. Benar-benar pasangan yang sangat bahagia dan menjadi idaman bagi seluruh makhluk di dunia. Di satu sisi, Eren senang dengan pemikiran orang lain yang demikian, namun tetap saja Eren tak mengetahui seperti apa perasaan Mikasa terhadapnya sebenarnya.

Ketika Eren sudah merasa sangat dekat dengan Mikasa dan berpikiran untuk berkata jujur kepadanya tentang segala keresahan yang ia rasakan di hati serta pikirannya, justru sebuah badai datang menghadang. Malam itu, seperti biasa Eren harus menjemput Mikasa di bistronya, namun Eren tak tahu bila sedang ada pesta makan malam di sana.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Zoë's Archy, galeri arsitektur milik kakak iparnya, Hange Zoë. Sungguh bodoh dirinya yang tidak mengetahui hal semacam ini sebelumnya. Lantas ia menghampiri Hange untuk sekadar bercengkerama sembari menunggu pesta selesai dan bisa pulang bersama Mikasa. Untungnya ia tidak harus menunggu lama, karena acara inti telah selesai sedari tadi, sehingga setelah Hange berpamitan karena telah dijemput oleh Levi, duduklah ia di sebuah kursi yang mejanya telah diberi partisi. Eren tidak berusaha mencari Mikasa, karena ia sadar bahwa wanita itu pasti sibuk sekali dan akan menunggu Mikasa mengiriminya pesan bila telah siap untuk pulang. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara orang yang sedang mengobrol dan berada tak jauh dari sisinya.

"Mikasa! Akhirnya kita ketemu lagi."

"Eh iya, Jean. Apa kabar?" jawab Mikasa dengan ramah.

Lelaki yang bernama Jean itu pun tersenyum, lantas menjawab, "Baik. Kamu juga, 'kan?"

"Kalau gak baik, siapa yang masak dong?"

Jean terkekeh mendengar penuturan Mikasa. "Ehehe, iya juga, ya."

"Hmm, kok masih di sini? Bukannya Kak Hange sudah pulang, ya?" tanya Mikasa yang heran sambil melihat ke arah kursi di mana kakak iparnya duduk sebelumnya.

Jean menggaruk tengkuknya yang entah benar terasa gatal atau tidak seraya berkata, "Oh, sebenarnya aku memang sengaja nunggu kamu."

Mikasa mengernyit heran sembari mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri. "Nunggu aku? Memangnya ada keperluan apa?"

"Kayaknya aku gak perlu basa-basi lagi ya, Sa. Aku cuma mau jujur kalau aku tertarik sama kamu sejak kita ketemu di sini beberapa minggu lalu, pas Kak Hange kenalin aku dengan kamu. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Mungkin kesannya gombal banget, tapi aku serius. Aku sadar sih sebenarnya ini tuh terlalu cepat, bahkan kita belum kenal dekat. Cuma ... kalau kamu mengizinkan, kita bisa saling mengenal terlebih dahulu. Bagaimana?"

Mikasa menganga ketika mendengar ucapan Jean, lantas menutup mulutnya dengan jemarinya dan berkata, "O-oh. Ah, sejujur ini mengejutkan. Serius, aku kaget. T-tapi, aku punya jawaban yang mungkin bakal bikin kamu kaget juga. Is it okay?"

"Y-ya. Gak apa-apa, Sa," jawab Jean sedikit terbata.

Satu sisi Jean berharap perasaannya terbalas, namun di sisi lain sepertinya ia akan menjadi lelaki yang sangat mengenas. Begitu pula sosok lain yang duduk di balik partisi meja, ia mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Firasatnya sungguh tidak enak, ingin sekali rasanya beranjak. Lantas langkahnya pun terhenti kala mendengar dengan jelas apa yang Mikasa utarakan setelahnya.

"Jean, maaf. Aku sangat menghargai perasaanmu. Namanya jatuh cinta, kadang kita tak bisa mengontrol juga bakal merasakannya kepada siapa. Cinta adalah setulus-tulusnya rasa, namun tetap saja kesimpulan akhirnya itu tak akan terduga. Jadi maaf, aku benar-benar gak bisa menerima kamu untuk masuk ke dalam hidup aku, karena sebenarnya aku sudah menikah, Jean. Mungkin Kak Hange lupa kasih tahu ya, hehe."

How can I love the heartbreak, you're the one I love | Eremika (Attack on Titan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang