Bagian 05; Teman Lama?

238 28 0
                                    

Motor sport berwarna merah melaju membelah jalanan pagi kota Berlin, ramai tapi menenangkan, tanpa arah Haechan membawa kendaraan itu berkeliling kota. Maafkan Haechan yang telah berbohong pada Renjun, dia tak bisa mengutarakan apa yang mengacau hatinya sekarang.

Pikiran yang tak damai membawa dirinya hanyut dalam kelajuan motor, menyalip beberapa kendaraan yang ada di depan. Sedikit berlabu dengan emosi, dirinya tak ingin seperti ini. Anggaplah Haechan seorang pengecut yang lari dari kenyataan, kenyataan bahwa dia dan Renjun masih harus berjuang untuk mempertahankan cinta keduanya.

Lelah, setelah semua yang dulu, haruskah masalah baru ini datang? Walau dulu tak bagaimana berat, tapi itu sudah cukup membuat Haechan kalang kabut. Oh Tuhan, sekarang pikiran Haechan kacau balau.

Haechan menepikan motornya dibahu jalan, mencoba menetralkan pernapasannya yang menjadi sedikit sesak tadi, tangannya mengambil benda pipih yang ada disakunya. Mengecek sekarang sudah jam berapa. Dan coba tebak jam berapa?

13.47

Sudah siang, ternyata Haechan tak terkendali lagi. Dirinya tak sadar telah membawa motor itu berjalan selama enam jam lebih, walau sempat beberapa kali berhenti, Haechan pikir sekarang masih pagi. Apakah karena pikiran sialnya ini yang membuat dia tak fokus? Oh sungguh! Haechan muak dengan keadaan ini.

Haechan kembali menyalakan motornya, membawa motor itu melaju lagi, sekarang dia merasa punya sebuah tujuan. Dia ingin beristirahat sejenak disebuah restoran cepat saji yang ada di penghujung jalan.

Saat tiba disana, Haechan langsung memesan satu paket makanan dengan minuman dingin, memilih meja untuk dirinya duduki tapi sebelum itu, dia melihat seseorang yang tampak familiar baginya.

Orang itu ada ditempat duduk pojok, Haechan menghampirinya dan menyapa pelan.

"Han?"

Ah! Ternyata benar. Orang itu adalah teman lama Haechan, sosok yang familiar dimatanya, Han Jisung.

"LOH? LO HAECHAN KAN?"

"Beneran Han kan lo? Kok bisa lo disini sih," antusias Haechan membalas.

Han tertawa kecil, "hahaha gue udah tinggal disini, Chan. Udah sekitaran sepuluh tahunan."

Pernyataan yang membuat Haechan terkejut, "yang bener aja Han, jadi lo disini semenjak disuruh bokap lo ya? Lo gak kangen ke Korea?"

Han tersenyum, mempersilahkan Haechan untuk duduk dikursi kosong yang ada dihadapannya. "Iya, Chan. Ya gitulah, gue juga udah nyaman di sini, kangen sih ada tapi gue gak ada waktu buat balik ke sana," jelas Han.

Haechan mengangguk, "lo sibuk apa nih, kerja ya?" Han mengangguk, "iya, gajinya lumayan loh, Chan. Bisa bikin gue kenyang sebulan bahkan lebih."

"Keren ya lo, yang dulunya anak ingusan sekarang udah bisa cari uang sendiri," kagumnya.

"Lo sendiri gimana? Ngapain disini, liburan?"

Haechan menggeleng, "gak. Gue mungkin bakal tinggal disini."

"Sendiri? Kalau sendiri, tinggal aja sama gue, Chan. Gue tinggal sendiri doang soalnya."

"Gak perlu Han, gue kesini sama pacar gue. Udah punya Apart juga, yaa kalau dibilang sih gue sama dia udah ada rencana buat beli rumah, tapi belum sekarang." Han yang mendengarnya menjadi penasaran.

"Siapa tuh pacar lo, cewek?"

"Cowok, Han."

"Uhuk!" Han tersedak mendengarnya, "yang bener aja! Lo pacaran sama cowok? Pantes aja lo ke Jerman."

"Terus ayah lo tau? Setau gue ayah lo posesif sama ngekang banget kan ya, apa lo gak dimarahin?" Tanyanya.

"Bukan marah lagi, Han. Gue udah dipukul malah pas ayah tau gue pacaran sesama jenis, tapi gue biarin aja sih. Gue udah gak mau berhubungan sama dia," jelasnya. Han mengangguk paham.

Love? (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang