Bab 9

215 28 0
                                    

Hening. Tidak ada satu pun yang berbicara di meja makan. Semua orang sibuk dengan piringnya masing-masing. Kejadian yang tidak pernah terjadi sebelum-sebelumnya. Biasa Jessy paling cerewet jika ada di meja makan. Dia dengan ceria kan menceritakan aktivitasnya saat berada di kampus. Tetapi kali ini, gadis cantik bermata sipit itu memilih diam. Ia sedang tidak bersemangat untuk bercerita. Kalandra pun lebih menekuri piringnya, ia makan dengan ogah-ogahan.

"Kalian kenapa, ada masalah?" tanya ibunya.

"Nggak, Ma," jawab Jesy dan Kalandra berbarengan.

Om Irfan melirik sebentar wajah anak-anaknya. Setelah itu kembali melanjutkan makannya. Ia sangat paham jika Jesy dan Kalandra mogok bicara. Besok juga kalau ada maunya mereka akan kembali berbicara.

Kalandra berdiri karena piringnya sudah habis, ia sengaja makannya sedikit. Setelah itu ia segera pamit ke kamarnya. Jesy pun segera menyusul kakaknya.

"Pah, anak-anak kenapa?" tanya Tante Margaret.

"Papa nggak tahu, Ma. Mungkin saja mereka sedang memiliki masalah. Biarkan saja. Nanti juga kalau ada apa-apa mereka bakal bilang." Om Irfan tidak ingin membicarakan masalah yang terjadi dengan usaha Kalandra dengan kawan-kawannya yang terbakar. Takut istrinya kembali jatuh sakit.

"Pah, apa benar Kalandra mau dijodohin sama Clarisa?" tanya Tante Margaret setelah selasai makan, dan piring-piring kotor sudah dirapikan oleh asisten rumah tangganya.

"Apa Kalandra sudah cerita sama Mama?"

Tante Margaret mengangguk.

"Kenapa Papa tidak pernah membahas masalah perjodohan ini sama Mama?"

"Papa belum sempat cerita karena Mama keburu sakit. Perjodohan itu nggak bakal terjadi kalau Kalandra mau nurut buat kerja di perusahaan."

"Terus apa Kalandra mau?"

"Dia mau. Tadi dia datang ke kantor."

Tante Margaret merenung. Bagaimana bisa Kalandra yang gigih menolak, bisa luluh gitu aja. Anak itu sama keras kepalanya dengan Sang ayah.

"Bukannya Kalandra selalu menolak?"

"Karena tidak mau dijodohkan dengan Clarisa, makanya dia mau bekerjasama."

"Semoga dia beneran mau bekerja dengan sungguh-sungguh."

"Harus mau. Karena kalau bukan dia siapa lagi yang akan memajukan Halim Group."

"Iya, Pah."

Tante Margaret malas membuat obrolan yang akan memicu perdebatan. Meski hatinya meyakini ada sesuatu yang disembunyikan suaminya, hingga Kalandra bisa takluk. Apakah ini menyangkut Kelana? Hal inilah yang paling Tante Margaret takuti kalau suaminya akan menyeret Kelana pada masalah besar. Padahal, gadis itu tidak ada hubungan apa-apa dengan putranya.

Mungkin di antara mereka menyimpan rasa yang sama, tapi Kelana pandai menyimpannya, karena perbedaan di antara mereka yang sangat besar. Lain halnya dengan Kalandra yang menunjukan rasa sukanya dengan terang-terangan.

Di dalam kamar Kalandra merebahkan tubuh letihnya. Pikirannya menerawang mengingat kejadian tadi sore, di tukang sate. Tak urung ia tersenyum. Hatinya bahagia, bisa melihat Kelana dari dekat. Tetapi mengingat ancaman ayahnya, hati Kalandra berubah layu. Ia tidak akan menyeret gadis itu pada bahaya yang lebih besar. Perasaannya saat ini untuk sementara di kubur dulu. Sebelum dirinya tangguh, tidak boleh memperjuangkan seorang gadis.

Kalandara segera bangkit dari duduknya, ia harus membaca kitab yang diserahkan oleh ayah Kelana.

Ayah Kelana, Om Fitrah memberikan kitab suci Al-Qur'an terjemahan buat dibaca oleh Kalandra. Mereka mendiskusikan banyak hal, terutama tentang keislaman. Om Fitrah tidak mengizinkan Kalandra yang ingin menikahi putrinya, meskipun dibayar dengan keislaman karena untuk perkara hidayah terlalu remeh jika ditukar dengan cinta terhadap manusia.

"Kamu juga harus memikirkan perasaan keluarga besar kamu ketika mau berpindah agama. Jangan sakiti orang yang sudah membesarkan kamu, kecuali berpindahnya keyakinan itu murni atas pencarianmu tentang Tuhan, bukan karena manusia."

Ternyata memperjuangkan cinta tidak semudah pemikirannya, apalagi jika perbedaannya adalah masalah keyakinan, masalah akidah. Jika masalah status ekonomi saja bisa memperuncing masalah, apalagi masalah yang sudah berkaitan dengan akidah.

Om Fitrah pun menjelaskan banyak tentang Islam, membuat Kalandra tahu di mana letak perbedaannya. []

---------------------------------------------------------
"Barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya Karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya sesuai kemana dia hijrah." (H.R. Bukhari dan Muslim).




Merajut CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang