01.

735 73 2
                                    

Jaejong merapatkan jaketnya, dia baru saja menginjakkan kaki di negara ini lagi setelah 5 tahun bekerja di luar negeri. Sialnya, dia lupa kalau di sini sedang musim dingin, dia hanya menggunakan jaket tipis dan tidak membawa baju hangat. Dia hanya membawa sedikit barang dalam sebuah koper kecil, keperluannya disini memang tidak lama. Dia hanya ingin berjalan-jalan sebentar menghabiskan waktu liburnya sambil bernostalgia, karena kebetulan dia mendapatkan undangan reuni kampus.

Sambil agak menggigil dan memeluk dirinya sendiri, Jaejong masuk ke dalam Taxi pertama yang dilihatnya.

"Tolong ke departement store terdekat."

Sopir Taxi itu melirik Jaejong dari kaca spion sambil mulai menginjak pedal gas.

"Apa anda kedinginan Tuan? aku bisa menyalakan penghangat jika anda mau."

'Tentu saja aku kedinginan! Apa kau tidak melihat pakaian ini?! aku menggigil di tengah hujan salju!'

"Ah, terima kasih, pemanas akan sangat membantu."

Jaejong menyimpan umpatannya dalam hati, kedinginan membuat suasana hatinya makin buruk. Dia benar-benar salah kostum sekarang. Untung saja belum terlalu malam, jadi dia masih bisa pergi ke toko untuk membeli beberapa set jaket dan pakaian hangat.

Hah...dia sudah hangat sekarang, Jaejong berdiri di depan sebuah mall sambil bermain dengan butir salju yang sedang turun. Akhirnya Jaejong bisa menikmati indahnya kota kelahirannya ini. Anggap saja begitu, karena dia sebenarnya tidak tahu lahir di mana, Jaejong besar di panti asuhan, dan mulai hidup mandiri sejak kuliah, dia mendapat beasiswa di sebuah kampus yang menyediakan asrama.

Jaejong menghentikan sebuah taxi kosong yang lewat di area lobi, lalu meminta sopir taxi mengantarnya ke sebuah hotel yang sudah dipesannya. Jaejong duduk di kursi belakang, menyandarkan kepalanya di kaca jendela sambil menatap butir salju tipis yang menghiasi malam. Dia tersenyum, dalam 5 tahun kota itu sudah banyak berubah, banyak gedung baru, banyak juga tempat-tempat yang dulu dikenalnya sekarang tidak ada lagi. Pikirannya melayang semakin jauh, apakah orang itu juga sudah banyak berubah seperti kota ini..

Tiba-tiba Jaejong menegakkan badan, dia melihat sebuah tempat yang menarik. Sebuah kafe yang penuh dengan lampu hias. Anehnya juga, beberapa orang terlihat sedang duduk di area outdoor kafe itu, padahal hari sedang bersalju, apa mereka tidak kedinginan dan terkena salju? Jaejong semakin heran. Rasa penasaran mengalahkan rasa lelahnya, dia kemudian meminta sopir taxi untuk berbalik arah dan menurunkannya di depan kafe itu.

Foru Cafe. Nama yang aneh. Jaejong tidak tahu apa arti atau bahkan dari bahasa mana itu. Jaejong membuka pintu dan melangkah masuk, suara lonceng kecil terdengar ketika pintu terbuka. Aroma pohon pinus segera memenuhi penciumannya, sangat segar. Dinding kafe itu terbuat dari kayu, hiasan tanaman rambat memperindah suasana, tunggu, bukan hiasan, itu tanaman asli, pohon anggur, bahkan ada buah anggur yang menggantung di beberapa tempat. Tangan Jaejong tidak bisa berhenti meraba-raba bulir-bulir anggur itu sambil tersenyum.

"Anda boleh mencicipinya jika mau Tuan."

Seorang pelayan wanita menyapanya.

"Eh? Benarkah? ...aku akan mencoba 1 kalau begitu."

Jaejong memetik sebuah anggur dan memakannya. Sangat manis, jenis anggur yang dia suka, anggur hijau tanpa biji. Senyum Jaejong semakin lebar.


"Bagaimana kalian bisa menumbuhkan anggur di sini?"
Jaejong penasaran.

"Kami menanamnya di rumah kaca. Masih ada kursi kosong di sana jika anda mau."

Ah..ternyata area outdoor yang Jaejong lihat tadi adalah rumah kaca. Jaejong masuk ke dalam rumah kaca itu. Hangat. Seluruh dindingnya terbuat dari kaca yang sangat jernih. Bagian atasnya berupa kubah kaca yang sangat besar. Jajeong segera membuka mantelnya sambil melihat-lihat. Dia memilih meja di bagian tengah. Meja dari potongan pohon murni, benar-benar masih menampakkan bentuk lekuk pohon dan ruas tahunnya, hanya bagian atasnya saja yang dihaluskan dan dipernis. Jaejong meraba meja itu, dia sangat menyukai suasana alam seperti ini. Dia lalu melihat ke atas. Langit hitam terbentang, butir-butir salju berjatuhan, tapi tidak menumpuk di kubah kaca itu, ntah bagaimana butir salju itu hilang begitu saja ketika menyentuh kaca. Membuat orang-orang di dalamnya tetap dapat menikmati langit malam di dalam cuaca bersalju. Suasana hati Jeejong langsung membaik. Beberapa tanaman buah tumbuh di ruangan itu, membuat suasana ruangan menjadi segar karena perpaduan warna dedaunan dan buah-buahan.

Jaejong memesan Caffe Latte dan hamburger. Dia duduk bersandar sambil menikmati pemandangan langit di atasnya. Benar-benar kafe yang sangat nyaman. Andai masih tinggal di kota ini, Jaejong pasti sering kemari. Ah sial, Jaejong baru ingat lupa meminta hamburgernya tanpa bawang.. yasudahlah, tinggal disingkirkan saja nanti. Tidak lama menunggu, pesanannya datang. Segelas Latte di letakkan di depannya, sangat cantik, Latte itu bahkan diberi hiasan, eh bukan, diberi tulisan, Welcome Back. Jaejong tersenyum sambil agak mengernyit. Dia serasa disambut.



"Terima---




....kasih..."


Pria di depan Jaejong tersenyum, berkebalikan dengan Jaejong yang seketika kehilangan senyumnya.


"Lama tidak berjumpa, Jae..."


Jaejong membeku, dalam sekejap pikirannya langsung melayang ke hari itu.. hari yang menghantuinya selama 5 tahun terakhir ini..

*********

Quick RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang