Awal baru

11 5 2
                                    

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku membuatku mengurungkan niat untuk membuka pintu keluar perpustakaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku membuatku mengurungkan niat untuk membuka pintu keluar perpustakaan. Aku menoleh ke belakang, mataku bertemu dengan mata sipit berkacamata. Pemilik perpustakaan menatapku dingin dan memintaku untuk menyimpan buku yang aku pegang terlebih dahulu sebelum keluar. Aku menepuk dahiku karena tanpa sadar menenteng novel yang baru aku baca 5 halaman ini.

Aku memesan segelas lemon ade dan semangkuk mie pedas di kedai. Ternyata daerah ini ramai pengunjung tapi tidak dengan perpustakaannya. Apa sekarang perpustakaan bukan tempat yang menyenangkan? Atau karena perpustakaan yang aku kunjungi tadi tidak terlihat seperti perpustakaan?

Aku menatap perpustakaan yang berdiri tepat di seberang kedai ini, bangunan itu terlihat seperti gedung apartemen biasa milik warga setempat. Pintu masuknya terbuat dari kayu yang terlihat seperti kedai makanan jepang, tembok luarnya terbuat dari bata merah yang sengaja memperlihatkan bentuk batanya, bahkan perpustakaan ini tidak memasang papan nama dan hanya menaruh papan buka/tutup di pintu depannya. Pantas saja orang yang lalu lalang tidak tertarik masuk ke dalam. Pemilik perpustakaan ini tidak berniat buka bisnis ya?

Aku kembali ke perpustakaan setelah menghabiskan pesananku. Aku lanjut membaca novel yang baru aku baca 5 halaman itu. Namun sayang, ketika aku baru membaca setengah halaman ke 6, aku tertidur seperti orang pingsan lagi sampai dibangunkan oleh pemilik perpustakaan. Dan ketika membuka mata, aku langsung melihat jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.50, 10 menit lagi perpustakaan akan tutup. Aku berdiri dan meminta maaf pada pemilik perpustakaan lalu keluar dari perpustakaan.

Ternyata daerah ini sangat ramai ketika malam hari. Banyak kedai yang masih buka sampai larut malam dan ramai pengunjung. Mungkin karena ini akhir pekan juga, pengunjung yang datang lebih banyak dari biasanya. Lampu jalan dan lampu papan nama pertokoan menghiasi jalanan ini. Sementara itu lampu perpustakaan dimatikan dan menjadi satu-satunya bangunan yang gelap di jalanan ini.

Aku berjalan menuju halte dan kembali mengantuk saat menunggu bus. Ketika bus sampai, aku menaikinya dan tertidur lagi di bus. Untungnya halte tujuanku tidak sampai terlewat dan bergegas ke rumah supaya tidak mengantuk di jalan lagi. Begitulah hari terakhir sebelum ujian akhir semester yang aku habiskan dengan tidur di luar.

Hari berlalu begitu cepat, kini aku memasuki semester 2. Di semester ini tidak begitu menyenangkan. Justru jadwal belajar kami lebih padat dari semester sebelumnya dan ada banyak kegiatan praktek. Aku paling suka saat praktek olahraga basket karena bisa melihat Ersa yang tampil keren. Dia tidak begitu pandai dengan olahraga lain dan hanya pandai bermain basket, karena itu aku paling suka olahraga basket.

Karena semester 2 memiliki jadwal yang padat, Ersa jarang bolos dan lebih sering tidur di kelas. Hadiah-hadiah pemberian penggemarnya pindah lokasi jadi ada di lantai samping mejanya, di dekat tembok. Untungnya dia duduk paling belakang, jadi hadiah-hadiah itu tidak menghalangi jalan.

Semester ini tidak begitu menyenangkan, kami disibukan dengan ujian praktek, dan hari berlalu begitu cepat. Tak terasa kini aku duduk di bangku kelas 11. Karena sekolah ini menggunakan sistem kelas berdasarkan nama, jadi aku pindah ke kelas sebelah dan berpisah dengan Ersa dan Tasya. Saat kemarin aku pindah sekolah, hanya kelas Ersa yang muridnya paling sedikit dari kelas lain, jadi aku bisa ditempatkan sementara di sana.

Tapi kenapa Tasya bisa satu kelas dengan Ersa? Karena nama asli Tasya adalah Anastasya. Dan kenapa aku pindah kelas? Karena nama lengkapku adalah Jasmine Adelia, dan aku lebih suka dipanggil Adelia atau Adel daripada nama depanku.

Walaupun kelasku dan Ersa bersebelahan, aku jadi tidak bisa mencuri pandang ke bangku Ersa lagi, aku juga menjadi sensitif terhadap orang-orang yang berlalu lalang melewati kelasku dan terus menatap ke luar jendela seperti anjing yang menunggu majikannya.

Tapi sepertinya dugaanku tidak sepenuhnya buruk, karena aku lebih sering bertemu Ersa di luar, bahkan lebih sering dibanding tahun lalu saat masih satu kelas.

Tahun ini aku dan Ersa ikut ekskul fotografi. Kebetulan kami mendaftar di hari yang sama dan akhirnya kami berada di satu ekskul yang sama. Kami sering melakukan hunting foto di halaman sekolah bersama anggota ekskul lainnya. Ternyata masih banyak 'tempat rahasia' di sekolah ini yang belum aku ketahui. Mungkin saja Ersa suka berada di salah satu 'tempat rahasia' ini ketika sedang bolos atau menghindari penggemarnya.

Suatu hari aku mengunjungi salah satu 'tempat rahasia' secara acak dan kebetulan menemukan Ersa sedang duduk di tangga belakang gedung perpustakaan yang jarang dipakai. Tempat itu seperti sisi gelap sekolah ini karena banyak meja dan kursi bekas yang tak terpakai dibiarkan begitu saja. Tempat itu juga tidak terurus sehingga sarang laba-laba tumbuh dan debunya pun tebal. Bagaimana caranya Ersa tidak bersin-bersin dan duduk santai disana?

Aku memberanikan diri untuk duduk di sampingnya. Ersa hanya duduk diam tanpa merasa terusik dengan kehadiranku. Aku juga tidak berniat mengganggunya dan asik memainkan ponselku. Tiba-tiba terdengar suara kamera dan flash-nya bersinar menginterupsiku.

Cekrek!

📽📽📽

Our First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang