Tempat Favorite

2 1 0
                                    

"MAMPUS"

Serentak batin para pelayan restoran.
Jika Ella sudah mengeluarkan kata kata manis dengan tersenyum ramah. Itu tanda kalau dia sedang marah.
Aneh memang, jika sedang cemberut atau jutek. Biasanya mood Ella malah sedang baik baik saja.

Seseorang harus waspada jika sudah diberi senyuman manis bak bidadari dengan kata kata manis yang keluar dari mulut mungilnya.
Pria itu berjalan menghampiri Ella. Tangan kirinya hendak meraih pundaknya.

Namun. Dengan cepat Ella menarik tangan tersebut. Ella memutar tubuhnya membelakangi si pria dengan tangannya yang masih menggenggam tangan si pria. Dengan gerakan singkat, Ella membanting tubuh si pria mabuk itu ke depan.
Terdengar suara hantaman yang cukup keras di lantai.

Pria itu mengerang kesakitan. Ia berusaha berdiri dengan susah payah. Wajahnya sudah sangat murka.

"DASAR WANITA JALANG SIALAN!! BERANI SEKALI KAU MEMPERLAKUKANKU SEPERTI INI!!" teriaknya memekik seluruh restoran.

Untungnya di jam segini restoran masih cukup sepi. Tapi mereka harus segera mengeluarkan pria ini karena sebentar lagi restoran akan sangat ramai.

Pria itu mengambil satu kursi yang berada paling dekat dengannya. Dengan satu ayunan dia mengayunkan kursi itu ke arah Ella.
Ella sudah siap menendang tulang rusuk pria tersebut. Dia tak peduli jika pria itu akan mengalami luka parah atau tidak.

Namun. Di detik berikutnya, seseorang menahan kursi itu. Serta menahan kaki Ella.

Siapa? Siapa bedebah yang menghentikannya saat ini?
Ella membatin kesal.

"Jika anda masih mau melanjutkan ini. Maka saya terpaksa membawa anda ke kantor polisi,"

Ella melotot kaget. Begitupun teman temannya di restoran serta beberapa pelanggan yang masih di sana.

Pria mabuk itu bergegas meletakkan kursi dan melenggang pergi keluar restoran.

"Bukankah kamu mahasiswi di kampus tempat saya mengajar," ucap pelaku yang menghentikan aksi Ella.

"Mari kita ingat ingat siapa namamu ...," Dia berhenti sejenak mengingat ingat.

"Ah, Ella. Benarkan?" Lanjutnya sembari meloloskan satu senyuman pada Ella.

Ella mengernyitkan dahinya. "Tahu darimana?"

"Kau tahu, para dosen sudah membicarakan mu sejak aku mulai masuk ke kampus. Dan mereka merecomendasikanmu untuk menjadi asisten dosen," jawabnya dengan sedikit memainkan mimik wajah dan pandangannya pada Ella.

Ella tampak gusar dengan tatapan itu. Dia lebih memilih melihat ke arah lain sembari menghampiri teman temannya.

"Terima kasih sudah menolong kami. Tapi sepertinya kami akan mulai sibuk. Saya permisi Pak Gu," pamitnya langsung melenggang ke arah dapur restoran.

Dan di menit berikutnya, restoran benar benar sibuk dan sangat sibuk.
Ella bahkan tak peduli apa dosen muda itu makan malam disini atau pulang ke rumahnya langsung.
Karena dia sekarang, sedang sangat kesal.

****

Ella pamit dengan kepala koki. Dia dan teman temannya yang lain sudah sangat siap untuk pulang ke rumah.
Mereka mengobrol dalam perjalanan menuju parkiran. Dan sesampainya di sana. Mereka saling pamit satu sama lain. Apalagi arah mereka pulang sangat berlawanan arah dengan jalan pulang Ella.

Ella mengayuh sepedanya. Dia berniat untuk tidak terlalu buru buru sampai rumah. Sepertinya menikmati suasana malam sudah menjadi hobinya sejak tinggal di kota ini.

Sejak kuliah dan tinggal sendiri. Tak ada lagi yang mengomelinya setiap ia pulang malam, atau bahkan pulang pagi. Walau ia kadang rindu akan omelan Ayahnya.

Terkadang, dihari libur. Ella suka bermalam di luar. Duduk berjam jam di supermarket 24jam dengan membawa beberapa buku untuk ia baca.

Adakalanya seorang pelanggan lain mengajaknya mengobrol. Bahkan menemaninya bermalam di sana sampai jam 3 dini hari.

Ella mengerem sepedanya. Berhenti untuk menghela nafas sejenak. Kepalanya menengadah ke langit. Dia mulai bergumam melantunkan beberapa lirik lagu yang dia suka.

"Apa hari ini aku bermalam di supermarket aja ya? Rasanya tak ingin pulang ke rumah yang sepi itu," tuturnya lirih.

****

Pukul 3 dini hari. Ella terbangun dari tidurnya.

Sepertinya ia tertidur saat sedang membaca buku di supermarket langganannya.

Sebenarnya sedikit berbahaya tidur diluar. Apalagi untuk gadis sepertinya.

Namun ada alasan tersendiri yang membuatnya cukup nyaman jikalau ia tertidur di tengah malam.
Karena ia mempunyai penjaga yang selalu duduk tak jauh darinya. Siapa?
Seseorang yang sangat ia kenal.
Ella mengecek ponselnya.
Ada panggilan tak terjawab dari Jennie.

Ponsel kembali berdering. Itu dari Jennie.

"Hallow~," sapa Ella dengan suara nya yang parau.

"Hei, kau kemana? Kok ga ada dirumah?" Tanya Jennie.

Bukan hal aneh jika Jennie bilang dia datang ke rumah Ella jam 3 dini hari. Terkadang anak itu pun datang di jam jam tengah malam hanya untuk menginap.

"Di tempt biasa. Kenapa? Kau kan ada kunci duplikat tinggal masuk," jawab Elli masih menguap.

"Heh, anak gendeng. Kalo ngantuk tuh tidur, malah ngelayap," cerocos Jennie mendengar Elli menguap.

"Cepet balik. Aku takut sendirian tahu!" Teriak Jennie di balik telepon.

"Iya iyaa, nggak usah nangis. Aku balik sekarang," Elli terkekeh mendengar nada bicara Jennie yang mulai takut.

Jennie memang paling anti tinggal sendiri di rumah. Saat kedua orangtua nya pergi pun dia lebih memilih tidur di rumah Ellie daripada tidur seorang diri di rumahnya.

Elli beranjak dari tempatnya setelah selesai membereskan barang bawaannya. Dia melirik sejenak ke sudut kursi paling ujung dekat tembok. Lalu beranjak pergi.

Ellie menghela nafas berat. "Mau sampai kapan dia begitu, haish~," gerutunya kesal.

****

"Ell. Seminggu ini aku tidur disini," ucap Jennie yang melihat Ellie berjalan dari arah tangga sambil menggaruk perutnya.

"Orangtuamu kemana lagi?" Tanya Ella. Tangannya membuka kulkas dan mengambil sebotol air putih.

"Ke Paris. Ada pameran lukisan di sana," jawab Jennie.

Ella mengambil beberapa bahan makana. Di kulkas untuk membuat nasi goreng.

"Wow," Ella merespon kagum. "Aku lihat di sosial media nya Tante, fans nya semakin banyak," ucap Ella. Dia sangat mengagumi orangtua Jennie yang selalu akur dan mesra setiap saat.

"Kau masak apa sih kok harum banget," tanya Jennie yang mulai mencium aroma yang belum pernah ia hirup.

Ella tersenyum riang sembari membawa dua piring nasi goreng di tangannya. Meletakkannya satu di depan Jennie dan satu untuknya.

"Kau mau coba?" Tepat saat Jennie mu menjawab tawaran Ella.

Ponsel keduanya berdering tanda pesan telah masuk.
Jennie merogoh ponsel di saku piyamanya.
Membuka ponsel nya yang sudah menyala.

"What the fuck, beb,"

"Wah siapa oeang gila yang membuat ini," rutuknya kesal.

Sementara Ella yang sudah melihat isi pesan di ponselnya hanya menghela nafas santai.

"Haha. Sepertinya aku tau, siapa,"
Jennie menatap Ella tak percaya. Bisa bisanya korban gosip sesantai ini.

Bersambung....

Give Me Back My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang