Sekitar sepuluh menit menunggu, aku mendengar suara motor berhenti di parkiran depan tempat makan. Cepat juga dia sampai disini, begitulah pikirku.Aku sudah menyiapkan berbagai sumpah serapah untuk Raja yang berani mengangguku.
Aku mengamati gorila itu dengan terburu-buru melepas helmnya dan masuk ke dalam. Ekspresinya tampak panik mencari keberadaanku. Saat mata kita bertemu, dia nampak agak lega. Setengah berlari, Raja langsung menghampiri ku.
"Akhirnya nemu lo."
Merasa tidak ada hal darurat yang terjadi padaku, aku bertanya heran dengan tingkahnya.
"Kenapa coba panik gitu?"
Mata coklatnya memandangku dengan lembut. Dia tidak menjawab pertanyaan ku. Tersenyum.
"Mau pulang sekarang?"
"Iyalah, gegara lo gue ga pulang-pulang nih. Gegara bang Satriya juga maksa gue nunggu lo."
Aku menatap tajam abangsat di sampingku. Dia hanya tersenyum usil.
Kembali mengalihkan perhatianku pada Raja, ekspresinya masih tersenyum lembut. Namun entah kenapa terdapat sedikit kesedihan dalam senyumnya.
'Perasaanku aja kah?'
Aku tak mau terlalu memikirkan itu, aku hanya ingin segera rebahan di kamarku. Aku pun mengambil tas yang terletak di kursi. Tiba-tiba tangan Raja mengambil tas belanjaanku di lantai. Aku menatapnya bingung.
"Siniin, gue bisa bawa sendiri."
"Udah ga apa. Yuk keluar gue kawal belakang lo."
Aku tak paham lagi dengan tingkahnya. Akhirnya aku keluar dan menuju tempat motor abang diparkirkan.
Jalanan pulang masih ramai seperti biasa, dengan Raja yang mengikuti di belakang.
Setengah jam kemudian, kita sampai di rumahku. Raja ikut masuk ke halaman rumah. Tentu saja aku menawarinya untuk masuk sekedar basi-basi saja. Walau di dalam hatiku berdoa agar dia menolak dan segera pulang.
"Nih."
Raja menyodorkan semua tas belanjaanku.
"Thanks. Masuk dulu?"
"Gausah, gue masih ada urusan. Lo mending istirahat aja abis ini."
"Iya. Hati-hati lo pulangnya."
"Yoi."
Sepertinya semesta sedang berbaik hati kepadaku. Raja benar-benar menolak tawaranku dan berlalu pergi.
Setelah menutup gerbang depan, aku membawa belanjaanku dan membongkarnya di kamar. Aku cukup senang dengan baju-baju baru yang kudapatkan, menatanya di lemari.
Merebahkan badanku di kasur, penat akhirnya terasa membebani. Aku mengambil ponselku dan membuka aplikasi tiktok. Waktunya untuk bersantai sambil menunggu sore hari.
...
Aku membuka mataku. Kulihat jam yang menggantung di kamarku menunjukkan pukul 16.04 WIB. Ternyata aku ketiduran saat scrolling tiktok tadi. Ponsel di tanganku sudah cukup panas dengan layar aplikasi yang masih memutar video kucing.
Memang, hewan menggemaskan satu itu sangat sulit untuk dibenci. Aku sangat ingin memelihara satu bola bulu. Namun sayangnya permintaanku selalu ditolak, khawatir aku tidak bisa merawatnya dengan baik.
Aku bangun dan bersiap-siap untuk mandi. Cuaca di luar sangat cerah, cocok untuk jalan-jalan sore. Tentu saja aku tidak akan melakukannya. Lebih enak untuk lanjut berbaring setelah badanku segar kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIES
Teen FictionGadis itu berbohong lagi. Entah sudah berapa kali ia membangun tembok yang memisahkan diantara keduanya. Tidak bisa. Dia tidak sanggup menampakkan sisi lemahnya pada siapapun. Dunia ini terlalu kejam untuk kelinci yang hanya bisa meringkuk di pojok...