Populer

14 5 4
                                    

Ternyata Ersa sangat populer di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata Ersa sangat populer di sekolah. Namun dengan visual yang seperti itu, mana mungkin tidak populer?

Beberapa adik kelas sering terlihat diam-diam mengikuti Ersa. Saat jam istirahat kalau Ersa hanya duduk diam di kelas, beberapa anak perempuan akan datang menghampirinya dan memberinya hadiah. Saat Ersa sedang berjalan menuju kantin dengan temannya, beberapa perempuan dengan berani memberinya hadiah di depan semua murid. Ketika berjalan melalui lorong kelas pun, terdengar bisikan-bisikan yang menyebut nama Ersa dengan wajah merona. Fenomena yang hanya bisa terjadi di film ini bisa aku saksikan secara langsung di dunia nyata.

Hari ini hari bersih-bersih di sekolah. Semua murid di sekolah bertugas untuk membersihkan satu lantai kelasnya. Karena kelas 10 ada di lantai 2, aku dan semua teman seangkatanku membersihkan seluruh lantai 2. Tapi karena terlalu banyak orang, sebagian ditugaskan untuk membersihkan halaman sekolah. Aku kebagian menyapu, dan Ersa bertugas untuk membersihkan jendela.

Kupikir menyapu akan menjadi hal yang mudah, tapi mengingat gedung kelas di sekolah ini sangat luas, menyapu di lantai 2 seperti tidak ada habisnya. Aku jadi lebih sensitif apabila ada yang berjalan dengan sepatu yang kotor melewati bagian yang sudah aku bersihkan. Ditambah beberapa kakak kelas penggemar Ersa turun ke bawah untuk melihat Ersa. Memangnya mereka tidak punya kerjaan, ya? Bukannya lantai atas juga sama luasnya dengan lantai 2? Apa dengan melihat dan mengikuti Ersa bisa membuat pekerjaan selesai?

Dalam hati aku memohon kepada Ersa supaya dia tidak banyak bergerak. Tapi dia sangat cekatan dalam bersih-bersih, sehingga dia banyak bergerak untuk membersihkan jendela yang lain. Aku terus mengumpat dalam hati karena kesal pada penggemarnya yang berjalan tanpa dosa mengotori lantai yang sudah selesai di-pel. Teman-temanku yang bertugas mengepel hanya bisa mematung ketika melihat jejak sepatu yang terlihat di lantai, karena para penggemar itu adalah kakak kelas, teman-temanku jadi tidak berani menegurnya dan hanya bisa menghela napas sambil mengepel kembali.

Tiba-tiba terdengar suara bisikan yang berisi sumpah serapah yang sedikit menggema di lorong kelas yang sunyi. Aku menengok ke kanan dan kiri, kulihat Tasya sedang menggumamkan sesuatu dengan wajah datar sambil menyapu. Ternyata sejak tadi dia menyumpahi penggemar Ersa yang mondar mandir mengotori lantai. Aku tercengang melihat Tasya yang selama ini terlihat ceria dan polos sedang mengumpat.

Ketika pulang sekolah, aku cukup kaget dengan kerumunan anak sekolah yang berdiri di depan gerbang. Beberapa di antara mereka ada yang memegang setangkai bunga, paper bag, dan tak lupa ponsel yang sepertinya sedang merekam. Aku pikir, di sekolahku ada selebritis, ternyata selebritis yang dimaksud adalah Ersa. Dia seterkenal itu sampai punya penggemar dari sekolah lain? bahkan penggemarnya tak hanya dari kalangan perempuan.

Kupikir dia akan mengabaikan kerumunan itu, ternyata dia tetap mengambil hadiah-hadiah yang diberikan penggemarnya. Sudah ada berapa hadiah yang diterimanya hari ini? Sepertinya tadi dia sudah menerima banyak hadiah. Sepertinya Ersa sudah biasa dengan kepopulerannya. Melihat caranya yang santai menghadapi penggemar, orang ini sudah mirip selebritis. Aku jadi merasa kecil untuk menjadi temannya.

Aku ingin mencoba jadi temannya dengan kembali ke taman 'itu', tapi sayangnya Ersa tidak ada disana. Hari berikutnya, dan berikutnya, selama satu minggu aku bolak balik ke taman itu tetap tidak menemukan Ersa. Aku coba cari ke tempat lain pun tetap tidak dapat menemukan sosoknya.

Tasya mencariku seharian, katanya tiap habis jam pelajaran aku menghilang. Sepulang sekolah dia langsung menarikku ke kedai mie dan tidak membiarkan aku pergi tanpa kabar lagi. Aku memesan mie pedas dengan pangsit rebus karena tadi di sekolah aku tergiur melihat mie ini di media sosial selagi menunggu Ersa di taman. Saat mie pedas itu datang, asap mengepul dari piring saji dan warna saus yang berwarna oranye kemerahan membuat air liurku mengalir.

Saat aku menyuapkan mie ke dalam mulutku sampai penuh, mataku menatap sosok laki-laki bertubuh tinggi memakai kacamata dan seragam sekolah kami sedang berjalan melewati pintu masuk. Ersa datang ke kedai ini dengan temannya.

📽📽📽

Our First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang