3| Tatapan Permusuhan

19 1 0
                                    

Hari ini tepat sepuluh hari menjelang ulang tahunku. Rencana penculikkan Putra Mahkota Huca Noar De Roanor juga sudah siap dengan sempurna.

Aku duduk di depan meja rias dengan Hannah sedang menyisir rambutku yang pirang bergelombang. Rasanya menyenangkan sekali rencanaku berjalan dengan sempurna, sanking sempurnanya ini terasa aneh dan membuatku khawatir.

Aku yakin Lady Rose sudah mengendus keberadaanku sebagai lawannya, tetapi mengapa dia belum menggangguku sama sekali ya? Tidak mungkin iblis perempuan itu diam saja ketika tahu posisinya sedang terancam. Ini sungguh aneh sekali.

"Tuan Putri, saya ingin menyampaikan surat yang dikirimkan pada Tuan Putri hari ini." tiba-tiba Sui salah satu pelayanku datang. Dia menunduk sambil menyerahkan nampan berisi beberapa surat.

"Apakah ada surat dari Ibu Kota Kekaisaran? Misalnya kiriman dari kediaman Lupelan?" tanyaku. Bisa saja Lady Rose mengirim surat berisi ancaman atau kutukan bukan? Itu memang tindakkan kekanak-kanakan dan tidak sesuai dengan dirinya, tetapi siapa yang tahu? Aku harus menyingkirkan semua kemungkinan yang ada.

"Tidak ada Tuan Putri."

"Kalau begitu singkirkan, aku sedang tidak ingin membaca surat."

"Mohon maaf Tuan Putri, tetapi ada surat dengan segel merah dari kediaman Count Azares," jelas Sui.

Surat dengan segel merah berarti surat yang sangat genting. Biasanya surat tersebut dikirimkan jika ada hal yang darurat atau jika seseorang memerlukan bantuan dengan sangat cepat. Apakah terjadi sesuatu yang buruk pada keluarga Count Azares? Aku pun langsung mengambil surat yang dibawa Sui.

Setelah membuka surat tersebut ternyata itu dikirim oleh Aphete Azares, gadis periang yang menjadi sahabat Catasphela. Surat itu ditujukan padaku, bukan Ayahku, seharusnya aku bisa menebak jika ini ditulis oleh putri Count Azares. Aku terlalu sibuk memikirkan Lady Rose hingga pikiranku mati sejenak.

Saat aku masih menjadi Lady Rose, aku sangat membenci keberadaan Aphete. Dia seperti kecoak, susah dihilangkan dan selalu saja mengganggu rencanaku untuk menjatuhkan Catasphela. Siksaan berat bagiku selama terjebak dalam perputaran waktu sialan ini adalah harus terus bersama Aphete. Dia memang teman yang baik, tetapi selalu berisik dan gemar melebih-lebihkan sesuatu. Sebagai contoh surat dengan segel merah ini.

Aku menatap surat di tanganku dengan kesal.

Gawat sekali! Aku hampir mati rasanya menunggu hari ulang tahunmu. Kudengar Tuan Putri memesan gaun khusus di Efilla Debon? Toko besar di Ibukota Kekaisaran! Aku juga mau membeli gaun baru di sana. Mungkin juga gaun Tuan Putri telah selesai dijahit. Mari kita pergi bersama. Aku akan datang menjemput Tuan Putri bersama dengan ibuku besok - Aphete Azares

Bisa-bisanya Aphete menggunakan segel merah pada hal yang tidak penting ini. Aku melipat surat tersebut dan kembali meletakan ke nampan yang dibawa Sui.

Bagi seorang gadis yang belum melakukan debutante memang tidak siperbolehkan untuk pergi berkeliaran sendiri, karena bisa membawa nama buruk bagi keluarga dan gadis yang seperti itu pun akan dianggap gadis nakal. Kami harus pergi dengan wali, atau orang dewasa yang tentunya memiliki kedudukkan cukup baik di kalangan sosial. Aku dan Aphete sama-sama masih terlalu muda untuk menggelar debutante, maka dari itu Aphete juga mengajak serta ibunya sebagai wali kami berdua.

Tok tok tok....

"Permisi Tuan Putri, Countess Azares dan Lady Azares sedang menunggu Tuan Putri di ruang perjamuan," kata seorang butler dari depan pintu kamarku.

Jelas-jelas di surat tertulis mereka akan datang besok. Mengapa sekarang sudah di sini sih?!

Aku langsung menatap Sui dan bertanya padanya "Kapan surat ini tiba?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tyrant Lady Locked In Time Loops!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang