Part 2

13 2 6
                                    

ΔΔΔ





Judul buku : Libra

Ditulis oleh : William L. Tandean

Jari jemari Libra bergerak membuka lembar pertama buku itu.

Libra. Sebuah nama yang tak asing kudengar. Itu adalah nama sebuah rasi bintang yang indah. Tapi baru kali ini aku mendengar ada orang yang bernama Libra. Unik sekali.

Entah bagaimana gadis bernama Libra ini bisa ada di ruangan bacaku. Berpakaian aneh yang sangat asing di mataku. Kupikir dia penyusup atau sebagainya, tetapi ternyata tidak. Gadis ini tidak tahu apa-apa.


****


Pasundan, Indonesia 1960

Di sebuah rumah besar yang terletak di kawasan elit Negeri Pasundan, Kota Bandung terdapat dua orang wanita yang sedang menyapu teras rumah tersebut. Lalu datanglah sebuah mobil yang masuk ke halaman rumah tersebut.

Mobil itu kini terparkir di halaman rumah, si sopir bergegas keluar mobil dan membukakan pintu kursi penumpang mobil tersebut, dan tampak seorang lelaki keluar dari dalam mobil tersebut. Sopir pun kembali menutup pintu mobil dan membungkuk kearah lelaki itu. Pun dengan dua orang wanita yang merupakan pembantu itu juga membungkukkan setengah badan kearahnya.

Lelaki itu berpakaian jas berwarna hitam yang senada dengan celananya. Lalu dibalut kemeja putih di lapisan dalamnya, juga memakai sepatu pantopel berwarna hitam. Perawakan yang tinggi semampai dengan kaki jenjang, memberikan kesan gagah ketika melihatnya.

Pintu rumah dibukakan oleh salah seorang pembantu, lelaki itu pun berjalan masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke arah kamarnya dan masuk kedalam ruangan itu. Ia membuka satu persatu kancing jas nya dan melepas jas itu. Kemudian menaruhnya di sofa kamarnya, menyisakan kemeja putih yang tertinggal di badannya.

Lelaki itu duduk di sofa kamarnya. Ia menghela nafas sejenak. Lalu, beranjak pergi ke ruangan lain. Ia masuk ke sebuah ruangan baca di rumahnya. Di sana terdapat banyak rak-rak buku di ruangan tersebut. Lalu terdapat sofa berbentuk setengah lingkaran berjejer melingkar di sentral ruangan dan terdapat meja besar di tengah sofa tersebut.

Lelaki itu berjalan melewati beberapa rak buku tersebut. Ia hendak pergi ke sudut kanan, tempat favoritnya membaca buku, di sofa yang berada di dudukkan jendela besar itu.

Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika menangkap pergerakan sekelibat yang ia lihat di lorong rak buku yang baru saja ia lalui.

Ia hendak memutar balik, namun...


Brakkk


****


"Aduh, aduh. Sakit.."

Libra mengeluh kesakitan saat badannya terjatuh dari sofa tersebut.

Lalu, seorang kakek-kakek penjaga yang sekaligus pemilik toko tersebut datang menghampirinya.

"Ini tempat untuk membaca dan membeli buku, Nak. Bukan tempat untuk tidur. Pulang sana. Nanti kamu dicari oleh orang tuamu, Nak."

Libra sudah bangun dari jatuhnya. Lalu ia tersenyum kikuk, menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, lalu mengangguk setelah mendengar yang diucapkan kakek itu. Ah, ia sungguh malu sekali.

"Kek, anu.. buku ini harganya berapa ya? saya mau beli."

Libra menodongkan buku bertajuk Libra tersebut kepada kakek. Kakek itu berkata,

"Bawa saja. Lagipula itu buku random yang kakek temukan di tempat ini. Tidak tahu harga jualnya."

"Yang benar, Kek?"

LIBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang