Bab 2

315 64 6
                                    

CHAPTER 2

"Bagaimana kabarmu, Yibo?" alunan suara lembut itu akhirnya menyapa setelah sekian lama, membuat Yibo sedikit terpaku akan sosoknya.

"Aku ... aku baik," jawab Yibo. "Bagaimana denganmu? Kau sama sekali tidak membalas pesan dariku setelah hari kelulusan."

Senyum tipis kembali tersemat di bibir, kemudian Xiao Zhan menjawab dengan tenang, "Maaf. Waktu itu, aku sangat sibuk untuk persiapan masuk universitas. Lalu ponselku rusak dan semua datanya hilang."

"Benarkah?" Yibo menyeringai. "Hanya karena itu? Lalu, apa kau juga pindah?"

"Ya, tentu. Aku diterima di universitas luar kota," jawab Xiao Zhan.

"Lalu bagaimana dengan sekarang? Kau kembali ke kota ini, atau ...."

Xiao Zhan mengangguk. "Ya, aku bekerja di kota ini."

Seorang waitress menginterupsi percakapan mereka, mengantarkan dua cangkir kopi. "Satu moccachino dan satu espresso. Selamat menikmati, Tuan."

Yibo meminum kopinya sesaat setelah waitress itu pergi, sedangkan Xiao Zhan hanya tersenyum menatap pria itu. Belum ingin menyentuh mocachino miliknya. "Seleramu banyak berubah. Sejak kapan kau suka minum kopi?"

Yibo meletakkan cangkir kopinya. "Bukankah delapan tahun hilang kontak bukanlah waktu yang singkat? Wajar jika kebiasaan dan hobi kita mulai berubah."

Xiao Zhan mendecak lidah. "Jangan bilang kau marah karena aku tidak menghubungimu. Kau terus membahas hal itu sejak tadi." Bibir Xiao Zhan sedikit memanyun, bersikap manis untuk mencairkan suasana.

Di sisi lain, Yibo mengakui bahwa dia rindu dengan tingkah menggemaskan itu. Xiao Zhan bisa menjadi sangat dewasa dan bisa pula menjadi seorang pemuda yang sangat manis di waktu yang sama. Menggemaskan .... Yibo selalu rindu akan senyumnya. Senyum yang bahkan mampu menggantikan rasa manis dari satu sendok gula.

*****

Beijing, sepuluh tahun yang lalu ....

"Zhan, tunggu!" seru Yibo di tengah koridor kelas. Terdengar cukup lantang di antara kerumunan siswa yang baru menyelesaikan jam pelajaran siang itu.

Xiao Zhan berbalik dan menatap lelaki itu. Anak laki-laki populer yang kini membuat semua mata tertuju kepadanya.

Yibo sendiri tidak membuang waktu untuk berlari dan menghampiri Xiao Zhan. "Kau punya waktu? Aku ingin bicara denganmu."

Dua pemuda itu berjalan bersama, menaiki tangga, menuju atap gedung, tempat paling nyaman dan sepi untuk berbicara empat mata.

Keduanya kini berada tepat di belakang dinding pembatas, mengamati pemandangan halaman sekolah di mana beberapa siswa masih berlalu-lalang. Banyak siswa yang keluar dari gerbang untuk pulang ke rumah masing-masing, ada pula beberapa yang masih berada di lapangan. Mereka bermain dan berbincang-bincang.

"Soal pernyataan cintamu tempo hari, aku sudah memikirkannya," ucap Yibo.

Xiao Zhan mengalihkan tatapan ke arah pemuda yang kini berdiri bersebelahan dengannya. Tersirat setitik harapan, berandai-andai tentang sebuah kemungkinan yang tidak masuk akal.

Yibo melanjutkan ucapannya, "Aku memang tidak bisa menerimamu. Tapi kita masih bisa berteman."

Setitik harapan di mata Xiao Zhan sirna saat itu juga. Senyum lembut mulai terukir di bibir, kemudian bertanya, "Bolehkah? Kau sangat populer di antara gadis-gadis. Tapi selama ini kau seperti anti sosial yang menjauhi orang-orang. Kau tidak benar-benar memiliki teman dekat. Apa aku benar-benar boleh menjadi temanmu?"

YOU, ALL MY FIRST (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang