4. Kesempatan

448 82 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sachio duduk sambil memperhatikan Jinkawa dan Monji sparring, kedudukan kali ini Monji berhasil satu angka di atas Jinkawa.

"Wah sialan, kau bertambah kuat ya?" kata Jinkawa sambil tertawa, ia tak menyangka bahwa Monji sekuat ini, ia tak bisa meremehkan Monji yang katanya akan menjadi penerus pemimpin Housen itu.

"Bukankah sepatutnya aku memang sekuat ini?" Monji bertanya balik sambil menyeringgai.

"Ayo maju lagi," kata Jinkawa yang kemudian Monji kembali menyerang dan membanting Jinkawa tanpa ampun.

"Jinkawa~~" panggil Yuken yang baru memasuki ruang sparring dengan santainya.

"Wah~ kau kalah," ledek Yuken sambil bertepuk tangan dan tertawa melihat Jinkawa terengah-enggah di lantai itu.

"Awas ya kalau setelah pertarungan kau minta gendong padaku, tak akan kuturuti lagi!" ancam Jinkawa kesal.

"Aku hanya bercanda." Yuken menghampiri Jinkawa dan Monji sambil membawakan handuk kecil pada mereka.

"Kerja bagus!" Yuken menepuk pundak Monji dan membuat anak kelas dua itu tersenyum puas.

"Kau juga kerja bagus, tapi lain kali tingkatkan lagi kekuatanmu," ledek Yuken pada Jinkawa.

"Sialan!!" Jinkawa buru-buru bangkit dan merangkul leher Yuken dengan kuat, Yuken yang kesakitan menepuk-nepuk lengan Jinkawa meminta untuk dilepaskan.

Shidaken dan Sawamura yang duduk bersama dengan Sachio tertawa melihat tingkah temannya itu, lalu Shidaken menoleh pada Sachio.

"Bagaimana perkembanganmu mendekati gadis itu?" tanya Shidaken.

"Aku juga penasaran, kau juga sudah dua hari tidak membawakan takoyaki lagi. Apa berjalan buruk?" tanya Sawamura kemudian.

Melihat ketiga temannya mengobrol membuat Jinkawa melepaskan rangkulannya dan berjalan menuju ketiganya, diikuti juga oleh Yuken.

"Tidak baik dan tidak buruk juga," jawab Sachio dan membuat teman-temannya penasaran.

"Kenapa bisa begitu?" tanya Jinkawa.

"Lusa lalu ia mengacungkan pisau lipatnya padaku," jawab Sachio sambil tertawa kecil mengingat tingkah Nao.

"EEEEE?!" keempat temannya menunjukkan reaksi terkejut. Sachio sudah menebak reaksi teman-temannya akan seperti itu.

"Dia berani sekali!" kata Sawamura sambil memberikan kedua jempolnya pada Sachio.

Sachio kembali tertawa sambil mengangguk, "Benar. Hebat 'kan," katanya dengan bangga.

"Itu karena dia tak tahu siapa Sachio, jika tahu mungkin tak akan seperti itu," ujar Shidaken, namun Shidaken tetap mengakui keberanian gadis itu.

"Mengapa ia sampai seperti itu padamu? Kau melakukan kesalahan?" tanya Yuken penasaran.

"Karena aku terus memperhatikan dan mengikutinya sampai rumah," jawab Sachio santai.

Hanabi | Ueda Sachio✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang