Pertemuan Pertama

70 7 5
                                    

Di penghujung musim semi, tiba-tiba keluargaku pindah karena ayah pindah bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di penghujung musim semi, tiba-tiba keluargaku pindah karena ayah pindah bekerja. Aku yang belum lama memasuki semester awal SMA pun terpaksa pindah sekolah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumah yang sekarang. Untungnya aku belum punya teman di sekolah yang sebelumnya. Walaupun aku merasa nyaman dengan fasilitas di sekolah sebelumnya yang memiliki kolam renang dan area kantin yang luas, tapi aku tidak terlalu menyesal pindah.

3 hari lagi aku bersekolah di sekolah yang baru. Sambil menunggu datangnya hari sekolah, aku ikut membantu pindahan. Rumah baruku terletak di pinggiran kota, bukan di pedesaan juga. Letaknya masih kota, hanya saja lingkungannya lebih sepi dan rapi. Namun sayangnya disini tidak banyak kendaraan umum yang lewat. Bila ingin pergi, aku harus berjalan cukup jauh dari rumah menuju halte bus. Yah... tidak buruk juga, hitung-hitung olahraga.

Kami beruntung mendapatkan rumah dan lingkungan yang nyaman. Tetanggaku cukup ramah, beberapa ibu-ibu suka mengobrol sambil memotong sayuran di depan teras rumah salah satu tetangga dan menyapa orang-orang yang lewat, anak-anak bermain di taman dengan tawa yang ceria. Walaupun rumahku masuk ke dalam gang, lingkungannya bersih dan memiliki tempat sampah yang bertebaran dimana-mana. Lingkungan ini sudah 80 persen memenuhi kriteria rumah idamanku.

Minimarket terletak di ujung jalan tak jauh dari rumahku. Sesampainya kami di rumah baru, aku disuruh Ibuku membeli beberapa minuman dan roti untuk para pekerja yang membantu kami pindahan. Setelah memasukkan minuman dan roti ke dalam keranjang, sekalian saja aku masukkan beberapa cemilan dan minuman yang ingin aku makan. Toh, aku juga lelah setelah melakukan perjalanan jauh sambil menggendong tas ransel yang berisi gadget pribadiku.

Saat aku kembali ke rumah, para pekerja itu sudah selesai memasukkan barang-barang ke dalam rumah. Aku langsung mengeluarkan minuman dan roti dan dibagikan satu persatu kepada para pekerja sebelum masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah, barang-barang besar seperti sofa menghalangi jalan. Kasur dan lemari sudah dimasukkan ke kamar masing-masing, tinggal diposisikan sesuai keinginan. Aku menaruh keresek belanjaanku di atas kasur, dan membantu berbenah rumah.

Rumahku memiliki 3 kamar, orang tuaku tidur di kamar bawah, dan 2 kamar terletak di lantai dua yang masing-masing digunakan olehku dan adikku. Memiliki kamar di lantai atas adalah keinginanku sejak kecil, karena teman-temanku memiliki kamar di lantai atas, dan terasa menyenangkan bisa melihat pemandangan sekitar rumah dari atas. Kebetulan di belakang rumahku ada gunung, dan jendela kamarku menghadap gunung. Sepertinya semua keberuntunganku dihabiskan untuk mendapatkan tempat tinggal ini.

Karena cuacanya sedang bagus, aku berkeliling di sekitar rumah sambil melihat pemandangan sekitar menggunakan sepeda. Kemanapun aku pergi, pasti menemukan warung kecil yang menjual menu sarapan yang hanya tersedia sampai jam 8 pagi. Aku menepi di restoran kecil dan memesan semangkuk udon berukuran besar. Mengambil tempat duduk dekat jendela, aku melihat beberapa anak sekolah yang sepertinya baru pulang sekolah. Ketika udon yang aku pesan disajikan di atas mejaku, aku memutar drama di ponselku. Sudah jadi kebiasaanku menonton sesuatu di ponsel ketika makan sendirian diluar, tak akan terasa sepi bila makan sambil ditemani acara favorit, dan aku pun tak akan memerhatikan pandangan orang-orang yang menatapku seolah aneh karena makan sendirian.

Our First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang