Pekerjaan yang tengah digarap Kathleen membuatnya cukup sibuk beberapa hari ini, begitu pula dengan Eric. Sebagai Direktur Pemasaran, Eric menghabiskan sebagian besar waktu di ruang kerjanya. Kathleen bahkan beberapa kali memperhatikan pria itu tidak kembali ke apartemennya. Sejak malam itu mereka tidak terlibat kontak fisik lagi, Eric bahkan sulit diajak bicara dan beberapa pesan teks yang dikirim kathleen hanya dibaca tanpa dibalas. Ia merasa kesepian namun tetap memaklumi kesibukan Eric.
Kathleen mengambil tumpukan dokumen yang telah disiapkan timnya untuk diserahkan kepada Eric. Ia berjalan ke ruang kerja Eric, mengetuk pintu pelan sebelum masuk.
Rambut Eric tertata rapi dan aroma shampo khas pria tercium ketika ia mendekat. "Proposal pemasaran produk terbaru semua telah siap." Ucap Kathleen bersemangat.Eric tidak menjawab Kathleen. Fokus pria itu berada di layar ipad yang digenggamnya.
Kathleen mencoba berbicara lagi. "Eric, proposal pemasaran produk,"
"Kathleen." Kemudian pria itu mengangkat wajahnya, menjawabnya dengan enggan, tarikan nafas Eric seperti singa ingin mengaum. Ekspresi wajahnya terlihat kesal. "Letakkan saja di meja."
"Jika kau butuh sesuatu seperti kopi atau,"
"Kubilang tinggalkan saja dimeja! Silahkan keluar, Kathleen." Nada suaranya meninggi dan menggema mengisi ruangan kantor yg sepi.
Nyali Kathleen menguap di udara, ia meletakkan tumpukan dokumen ke atas meja Eric dan melangkah pergi. Ia setengah kecewa, berharap Eric memperlakukannya dengan baik setelah apa yang mereka lakukan bersama.
Ia merapikan meja dan mengambil tasnya, jam kerja telah berakhir sejak tiga jam yang lalu. Kathleen berharap bisa melakukan sesuatu untuk Eric, namun pada kenyataan kehadirannya tidak dibutuhkan.Diluar sedang hujan deras, Kathleen mengendarai kendaraannya dalam suasana hati yang berkabut. Saat ini ia terlalu lelah untuk merasa sedih. Tidak lama kemudian ia telah sampai di flat miliknya dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang tidak terlalu empuk namun cukup nyaman untuk tubuhnya beristirahat.
Dering ponsel memecah keheningan, Kath merogoh tas dan mengeluarkan sumber kebisingan.
"Hai, Max." Kathleen merebahkan kepalanya lagi.
"Apa aku mengganggu istirahatmu, Kath?" Suara pria dibalik ponsel terdengar ramah dan menyenangkan. Berbanding terbalik dengan pria yang digilai Kath.
"Its okay, Max. Aku senang kau menelepon." Ungkap Kath jujur. Ia berharap bisa berbicara dengan seseorang untuk menjaga kewarasan.
Kathleen bertanya lagi. "Apa kau sedang lembur?"
"Yap, tapi ruang kerja berada di dalam apartemen. Pekerjaanku dilakukan dari rumah."
"Apa aku mengganggu kau bekerja, Max?"
Pria itu tertawa lembut. "Tidak mungkin, Kath. Karena aku yang menghubungimu duluan."
"Ah, benar juga." Kathleen tertawa malu. "Maaf aku tidak membalas pesanmu, pekerjaan akhir akhir ini cukup menyita waktu."
"Kupikir kau bisa menebus kesalahan dengan makan malam bersamaku, bagaimana kalau besok di tempatku? Kau bisa melihat ruang kerja dan apa saja yang aku kerjakan disini."
Kathleen menggigiti bibirnya. Max mengundangnya ke apartemen pribadi pria itu. Bagaimana jika Eric mengetahuinya? Akan terjadi bencana besar apabila sampai terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE NIGHT STAND WITH MY CEO
RomansaKathleen tidak pernah menyangka keperawanan nya direnggut pada malam penuh gairah oleh Eric Grant. Seorang CEO dingin yang dikenal setiap pegawai sebagai pembenci wanita. Kathleen menerima tantangan untuk menggoda pria itu selama satu pekan dan mena...