dinner

80 21 1
                                    

Junmyeon berjalan dengan santai, kedua tangannya di saku, dan dia melihat-lihat dengan mata yang jeli pada studio tersebut. Berada di lantai atas kantor, studio itu seukuran satu apartemen dan berisi meja-meja yang berfungsi sebagai tempat sortir, tempat desain, dan meja kerja. Dia datang di jam bekerja, ketika desainer lepas dan staf Juhyun sedang memilah-milah kain dan membuat desain baru.

"Ini adalah pakaian yang kami terima dari beberapa yayasan." Juhyun mengajaknya ke bagian sudut terlebih dahulu, sebuah meja sortir yang berdekatan dengan kamar cuci. "Ada banyak yayasan yang menerima pakaian yang tidak lagi layak untuk dipakai. Sebenarnya ... agak miris. Orang-orang hanya memberikan pakaian tanpa menyortir lagi dan diberikan ke panti. Banyak di antaranya yang tidak bisa dipakai sama sekali."

Junmyeon hanya melihat tanpa menyentuh. Staf yang sedang menyortir mengelompokkan kain-kain tersebut berdasarkan bahan dan warna.

"Setelah disortir, akan dicuci dan disterilkan. Setelahnya, baru ditentukan akan dibuat menjadi apa. Kadang-kadang, aku masih bisa membuat desain yang besar dari gabungan beberapa kain yang serupa. Denim, misalnya. Kadang masih bisa digabungkan menjadi mantel yang layak."

"Dan kau sendiri yang mendesain semuanya?"

"Mostly." Juhyun berbalik untuk mengajaknya ke sebuah meja desain. "Tapi aku juga membutuhkan desainer lepas untuk quality control dan membantuku mematangkan desain, atau membuat desain sederhana, ketika aku sibuk dengan pekerjaan lain di bawah."

Juhyun berhenti di depan meja desain. "Ini meja kerja keduaku." Ia menunjukkan buku sketsa yang berserakan, sebuah desain tas yang setengah jadi, dan peralatan gambar. "Sori, berantakan."

"Apa tas itu desainmu sendiri?"

"Oh, iya. Aku juga mendesain tas dari kain-kain bekas."

"Kamu punya merk paten, tidak?" Junmyeon mengamati tas itu dari dekat. "Desain ini otentik. Kamu juga memiliki ide yang bagus soal recycle. Kalau mau, aku bisa bantu mengurusnya."

"Aku tidak percaya diri." Juhyun mengangkat bahu. "Ini hanya desain sederhana. Tidak seperti yang ibuku buat." Juhyun menerima tas itu kembali dari tangan Junmyeon, dan meletakkannya dengan hati-hati di atas meja. "Lagipula aku tidak konsisten. Produkku tidak melulu tas, karena aku juga mempertimbangkan bahan. Aku lebih sering memproduksi pakaian jadi."

"Mungkin kamu hanya perlu berproses." Junmyeon masih menatapnya bangga. "Dan bertualang dengan bisnismu."

Juhyun mengangguk pada salah satu stafnya sambil berjalan menuju pintu. "Benar. Aku baru memulainya dua tahun belakangan. Perjalananku masih panjang. Dan ... awalnya aku tak begitu yakin bisnis ini akan berjalan lancar. Aku hanya memulainya sebagai hobi karena aku punya lumayan banyak waktu luang di luar posisiku di brand milik Ibu. Ternyata ini sangat menyenangkan dan aku bisa mempertahankannya cukup lama."

Mereka menuruni tangga bersama. "Aku menyesal kenapa kita tidak bertemu sejak dulu."

"Junmyeon-ah, kamu menghabiskan waktumu dengan sekolah di Amerika Serikat. Tentu saja kita tidak pernah bertemu."

Junmyeon tertawa kecil. "Tapi setidaknya, aku akhirnya bertemu denganmu." Dia berhenti sejenak. "Jadi ... kapan?"

"Apa itu?"

"Keluarga Kim mengadakan makan malam rutin bersama sebulan sekali, setiap tanggal dua puluh tujuh. Hanya Ayah, Ibu, aku, dan adikku. Tapi karena adikku masih sibuk dengan sekolahnya di San Francisco ... jadi hanya kami bertiga."

"Dan aku diundang?"

"Kurasa kita sudah membicarakan ini, Juhyun-ah."

Juhyun menghela napas. "... Oke."

conditional loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang