Bagian 03; Seoul

418 51 9
                                    

CW/TW: HARSHWORD.

Seoul, March 2024

Jalanan yang ramai, dihiasi dengan banyaknya pejalan kaki ditrotoar, cahaya bulan yang begitu indah menerangi seisi permukaan. Suasana sejuk terasa, sudah masuk musim semi. Seorang pemuda yang sedang berduduk santai dibangku taman menikmati sejuknya udara, tangannya sibuk mengetik kata-kata disebuah benda pipih yang dia pegang.

Pemuda itu asik dengan ponselnya, tak menghiraukan banyaknya orang yang berlalu lalang, tak peduli dengan kebisingan. Matanya hanya berfokus pada pesan yang ingin dirinya kirimkan pada seseorang.

Setelah mengirimkan pesan tersebut pemuda itu bergegas dari duduknya, pergi dengan motor sport berwarna hitam menuju ke cafe terdekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengirimkan pesan tersebut pemuda itu bergegas dari duduknya, pergi dengan motor sport berwarna hitam menuju ke cafe terdekat. Tak butuh waktu lama untuk sampai, pemuda itu sudah tiba disana. Dia bertemu dengan Jaemin, orang yang dirinya hubungi tadi.

Jaemin menghampiri dirinya, "jadi?"

"Masuk dulu, gak enak kalau ngomong disini." Jaemin mengangguk mengiyakan.

Keduanya memilih tempat duduk yang jauh dari keramaian, mengambil tempat terpojok seperti kekasih yang ingin berkencan. Tapi jangan salah paham dulu, mereka berdua hanya berteman dekat, tak memiliki hubungan lebih. Lagipula Jaemin juga sudah memiliki kekasih.

"Jadi apa bang?" tanyanya.

"Gue dapet info, dari suruhan gue yang masih nyari Renjun sama Haechan."

Jaemin tersentak, "uhuk!" dirinya tersedak dengan ludahnya sendiri. "Lo serius bang? Renjun sama Haechan udah meninggal bang, gak mungkin masih hidup."

"Lagian ngapain lo nyari tau orang yang udah meninggal? Gak waras lo, bang."

"Aelah gak gitu, Na. Ini beneran info yang akurat."

"Ya ampun bang Mark, ini kalau akurat udah gak masuk diakal. Renjun sama Haechan udah meninggal, kita sendiri yang lihat kalau mereka dikuburin beberapa bulan yang lalu."

Mark menggeleng kecil, "lo gak tau aja, Na. Sehabis pemakaman gue ke kantor polisi buat ngecheck informasi penerbangan mereka yang ke Swiss dan ternyata nihil. Gak ada penerbangan ke Swiss yang nyatat nama mereka."

"Satu pun gak ada, Jaemin."

Pernyataan Mark membuat Jaemin kembali tersedak dengan ludahnya lagi, "uhuk!"

"Anjirlah, kalau gini pesen minum dulu, yang ada lo mati kalau gak minum." Mark mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan.

Saat pelayang datang, Mark memesan Namericano dengan delapan shot sesuai dengan kesukaan Jaemin dan juga secangkir kopi hangat kesukaan dirinya.

"Lanjut nanti, tunggu minum dulu." Ujar Mark yang menatap Jaemin, sang empu hanya mengangguk sambil memegangi lehernya yang perih karena tersedak.

Tak menunggu waktu lama, minuman keduanya pun datang. Mark memberikan Namericano itu kepada Jaemin dan langsung diminum oleh sang empu, hanya diminum beberapa teguk namun tak sadar minumannya sudah habis setengah.

Love? (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang