Fano menatap sayu seseorang yang ada di depan nya,Fiella.Gadis itu tertidur nyenyak di bawah pengaruh obat obatan kimia.Terbaring lemah tak berdaya.Tak ada satupun keluarga maupun kerabat yang dapat dihubungi sejak Fiella sudah di pindahkan di ruang inap.
Leukimia
Satu kata yang terngiang ngiang di pikiran Fano saat ini.Ia bukan orang bodoh yang tidak mengetahui tentang penyakit seganas leukimia.Penyakit yang dapat merenggut bagi siapapun pengidapnya.Fano tak habis fikir dengan alur kehidupan Fiella yang sama sama rumitnya dengan dirinya.
Fano mengambil smartphone nya untuk menghubungi seseorang.Handphone itu terus berdering berharap yang di seberang juga ikut menjawab dari deringan yang dilakukan oleh Fano.
"Halo ,pak.Saya nanti menginap di rumah sakit saja."
"Baik,den."jawab seseorang dari seberang.
Telfon dimatikan sepihak oleh Fano.Lalu ia menatap Fiella yang tengah mencoba membuka matanya dengan rasa gelisahakibat obat bius .Fano menatap khawatir orang yang ada di depannya.Fiella terlelap kembali setelah gelisah .Fano tersenyum samar menatap Fiella yang tengah tidur itu.Sungguh miris ,batin Fano.
Fiella mencoba membuka matanya.Terang dan samar.Ia melihat sesosok orang di sampingnya.Menatap jam yang mulai menunjukkan pukul sembilan malam.Ia mencoba menggerakkan tubuhnya.Namun,orang yang di sampingnya justru malah terbangun.
"Ada apa Fiella ?"tanya Fano khawatir.
Fiella hanya masih terdiam membisu melihat Fano yang seolah khawatir dengan dirinya.Ia menyipitkan matanya menatap Fano yang mengalami gelagat yang cukup aneh menurut dirinya.
"Kenapa dirimu Fano ?"tanya Fiella.
"Aku_"ucapan Fano terpotong begitu saja.
Aneh namun nyata ,Fano benar benar tak bisa berkutik dengan kondisi yang terjadi dengan Fiella .Ia benar benar terpaku melihat Fiella tanpa menggunakan kacamata.Seperti ada sesuatu yang aneh dalam dirinya ketika melihat hal itu.
"Kenapa kau menemaniku ,Fano?"pertanyaan Fiella kali itu membuatnya terkejut.
"Aku tak bisa menghubungi keluargamu."ucap Fano membuat Fiella tersenyum samar.
"Jika kau lelah,pulanglah.Aku sudah terbiasa sendirian."ucap Fiella.
Suasana seketika hening kembali.Mereka larut pada pikiran mereka masing masing sekarang.Jarum jam berdetak menjadi musik diantara mereka berdua.Dengan akhirnya salah satu dari mereka membuka pembicaraan.
"Kenapa kau tak menghubungi nenekmu sekarang?"tanya Fano.
"Tidak apa apa,lebih baik tidak memberitahu kondisiku saat ini."ucap Fiella lirih membuat Fano menjadi bingung.
"Ceritalah kepadaku,Fiella.Aku akan menjaga rahasiamu."ucap Fano bersungguh sungguh.
"Aku tidak percaya dengan dirimu."ucap Fiella.
"Oke,aku akan menceritakan sebuah cerita kepadamu."ucap Fano membuat dahi Fiella berkerut.
"Tentang sebuah alasan mengapa aku tak suka berdekatan dengan perempuan."ucap Fano sekali lagi.
"Karena dirimu suka sesama jenis?"pertanyaan konyol Fiella membuat Fano melotot dan Fiella justru tertawa terbahak bahak dengan ekspresi yang di buat Fano.
"Bukan itu."ucap Fano menjadi lirih karena pertanyaan dari Fiella.
"Lalu?"tanya Fiella.
"Karena ibuku meninggalkan diriku bersama ayah."ucap Fano lirih.
Fiella terkejut dengan hal yang telah diceritakan oleh Fano.Entah mengapa ada sesuatu hal yang membuatnya seolah pusing secara tiba tiba dan itu mengejutkan Fano yang tengah menatapnya khawatir.
"Akan kupanggilkan dokter."ucap Fano namun tanggannya di cekal oleh Fiella.Fiella menggelengkan kepalanya.
"Ceritalah kembali."ucap Fiella.
"Tapi_"ucap Fano terpotong.
"Akan kuceritakan tentang diriku setelah ini."ucap Fiella meyakinkan.
Fano menghembuskan nafas sejenak.Menahan air yang telah menggumpal di kantung mata.Rasa sesak seolah bergelayut di dalam tubuhnya lagi untuk kesekian kalinya.
"Aku benci ibuku."ucap Fano lirih.
Fiella pun mengelus pundak Fano yang tengah menundukkan kepalanya di samping brankarnya.Fano tidak mampu membendung airmatanya jika telah menceritakan tentang pahitnya kisah keluaarganya itu.
"Tidak apa apa,menangislah."ucap Fiella.
Fano pun memberanikan diri menatap Fiella yang terlihat berusaha nampak tegar itu.Tatapan mata Fiella begitu tenang membuat siapapun tenang berteman dengan Fiella.
"Ceritakan tentang dirimu."ucap Fano.
"Baiklah."
"Aku hanya tinggal bersama nenekku,Ayahku entah kemana dan Ibuku hanya menemuiku beberapa kali lalu menghilang lagi.Aku tidak apa apa."ucap Fiella tersenyum samar.
"Jangan tampak tegar di depanku,Fiella."ucap Fano membuat tangisan Fiella pecah seketika.
"Aku tak pantas mendapatkan kasih sayang,ya?Sehingga aku dikatakan haram?Apakah aku masih pantas untuk hidup lebih lama lagi?"ucap Fiella tersedu sedu.
Hati Fano tertohok dengan ucapan Fiella yang membuat siapapun yang mendengarnya pun ikut tertohok sama seperti dirinya.
"Kamu pantas mendapatkan apa yang kamu inginkan ,Fiella."ucap Fano memeluk Fiella yang terlihat rapuh itu.
"Kamu orang yang kuat Fiella."
"Kamu orang yang kuat."ucapan Fano terhenti ketika melihat Fiella justru tak sadarkan diri.Dengan cekatan ia memanggil dokter maupun suster yang tengah berjaga pada malam itu.
Sang dokter memeriksa Fiella dengan penuh ketelitian.Fano menatap Fiella yang tengah tak sadarkan diri itu dengan tatapan cemas.Dokter pun memasangkan nasal canulla kembali kepada Fiella yang tengah tak sadarkan diri itu.
"Bagaimana kondisinya ,dok?"tanya Fano cemas setelah sang dokter memeriksa Fiella.
"Tolong jangan di beri beban fikiran terlebih dahulu,ya."ucap sang dokter kepada Fano.
"Kondisinya masih lemah ,karena itu dapat menjadi kondisi pasien menurun tiba tiba."ucap sang dokter lagi.
Fano terdiam mendengar pernyataan sang dokter.Ia tersenyum samar menatap Fiella yang tengah tak sadarkan diri itu.
"Maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Luka Fiella
Teen FictionFiella Aprilla seorang gadis taurus yang hidup sendiri bersama sang nenek.Kedua orang tuanya yang pergi entah tak tahu rimbanya ,teman temannya yang selalu menjauhinya entah karena apa.Sang Nenek yang acuh tak acuh dengan dirinya terkadang membuat d...