"Sebenarnya yang emosi tidak hanya kau. Tapi aku juga, melihat orang yang segampang itu menyerah, cengeng, dan lagi, merendahkan orang."
Ia kemudian melengos begitu saja bersama dengan sesuatu seperti esnya yang perlahan pergi. Aku berniat menghentikannya untuk meminta maaf tetapi tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan ada seseorang yang mendengarku meminta maaf selain pada keluarga kerajaan. Lain bukan lain karena Yang mulia ratu mengajariku agar jangan sampai aku memberi tahu kelemahanku dengan meminta maaf pada seseorang. Meski aku sendiri juga tahu itu tidak boleh dilakukan juga mengingat hidupku cuma sekali saat ini. Bagaimana kalau aku punya penyesalan?
Jadi, besok aku akan mengundangnya minum teh di taman istana Ratu.
Sepeninggal Kael yang pergi, Kak Willy datang membawakanku kantong air.
"Mereka terlalu lama menyiapkan mimuman, dan aku tahu itu lama, apalagi minnie kehausan sekali. Jadi kubawakan ini."
Aku menerima kantong minum yang biasa digunakan para prajurit dan segera meminumnya. Meski sudah tidak sebegitu haus karena aku sudah tidak terlalu kepanasan karena sihir es mengambang milik Kael.
"Kak Willy, aku ingin bertanya soal kekuatanmu."
Ini semua berkaitan dengan pengangkatan kak Willy sebagai penanggung jawab dinding sihir kerajaan di masa depan yang kuketahui. Aku tahu saat ini kak Willy memiliki mana banyak yang tidak stabil. Namun, ia juga tidak selemah itu. Dan aku penasaran bila dibandingkan dengan pemimpin menara penyihir yang kudengar saat ini sedang dibujuk oleh Yang Mulia Raja untuk memperkokoh dinding sihir kerajaan. Siapa lebih unggul. Aku mendengar pesoalan bujukan raja ini dari obrolan pelayan yang sangat suka bergosip dan kiasan kalau istana punya mata dan telinga di mana-mana itu benar adanya.
"Menurutku Tuan Kael lebih unggul. Meski dia terlihat sedikit lebih muda dariku. Keterampilan sihir dan pengaturan keefektifan mananya lebih hebat dariku. Aku payah mengatur manaku agar stabil."
Aku masih tidak terima karena di masa depan aku tahu kalau kak Willy bakal menjadi seorang yang penting di kerajaan bahkan Kael siapa pun itu di masa depan tidak pernah muncul keberadaannya. Aku pun juga tidak tahu siapa dia.
"Sudahlah, mari kita lanjutkan set lagi, sepertinya Minnie belum melakukan lari satu putaran yang kupita kan ya."
Oh, mampus aku.
~
Ya, hari itu aku benar-benar mampus karena keeseokan harinya aku langsung demam dan beruntungnya atau mungkin sialnya aku demam di hari libur. Undangan tehku untuk Kael pun batal. Dan baru terlaksana minggu depannya.
Aku menyediakan banyak cemilan untuk minum teh dengannya dan ia yang sangat rakus memakan semuanya.
"Permisi, kue ini ada untuk dimakan. Bukan pajangan saja kan. Lagi pula kau yang mengundangku," katanya sembari memamah salah satu kue isian ntah apa itu.
Aku mengernyit dan mengatakan di pikiranku. Dia lapar dia lapar dia lapar. Secara berulang karena aku tahu ia dapat membaca pikiranku.
"Ya, kau tahu itu. Dan aku sedikit sakit hati terkadang dengan apa yang kau pikirkan terhadapku. Meskipun aku tahu kau merasa bersalah," katanya yang membuatku semakin kesal. Aku tidak tahu entah kenapa di kalimatnya terdengar seperti sangat menyebalkan dan mengiritasi telingaku sekali. Mungkin karena ucapannya yang kasar dan menyebutku sebagai "kau"
"Oh, ayolah. Kau sudah tahu semua pikiranku. Meski demikian kau tahu juga kan aku ini tulus. tolong hargai itu."
Aku menyodorkan serbet makan padanya, dan ia menerimanya dengan kasar. Aku tidak mempermasalahkan tindakan kasar atau hal di luar norma kerajaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Wilhelmina
Fantasy"Adikku yang manis. Jangan menangis. Aku tahu ini berat, maka kuhadiahi setiap tangisanmu selanjutnya menjadi hari bahagiamu!" Kakaknya tersenyum dan mengusap air matanya. Wilhelmina Aabye hanya seorang puteri kerajaan biasa yang kerajaannya sedang...