Ep.2: We, Meet!

0 0 0
                                    

APA KABAR? SEHAT? AMINN.

JANLUP UNTUK KOMEN&VOTE 😼

FROM: ORENJI 🍊

(●♡∀♡)~♪

~HAPPY READING~

******


2 Minggu lagi, akan diadakan ujian akhir semester ganjil. Membuat seluruh siswa-siswi SMA 1 Jayanegara belajar dengan giat, demi memperoleh nilai yang memuaskan. Khususnya untuk para murid kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus, mereka harus belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai sempurna demi melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Tapi tidak bagi Gabriel, cowok satu ini memijat kepalanya, pusing dengan rumus fisika yang sangat amat rumit baginya. Lebih baik belajar matematika daripada fisika. Karena matematika lebih mudah menurutnya, dan percayalah Gabriel selalu mendapat nilai yang sempurna dalam pelajaran matematika namun tidak dalam mata pelajaran fisika.

"Gab, kenapa? Sakit? Muka lo pucet banget, kayak vampir." Bisik teman sebangku Gabriel, dapat ia lihat keringat yang mulai membasahi pelipis temannya itu. Tanda bahwa Gabriel Yuanda, sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. "Kalau lagi sakit, ke UKS aja. Gue anter." Tawarnya. "Tapi tidak gratis."

"Ga usah, cuman pusing doang. Ga bakal pingsan." Jawabnya menenangkan teman sebangkunya itu. Namun percakapan mereka didengar oleh sang guru yang sedang menjelaskan materi, membuat keduanya bungkam tak berani bicara. Karena guru fisikanya ini terkenal sangat galak dan tidak suka jikalau ada yang berbicara di saat jam pelajarannya.

Akhirnya, setelah belajar fisika selama 2 jam, bel pun berbunyi. Menandakan seluruh murid boleh keluar main.

"Ngantin, yuk, Gab.!" Ajak teman sebangkunya, yang bernama Elvaro Varendra. Karena tidak ada jawaban dari sohibnya itu, dengan iseng ia langsung menarik lengan Gabriel yang sedang tidur di meja sambil menenggelamkan kepalanya.

"Ganggu! Gue lagi ga mood, Lo aja!." Ucapnya sambil menepis tangan Elvaro. Mendengar itu Elvaro membuat dirinya terlihat semenyedihkan mungkin di hadapan Gabriel.

"Kamu jahat! kita putus!." Sungguh, perkataan yang dilontarkan Elvaro membuat teman-temannya yang masih berada didalam kelas kaget. Mereka pun mendapat tatapan tidak percaya. Agak ambigu memang.

"Dih, najis! Gue masih normal ya, pergi aja sana sama si Azka atau Mahesa!." Cibirnya kesal, kenapa dia harus punya teman seperti Elvaro, sungguh temannya ini pintar sekali berakting. Pantas saja dia selalu memenangkan juara ketika mengikuti lomba teater.

"Nyenyenyenye." Elvaro memutar bola matanya malas, iapun keluar kelas, ternyata dirinya sudah ditunggu oleh Azka, Rayhan dan juga Mahesa di depan pintu.

"Hufffttt....mending ke perpustakaan, gue bisa tidur sebentar." Putusnya. Dengan langkah yang agak lemas Gabriel berjalan menelusuri koridor, entah kenapa kepalanya kali ini terasa sangat pusing. Semuanya berputar-putar dalam pengelihatannya, sampai akhirnya dirinya tidak sengaja menabrak seorang siswi di depan pintu masuk perpustakaan.

Siswi tersebut mendongakkan kepalanya kaget, lalu berkata, "Maaf..." Cicitnya pelan. Saat itu juga, Gabriel tersenyum tipis. "Ketemu" gumamnya pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan juga Tuhan pastinya, lalu semuanya menjadi gelap. Ya, ia pingsan tak sadarkan diri. Siswi tersebut kaget, iapun langsung berlari untuk memanggil PMR, membawa siswa tersebut ke UKS. Tentu saja ia menunggu sampai siswa tersebut sadar.

"Erghh....." Erang siswa tersebut tanda bahwa ia mulai sadarkan diri. Matanya mengerjap beberapa kali, bingung, itulah yang dilandanya saat ini.

"Udah baikan?." Tanya siswi tersebut, raut wajahnya tampak cemas. Sedangkan yang ditanya malah cengo,  karena malu ia langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Ekhem.....i-iya, makasih. Kalau ga ada lo, bisa-bisa gue pingsan di depan perpus sampe pagi" kekehnya pelan. Siswi tersebut ikut tertawa dengan apa yang dikatakan oleh siswa tampan dihadapannya ini.

"Kata penjaga UKS kamu itu lagi kelelahan, dan mungkin kamu juga belum makan ya? Banyak-banyak istirahat dan jangan lupa perbanyak makan, ini obatnya tadi dia nitip sama saya." Ujarnya menasehati siswa tersebut. Yang dinasehati hanya diam mendengarkan sembari memerhatikan wajah siswi tersebut dengan lamat, sebelum akhirnya siswi itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya, namun tangannya dicegat oleh siswa dihadapannya itu.

"Ngomongnya informal aja, jangan formal, gue ga terbiasa. Makasih ya atas bantuannya, makasih juga atas nasehatnya. Sebelum pergi
....., boleh gue tau nama lo?." Hal itu justru membuat siswi tersebut tersenyum.

"Sama-sama. Nama gue Yhonna Winea, panggil aja Yhonna. Gue kelas 11 IPA 3."

"Gabriel Yuanda, kelas 12 IPA 1" mereka berdua saling berjabat tangan, tanda bahwa mulai sekarang mereka berdua sudah resmi saling mengenal. Mungkin, ini adalah kejutan yang telah disiapkan oleh Tuhan untuknya.

"Gue pergi dulu, mau beli roti sama air buat ngeganjel perut lo."

"Ga perlu repot, nanti gue minta temen gue buat beliin. Lagian, bentar lagi bel masuk. Makasih banyak atas bantuannya Yhonna." Perlahan ia mulai melepas tautan tangannya dari tangan Yhonna, yang ternyata belum  lepas sejak mereka berdua berjabat tangan. Seketika suasana berubah menjadi canggung.

"O-oke, gue masuk ke kelas dulu. Obatnya jangan lupa diminum setelah makan."

"Iya." Senyum lebar merekah sempurna di wajah Gabriel. Ia terus memandangi kepergian siswi bernama Yhonna Winea itu. Jantungnya berdegup kencang, baru pertama kali ia merasakan dalam hidupnya, apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama. "Lo baik banget, gue suka." Batinnya.

TBC.

MAKIN SUKA DEH~ MANIS BANGET SIH MEREKA BERDUA, MALU-MALU GIMANA GITU. JANGAN LUPA VOTE& KOMEN PARA OREN"KU😼

SALAM SAYANG DARI ORENJI🍊

Our SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang