Ini Sulit

8 0 0
                                    

    Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang kamu butuhkan. Perasaan apa yang cukup untuk membuatmu bersedia menyerahkan diri kepada makhluk bernama komitmen. Dan lelaki seperti apa yang kamu ingin habiskan waktu bersamanya. Aku hampir tidak tahu apa pun. Karenanya, ada saat di mana ketidaktahuanku cuma membawaku kepada ketakutan.

    Aku takut hubungan yang kamu ingin adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang selama ini kuketahui. Aku takut perasaan yang cukup untuk mengajakmu berkomitmen tak pernah datang kepadaku. Aku takut kalau aku berada 180 derajat dari lelaki yang kamu inginkan. Ketakutan-ketakutan itu membawaku kepada sesuatu yang lain; ia adalah kemungkinan.

    Mungkin aku terlalu pandir untuk mengerti kalau satu-satunya hal yang tidak  kamu inginkan adalah membuatku berpikir tentang kemungkinan yang cuma ada di dalam kepalaku. Mungkin kamu terlalu mendekati sempurna, sampai semua yang kamu lakukan tak cukup untuk membuatku merasakan sakit di saat sebenarnya keberadaankulah satu-satunya hal yang tidak kamu inginkan. Dan mungkin, yang bisa kulakukan cuma tetap mencintaimu, mencintaimu, dan terus mencintaimu.

    Kupikir memang begitu. Aku cuma akan terus mencintaimu. Mencintai kecantikanmu. Mencintai tingkah lucumu. Mencintai kemampuanmu menahan hasrat memukul orang yang kamu benci. Mencintai caramu menikmati hidup dengan membeli sesuatu yang kamu ingin. Mencintai caramu makan keripik. Mencintai kekuatanmu menghadapiku di saat aku terlalu banyak omong. Mencintai tahi lalat di pipi kirimu. Dan mencintai semua hal yang tak akan habis jika harus kutulis.

    Tapi aku bisa memaksa diriku tetap menulis. Sampai saatnya nanti ada yang patah di antara hati dan jari. Meski barangkali, itu pun tak cukup untuk membuatmu peduli.

//

— Aip Orlandio

RUANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang