02

10 5 1
                                    

"Apa yang mau kamu bilang?" Tanya Zura tanpa basa-basi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang mau kamu bilang?" Tanya Zura tanpa basa-basi.

"Kamu tinggal dimana sekarang? Hampir satu tahun saya tidak pernah melihatmu di mansion orang tuamu"

"Apa untungnya aku memberitahu alamatku?"

"Zura, saya benar-benar minta maaf atas kejadian itu. Saya tak sengaja membentakmu, waktu itupun saya sedang tidak bisa mengendalikan emosi"

"Semudah itu ya kau meminta maaf" sarkas Zura.

"Saya benar-benar menyesal, Zura"

"Aku tak peduli, enyahlah aku sudah muak"

"Kau meninggalkanku begitu saja?"

Zura sudah muak dengan orang dihadapannya. Dia kira pria ini akan memarahinya kembali, maka dari itu dia malas berurusan dengannya. Tapi nyatanya? Pria ini meminta maaf? Sungguh aneh.

"Aku tahu kau hanya disuruh kakakku untuk menyerahkan diri" ujar Zura, setelahnya dia pergi meninggalkan Azril sendirian disana.

Zura melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, menyalurkan rasa kesalnya terhadap Azril. Ya, pria itu.

Sampai di rumahnya, dia langsung masuk kedalam dan menyenderkan tubuhnya di sofa. Dia menatap langit-langit, tiba-tiba saja dia mengingat perkataan kakaknya yang kemarin.

"Apa aku pindah ke apartemen kak Shiro aja ya?" Monolognya.

"Tapi si bangke Azril itu, pasti bakalan tahu kalo gue disana"

"Lama-lama disini juga nggak aman sih, cepat atau lambat si bangke Azril juga pasti tahu"

Zura frustasi, dia benar-benar seperti tahanan kabur yang dicari-cari. Azril Fernanda itu bagaikan orang yang terobsesi untuk menahannya. Dia orang yang berbahaya, walau begitu Zura tak takut dengan Azril. Tapi, saat Azril membentaknya karena seorang wanita tidak dikenal, sejak saat itu juga Zura menghindari pria itu.

Saat itu Zura baru saja masuk ke jenjang SMA. Dia mengenal Azril dari kakak pertamanya, yaitu Nathaniel. Sehabis pulang sekolah Zura selalu ke kantor kakaknya itu, lebih tepatnya memang kakaknya menyuruhnya kesana.

Karena Nathan yang sibuk dengan pekerjaannya terus-menerus, dia mengenalkan adiknya pada orang kepercayaannya. Dari sanalah Zura mengenal Azril.

"Kak Natha, kenapa harus om itu yang jemput Zura?" Tanyanya.

Nathan hanya melirik sebentar lalu fokus kembali ke komputernya.

"Kakak nggak bisa jemput kamu, Zu"

"Kan ada kak Sufi sama kak Shiro"

"Mereka sibuk buat nyelesaiin skripsinya, kakak nggak mau mereka jadi males-malesan"

Zura mendekat ke bangku kakaknya, menaruh kepalanya diatas meja kakaknya dan mengintip apa yang dikerjakan kakaknya itu.

HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang