Naila Zara Irawan adalah seorang remaja yang akan berusia 19 tahun beberapa bulan lagi. Dia baru saja lulus SMA, dan baru akan mendaftar ke universitas yang dia inginkan sejak lama. Naila ingin masuk jurusan tata boga, karena memasak adalah salah satu hobinya.
Semasa sekolah, Naila memiliki satu teman dekat bernama Thea. Namun di perayaan kelulusan kemarin, Thea tidak bisa hadir karena ada urusan lain. Ketua kelasnya yang bernama Kevin lah yang merencanakan perayaan tersebut.
Naila pikir, memang satu kelas di ajak semua untuk merayakannya. Ternyata setelah Naila bertanya ke beberapa temannya yang lain, mereka bahkan tak tahu kalau ketua kelas mereka mengadakan perayaan tersebut. Dan lagi, Kevin bilangnya perayaan akan dilakukan di sebuah cafe. Ternyata pemuda itu berbohong dan malah mengadakan perayaan di sebuah kelab malam.
Hari ini Naila memiliki waktu senggang, jadi dia langsung berkunjung ke rumah Thea. Naila ingin menceritakan apa yang terjadi semalam di perayaan kelulusan tersebut.
"Jadi, teman sekelas kita yang lain gak datang?" Thea yang merupakan teman dekat Naila bertanya dengan bingung.
"Bukan tidak datang. Tapi mereka memang tidak diundang. Aku bertanya pada Anna dan Cecil," jawab Naila. Thea terlihat kaget mendengar itu.
"Aku dipaksa untuk minum oleh Regina. Dia bilang kadar alkoholnya rendah, tapi aku sampai mabuk berat," sambung Naila dengan wajah sedih.
"Tapi kamu baik-baik aja kan?" Thea bertanya dengan khawatir.
"Aku baik-baik saja. Beruntung ada Om Xavier di sana. Jadi Om Xavier membawa aku pulang saat melihatku di sana. Dan Om Xavier bilang, Kevin dengan teman-temannya melakukan sesuatu padaku," jawab Naila dengan ekspresi sedih. Thea menghela nafas pelan mendengar itu.
"Beruntunglah Om Xavier ada di sana sebelum mereka bertindak lebih jauh terhadapmu. Menurutku, ini sudah termasuk pelecehan loh, Nai. Seharusnya kamu laporkan mereka semua ke polisi. Bisa juga Regjna dan teman-temannya ingin menjebak kamu," ujar Thea.
Kevin dan enam teman dekatnya, juga Regina dengan dua temannya yang lain merupakan sebuah geng di kelas mereka. Selain terkenal di kelas, geng mereka juga terkenal oleh satu sekolah. Sangat kebetulan ketua geng tersebut berada dalam satu kelas yang sama.
Regina, pernah beberapa kali mengajak Naila dan Thea untuk masuk gengnya. Namun Naila maupun Thea selalu menolak ajakannta, dengan alasan tak ada gunanya masuk geng yang dipimpin oleh Regina. Entah Regina kesal atau bagaimana, mungkin dia sengaja membohongi Naila tentang alkohol tersebut agar Naila mabuk berat dan tak sadar saat akan dilecehkan oleh Kevin dan kawan-kawannya.
Setelah di telusuri, ternyata yang hadir dalam perayaan tersebut ya hanya anggota geng mereka. Orang kuar geng mereka yang di ajak hanya Naila dan Thea saja. Seperti sudah direncanakan dengan matang.
"Kalau aku melaporkan mereka ke polisi, Papa pasti akan tahu dan aku akan dimarahi," jawab Naila dengan suara pelan. Thea menghela nafas lagi, bingung harus apa.
"Jadi gimana sekarang?"
"Aku sudah menghapus nomor mereka dan juga memblokirnya. Pokoknya aku akan berusaha keras untuk menghindari mereka semua. Aku tak mau bertemu dengan mereka lagi," jawab Naila. Tak terpikir sedikit pun dalam benaknya untuk melaporkan mereka semua ke polisi.
"Jadi, semalam kamu pulang diantar oleh Om Xavier?" Thea bertanya lagi.
"Enggak. Om Xavier membawa aku pulang ke rumahnya. Baru tadi pagi anterin aku pulang ke rumah," jawab Naila.
Naila, sudah mengenal Xavier sejak dulu. Naila sangat ingat kalau dia bertemu pertama kali dengan Xavier itu saat dia masih duduk di bangku SD. Saat itu Xavier beberapa kali datang ke rumah bersama ayahnya. Kadang Xavier membantu ibunya untuk menjaga adiknya yang saat itu masih kecil. Kadang Xavier membantu ayahnya mengerjakan sesuatu di rumah. Kadang juga Xavier membantunya mengerjakan PR.
Naila ingat, ibunya pernah berkata kalau Xavier sedang di didik dengan keras oleh ayahnya karena suatu masalah. Pertemuan mereka hanya beberapa kali saja, bisa dihitung dengan jari. Hingga akhirnya Naila mendengar kabar dari ayahnya kalau Xavier pindah ke Amerika dan menetap di negeri Paman Sam tersebut.
Lima tahun yang lalu, Xavier pulang dan menetap lagi di Jakarta. Sejak pulang sampai sekarang, Xavier bisa dibilang cukup sering juga berkunjung ke rumah ayahnya sekedar untuk ikut makan saja. Namun karena intensitas pertemuan yang cukup sering, Naila jadi mengenal Xavier.
Naila lalu menghela nafas pelan, karena dia tak ingat apa saja yang terjadi semalam saat dia mabuk berat. Naila berharap, dia tak melakukan tindakan memalukan di depan Xavier. Sudah cukuplah dia syok dengan perkataan Xavier yang katanya dia dilecehkan oleh teman-temannya.
"Aku menyesal tidak bisa menemani kamu di sana, Nai. Dan aku sangat bersyukur kamu tidak kenapa-kenapa," ujar Thea. Naila hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Obrolan mereka terhenti sesaat ketika ponsel Naila berdering nyaring. Dengan cepat Naila merogoh ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ayahnya.
"Halo, Pa." Naila menyapa ayahnya dengan nada sopan.
"Aku sedang di rumah Thea sekarang. Kenapa?" Alis Naila bertaut, membuat Thea yang duduk di depannya penasaran.
"Baiklah. Aku akan mengantarkannya sekarang juga, Pa. Papa tak perlu khawatir." Setelah mengatakan itu, sambungan telepon pun terputus. Naila menghembuskan nafas panjang setelahnya.
"Ada apa, Nai?" Thea bertanya penasaran.
"Papa menyuruh aku untuk anterin berkas ke kantor Om Xavier sekarang juga," jawab Naila. Dia lalu mengantongi ponselnya dan langsung berdiri.
"Aku pergi dulu ya. Nanti setelah dari kantor Om Xavier aku akan ke sini lagi," ujar Naila. Thea menganggukkan kepalanya dan Naila pun segera pergi dari sana.
_____________________________________
Hai semuanya. Update ketiga untuk hari ini. Jangan lupa tinggalkan jenak ga❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart
RomanceXavier Pratama, seorang pria berusia 32 tahun berstatus lajang yang kini menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya. Secara tak sengaja, dia masuk ke dalam kehidupan seorang remaja yang baru saja lulus SMA. Berkeinginan untuk menjauh, namun waktu se...