Kesatu

7 0 0
                                    

"Eh! Beli cookies-nya dong!" Arin yang masih menenteng keranjang kue jualannya berhenti mendengar seruan dari belakang tubuhnya.

Arin berbalik, "kamu mau beli? Seriusan?!" Antusiasnya.

Cowok bertubuh tinggi itu menggaruk pelipisnya, "Y-ya iya, kan gue udah bilang tadi"

Arin tersenyum manis, hatinya seakan melambung tinggi ke atas langit mendung hari ini, "di lorong aja yuk! Takut hujan" katanya.

Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju bangku panjang yang berada di lorong  pemisah antara MIPA 2 dan MIPA 3.

"Nah! Coba pilih dulu mau rasa apa?" Tanya Arin dengan tangan yang memberikan satu-satu sampel kue jualannya pada cowok berkulit putih itu.

"Kue varian bubur kacang ijo? Maksudnya?"

"Iya selainya aku buat dari bubur kacang ijo yang dijadiin selai, enak kok, anget buat musim ujan gini! Kalo kue polosannya itu normaly kue kering keju" jelas Arin. "Kamu boleh coba makan nih, buat pertimbangan mau rasa apa," Arin memakai sarung tangan plastik, lalu membuka kotak makanan yang isinya kue-kue kering jualannya versi mini yang telah ia siapkan untuk testi pembelinya.

Pertama ia tentu saja memberikan kue varian barunya, kue kering burjo, atau bubur kacang ijo.

"Cookies nya emang rada keras gini ya teh?" Cowok itu mencoba beberapa kali menggigit kue tersebut, tapi tidak juga terpotong.

"Kamunya kalih! gigitnya kurang bertenaga,"

Cowok itu menyerah, iya memilih memasukkan satu kue utuh ke dalam mulutnya, lalu mulah mengunyahnya.

"Nah itu bisa. Enak kan? Mau berapa nih belinya?" tanya Arin kelebih senang.

Tiba-tiba cowok itu terbatuk-batuk, seraya tangan yang memukul dada. "Air! Air! Punya air nggak?!"

Arin ikutan panik. Ia buru-buru membuka botol air minum miliknya, lalu menyerahkannya pada cowok itu.

"Astaga!" Itulah kata yang cowok itu ucapkan seusai reda dengan batuknya.

"Ya ampun lain kali hati-hati dong makannya. Sampe keselek gitu," Arin mengusap-usap bahu cowok itu.

"Haha iya teh," cowok itu tertawa garing, "btw nanti bawa aja semua kue jualan Lo ke kelas 11 IPS 3 ya! Nanti cari aja nama Aron," cowok itu tersenyum, lalu bergegas pergi meninggalkan Arin yang masih terdiam.

"Ta-tapi! Aku nggak buka layanan DO!" Sayangnya, cowok itu sudah pergi cukup jauh sampai suara Arin tidak terdengar.

Arin menghembuskan napasnya, "yah yaudah lah, anterin aja."

***
Rara masih saja tertawa terbahak-bahak semenjak Arin bercerita tentang lelaki bernama Aron yang memborong kue kering buatannya, "Aron? Beli kue lu? seriusan?" Ia kembali tertawa.

"Iya, kenapa sih? Malahan tadi anaknya malah borong dagangan aku yeee!" Sembur Arin.

Rara mengusap ujung matanya yang sedikit berair, "bukan gitu Rin... Masalahnya gua pernah satu kelas sama dia waktu kelas sepuluh. Tuh anak ke kantin aja jarang, apalagi beli kue kering gini, kurang kerjaan aja gitu,"

"Ya siapa tau kan, sekalinya pengen jajan emang lagi pengen makan kue. Lagipula kue buatan aku kan enak-enak, jadi mungkin anak-anak rekomendasiin ke dia!"

Rara menggelengkan kepalanya, "bukan masalah enak atau nggak enaknya Rin. Dia tuh anak yang super-super cinta kebersihan banget! Makanya jarang ke kantin, sekarang tiba-tiba banget pengen kue jualan Lo. Aneh aja kan? Biasanya juga tuh anak bawa bekal dari rumah"

"Jadi karena takut makanan kantin kotor, dia bawa makanan dari rumah? Bawa bekal gitu?" Rara mengangguk. "Iya... Tipekal anak mamih gitu lah."

"Bagus dong!" Seru Arin

Kening Rara berkerut, "bagus dari segi mananya?"

"Ya bagus," Arin tersenyum senang, "pasti dia bakalan jadi langganan aku,"

"Nanti istirahat anter aku ke kelas 11 IPS 3 ya!"

***
"Udah Lo siapin kan?" Bisik salah satu cowok kepada temannya.

Temannya itu menampilkan jari jempol, "beres!"

"Bisik-bisik apaan kalian berdua?" Tanya Aron yang sedang mengelap meja tempat duduknya. Harus tetap bersih, agar mood belajarnya meningkat.

"Kepo lu emak-emak!" Sembur salah satu cowok.

Aron memutar bola matanya, seraya sebelah bibirnya yang mendesis sebal.

"Win! Beresin kali meja lu! Kotor banget kayak kandang sapi!"

Satu kelas tertawa dengan celetukan khas milik Aron yang selalu patroli melihat-lihat apakah ada sesuatu yang kotor di kelasnya.

"Berisik amat! Meja, meja gua ya suka-suka gue lah!" Balas Erwin tak terima. Sudah nasib menjadi teman sebangku Aron. Ia harus siap menjadi kandidat pertama omelan Aron yang nyeleneh tentang kebersihan.

"Lo juga nih Den! Tempat makan tuh bawa ke rumah kalo udah abis! Jangan di inepin di kolong meja sampe berjamur gini!" Omelnya pada temannya yang lain.

"Permisi! Ada yang namanya Aron nggak?"

***

Halo! Halo! Kembali lagi dengan tulisan akuu hahaha!

Maaf banget ya, aku belum bisa ikutin jadwal yang aku atur karena ternyata nulis juga butuh mood. Apalagi banyak tekanan dari luar yang mengharuskan aku jarang angkat pena:(

Tapi aku usahain, insyaallah bakalan namatin kisah ini huhu. Karena aku juga ikut penasaran kelanjutannya gimana wkwk

Kesan dan pesan buat chapter ini tulis disini ya!

Tombol next!

Secret admirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang