Aku mulai tertarik, sepertinya.

992 38 4
                                    

"Yonaaaa! Cieee cieee katanya kemarin abis ngedate ya?" teriak Lidya sambil menghampiriku. Dasar tukang tubir, seenak perut aja neriakin gosip yang nggak bener. Yang bener tuh Yona cantik. Okesip.

"Apaan sih. Dasar mbak mbak tukang gosip. Pastiin dulu lah berita sebelum diumumin gitu. Kan jadi gaenak diliatin orang se-kantin," balasku sambil menyentil jidatnya.

"Yaa lagian nggak cerita-cerita. Oke, jadi sohib gue udah melepas masa jomblonya? Kapan sebar undangan?"

"Elaah diem dulu ngapa Lid!"

Aku menyumpel mulut Lidya yang nyerocos tanpa henti itu dengan roti isi yang baru setengah kumakan. Dan itu sukses membuat Lidya bungkam. Tidak apa-apa lah kehilangan setengah sarapanku demi menutup mulur admin tubir ini.

"Oke, jadi gini. Dengerin dulu, jangan nyela ye."

Lidya mengangguk. Aku menarik napas kemudian menceritakan semuanya. Iya, semuanya. Dari aku bertemu dengan dia, hmm, Vino namanya kalau tidak salah. Ia sepantaran denganku. Kami hanya sebatas saling mengenal nama kemarin, tidak lebih. Lagi pula, kami hanya sepayung berdua sampai halte bus depan kampus.

"Ooh... gitu. Kirain udah jadian gitu. Kan lumayan nih tanggal tua bisa dapet traktiran dari mbak Yona." Lidya cengengesan. Roti yang tadi kupakai untuk membungkam mulutnya sudah berpindah ke dalam perutnya dalam sekejap.

"Ngomong-ngomong aku ngelembur di perpus Lid hari ini, jadi nggak bisa pulang bareng."

"Ngelembur di perpus? Yakin? Apa mau ketemuan sama cowok itu?"

"Hahaha boro-boro ketemuan Lid, kampus seluas ini kemungkinan ketemu dia lagi kecil."

"Ooh ngomong gitu, tandanya ngarep ya?"

Skak. Aku dibuat Lidya terdiam. Memang benar sih, aku berharap bertemu dia lagi. Tapi aku takut, aku takut dia tak ingin bertemu lagi denganku. Pasalnya kemarin aku aktif sekali memberikan berbagai pertanyaan untuk kami bicarakan sepanjang jalan.

---

Cuaca siang ini cukup terik, membuatku harus sesekali mengibaskan kertas atau buku hanya demi mendapat angin semilir. Sebenarnya bisa saja aku duduk di dekat jendela yang notabenenya lebih sejuk. Namun nasib memang, semua meja baca dekat jendela di perpus ini sudah penuh.

Mencoba mengabaikan panas, aku kembali berkutat dengan buku-buku literatur yang ada di hadapanku. Di awal semester seperti ini tidak banyak tugas, tapi tetap saja aku belajar untuk mengantisipasi rentetan tugas kelak. Kan lebih praktis kalau sudah tahu nanti harus mencari referensi ke mana.

Tanpa sadar, jarum jam terus berputar sampai akhirnya berdentang pukul empat sore. Aku menyudahi aktivitasku, kemudian mengembalikan buku-buku yang sudah kubaca kembali pada tempatnya.

Satu langkah keluar perpustakaan, aku kembali di sambut oleh tirai air yang begitu deras di hadapanku. Oh, tidak lagi. Sepertinya benar-benar sudah dimulai ya musim hujan? Dan bodohnya, lagi-lagi aku tidak membawa payung.

Aku merogoh tas ku, mencari-cari barangkali ada benda yang bisa kupakai menutup kepalaku saat aku berlari ke halte.

Lho? Tanganku seperti menyentuh benda berbahan nylon. Tapi seingatku, aku tidak membawa apapun yang berbahan nylon. Hanya ada buku dan tas make-up ku saja.

Kuambil benda yang terasa janggal tadi.

Gotcha. Sebuah payung biru dan aku yakin sekali, ini bukan milikku.

Aku menatap heran. Seingatku, tidak ada yang mendekati tasku seharian ini.

Atau... saat aku terlalu asik membaca tadi ada yang meletakkan ini di dalam tas ku? Atau Lidya yang iseng ngadoin payung sebagai ucapan selamat jadian? Ah ngaco. Siapa juga yang jadian. Lagian tadi katanya dia lagi krisis duit alias mana mungkin kesambet gledek tiba-tiba beliin payung.

Dari pada merenungi siapa yang meletakkan ini di tas ku, ada baiknya aku pakai saja ini payung. Sayang juga kan kalau nggak dipakai. Hehe.

Kulepaskan pita pengikat payung lipat ini. Kemudian kutekan tombol yang berada di dekat pegangan untuk membukanya.

Plop.

Eh? Kulihat di bagian dalam payung ini ditulisi "Hai, salam kenal." dengan cat kuning yang cukup mencolok.

Siapa pengirimnya?

Aku, Kamu, dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang