1. Kematian

136 10 2
                                    

.
.
.

Naruto pov.

Di bawah payung hitam aku berteduh sendirian, perlahan semua orang pergi meninggalkan aku dan dirimu yang sudah tidur pulas dalam kedamaian.

Suara gemuruh hujan seakan mewakili perasaan aku saat ini, siapa sangka saat ini kita di takdirkan untuk menjalani kehidupan yang berbeda.

"Sayang ku--"

Lirihku dengan menatap abu dari tubuhmu yang sudah  di kremasi.

"Sayang ku--"

Lirihku kembali menatap dirimu di balik foto tersenyum manis, akupun menangis.

Penyesalan ini terasa menyesakkan, beberapa kali aku menghujamkan pukulan tepat di dadaku yang semakin sesak ini dan berharap ini hanya mimpi buruk saja.

Waktu berlalu dan akupun melangkahkan kaki ku menjauh dari tempat peristirahatan mu, dengan berat aku terus menjauh dan menjauh.

Hujan semakin deras, aku berlari masuk ke dalam mobil. Memfokuskan indra penglihatan ku agar aku bisa melajukan mobil dengan stabil.

Di pertengahan jalan tiba-tiba saja mobilpun terhenti mendadak.

"Sial, aku kehabisan bensin"

Ujarku.

Di tengah-tengah hujan aku melihat sebuah toko yang lampunya menyala paling terang lalu pergi ke toko tersebut bertujuan untuk istirahat sejenak.

Cringgg...

Terdengar suara lonceng saat membuka pintu toko tersebut.

"Restoran"

Gumam ku saat menyadari itu adalah restoran dengan satu pelayan yang menyambut kedatanganku.

"Selamat malam tuan?"

Ucap pelayan tersebut dengan tersenyum tapi memasang ekspresi datar.

"Selamat malam"

Jawabku dengan duduk di kursi kosong.

Pelayan itu menghampiriku dengan membawa sebuah teko kecil tempat menyeduh teh, dengan tatapan misterius pelayan itu menuangan teh kedalam cangkir yang ia letakkan di mejaku.

"Sebutkan keinginan mu"

Ucap pelayan itu dengan menatapku.

Akupun merasa ada hal aneh dengan si pelayan dan restoran kecil itu. 

Aku tidak ingin pusing memikirkan keanehan tempat itu, dengan tulus dan tanpa berpikir akupun mengucapkan.

"Dia--- aku hanya ingin hidup lebih lama bersamanya"

Akupun menghelakan nafas ku.

Si pelayan tersenyum padaku dan menggerakkan telapak tangan kanannya agar aku meminum teh yang ia sajikan.

Akupun meminumnya, teh nya terasa pahit namun sensasi akhirnya begitu manis. Aku meminumnya sampai habis karena jujur saja rasa teh itu begitu menyegarkan.

"Tidurlah--"

Si pelayan mengusap kepalaku dengan suara yang begitu lembut.

Aku mendengar kata itu begitu samar dan entah kenapa mataku terasa berat dan mengantuk.

"Perbaikilah apa yang kamu sesalkan, anak muda--"

Lanjut si pelayan misterius itu dan semenjak saat itu aku menyadari bahwa aku sepertinya tertidur dengan pulas.

.
.
.

"Haaaahhhh---"

Naruto terbangun dari tidurnya, kepalanya begitu pusing.

Gelora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang