"Aku tidur dengan Kaisar." Damian yang sejak sampai hotel menyeret langkah kakinya dengan wajah malas-malasan, berbicara saat rombongan keluarga Surya Salim sedang berada di dalam lift, menuju lantai kamar hotel.
Aldira yang berdiri di depan Damian, menatap pemuda itu dari pantulan dinding kaca lift dan tersenyum mengangguk. "Boleh. Berarti yang tidur dengan saya adalah Gio."
"Aku tidak mau tidur dengan perempuan asing. Aku bukan Daddy." Gio menyela dengan wajah tak terima.
Mendengar ucapan putranya, Surya Salim berdeham singkat. "Kalau begitu kamu tidur dengan Daddy."
"Ogah!" Gio membuang muka lalu kembali fokus pada tabletnya yang sedang memutar gim. "Aku lebih baik pulang saja."
Aldira merengkuh pundak Gio meski anak itu berusaha menolak dengan gerak bahunya. "Kalau begitu, aku akan menghubungi pihak hotel agar mereka menyiapkan ekstra bed untuk kamarmu. Kalian boleh tidur sekamar bertiga."
Saat pintu lift terbuka di lantai tujuan mereka, Aldira mendului keluar lantas memimpin langkah mereka menuju kamar yang sudah dipesan. Langkah Aldira terhenti di depan satu pintu dengan nomor pesanan mereka. "Kamar ini untuk Pak Diman dan Bik Minah." Aldira memberikan kunci kamar yang berbentuk kartu kepada Pak Diman yang diterima dengan senang hati. "Di sebelahnya ..."
"Kamar kami," sela Kaisar. "Berdekatan dengan Bibik adalah yang terbaik." Tanpa menunggu dipersilakan, Kaisar menarik kartu dengan nomor kamar sebelah Bibik dari tangan Aldira.
"Baiklah." Aldira menghela napas, lalu memberikan satu kartu lagi kepada Surya. "Bapak di sebelah kamar anak-anak, sementara saya kamar paling ujung. Bagaimana?" Ia tersenyum sopan kepada Surya dan lega saat majikannya mengangguk. "Kalau begitu, karena ini sudah hampir petang, baiknya kita bersiap untuk makan malam. Karena kita baru sampai hotel, bagaimana jika makan malam kita di resto hotel saja. Besok, setelah sarapan di sini, untuk makan siang dan malam, kita akan mencicipi restoran yang ada di kawasan wisata ini. Apakah setuju?"
"Bibik ikut aja, Mbak Dira. Diajak jalan-jalan begini saja, Bibik sudah senang banget." Bik Minah berseloroh dengan wajah riang.
"Atur saja," jawab Surya.
"Tapi jika aku ingin pesan makanan melalui aplikasi, tidak boleh ada yang melarang," ucap Kaisar.
Aldira menatap Kaisar dengan pandangan serius. "Selama bukan makanan yang akan membuatmu sakit. Kita di sini untuk bersenang-senang dan agar bisa menikmati waktu berharga ini, kamu butuh tubuh yang sehat."
Kaisar mendesah malas, lalu berbalik dan membuka pintu kamarnya.
*****
Aldira tersenyum saat menyambut Surya yang datang bersama tiga anaknya. Bik Minah dan suaminya juga mengekor di belakang mereka. Aldira sudah menyiapkan meja dengan tujuh kursi untuk mereka makan bersama. Usai mandi dan merapikan bawaan selama liburan ini, Aldira langsung menuju restoran hotel untuk reservasi dan mengatur agar mereka mendapat tempat terbaik.
Makan malam berjalan datar dan cenderung kaku. Anak-anak itu mengambil menu di meja prasmanan sesuai selera mereka lalu makan dengan diam. Sesekali Aldira mencoba membuka topik demi mencairkan suasana, tetapi yang banyak menanggapi hanya Bik Minah.
"Jangan tidur larut malam, ya. Besok pagi kita akan bermain voli dan bulutangkis." Aldira berucap saat makan malam selesai. "Saya bawa bola voli dan empat raket." Ia tersenyum semringah. "Kita akan membuat turnamen kecil dan yang menang akan mendapatkan hadiah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming Daddy Sitter
RomanceAldira butuh uang dan pekerjaan dengan cepat. Ia menerima pekerjaan menjadi baby sitter dan mengurus tiga anak yang bukan lagi balita. Ia mendapat tugas berat, yakni mendekatkan tiga anak tersebut pada ayahnya yang nyaris tak memiliki kedekatan pada...