[ vol 4 ] satu hal yang seharusnya kasa ikut sertakan

18 5 0
                                    

Kalau Ada Kesempatan, Aku Pulang; vol 4

- [ Satu Hal yang Seharusnya Kasa Ikut Sertakan ] -

- [ Satu Hal yang Seharusnya Kasa Ikut Sertakan ] -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H-3

"Ada masalah, Akasa Sebiru? Nggak biasanya lo hampir telat kayak barusan."

Kasa mengalihkan atensinya dari permukaan merah meja di bawahnya pada Hemi yang datang mendudukkan diri sambil menyodorkan segelas mango sundae dan oreo miles crepe tepat ke hadapannya. Kasa meringis merasa bersalah, namun tetap menggumamkan terimakasih yang dibalas anggukan singkat oleh Hemi.

Saat ini mereka berdua tengah berada di kedai mixue yang terletak tak begitu jauh dari boom, pantai yang menjadi lokasi keduanya melakukan job pemotretan setengah jam lalu. Untunglah Kasa datang tepat waktu tadi, dua menit sebelum client-nya datang. Dan cukup ngilu begitu menyaksikan semua perlengkapan telah siap eksekusi, tentu saja Hemi yang menyiapkan semuanya.

Ngomong-ngomong soal mixue, Kasa jadi teringat daftar keduanya, mentraktir Nara di sini. Apa sebaiknya nama Nara ia ganti dengan Hemi? Kasa menggeleng, itu ide yang buruk.

"Habis dari makam, Hem. Maaf, ya, gue tadi telat dan gak bantu lo apa-apa."

"Stop it, Kasa." Hemi mencabut sendok dari mulutnya, meletakkan tangan tepat di depan muka Kasa untuk menghentikan pemuda itu yang terus-terusan minta maaf. Serius, Hemi muak. "Lo udah bilang itu tujuh belas kali, dan jangan bilang lo mau gue suapin sepotong gede miles crepe biar lo bisa berhenti minta maaf?"

Kasa menarik ujung bibirnya ragu, sedikit berkedut. Antara meringis merasa bersalah, atau ingin tertawa karena perkataan Hemi. "Iya, Hem. Sor—"

"Beneran minta disuapin, Akasa Sebiru?"

Mulut Kasa langsung terkatup rapat. Namun beberapa saat kemudian keduanya tertawa bersama. Menertawai tingkah random keduanya yang dipikir-pikir, cukup menggelikan.

"Er, Hem."

Yang dipanggil menggumam pelan, menunggu Kasa yang terlihat ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. Namun alih-alih mendesak Kasa untuk segera mengatakannya, Hemi bergantian menyendokkan miles dan eskrim ke dalam mulutnya.

"Kali ini gue yang traktir, ya? Duit lo gue ganti."

"No."

Pundak Kasa merosot lesu. Selalu seperti ini. Hemi selalu menolak traktirannya dan berakhir membayar semua bill yang mereka habiskan. Kadang-kadang Kasa ingin menolak dan mengusulkan agar mereka bergantian membayar, tapi sekali lagi, Kasa tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.

Sejenak Kasa terdiam, menimang apakah Hemi termasuk dalam daftar orang yang harus ia beritahu soal undangannya dari Milan. Kasa tak yakin untuk mengatakan ini, tapi sepertinya ia harus.

"Waktu gue di sini tinggal tiga hari, Hem."

Hemi resmi menatap Kasa seutuhnya. Membiarkan sendok eskrimnya jatuh mengenaskan dalam gelas. Sepasang matanya tatap Kasa tak mengerti, seolah menuntut pemuda itu untuk menjelaskan apa maksud waktu-tiga-hari-nya.

"Gue dapat undangan S2 dari Milan, dan tiga hari lagi gue terbang ke sana."

Seperti yang Kasa duga, Hemi melotot tak percaya. Kasa pikir, mungkin ekspresi Nara waktu tak sengaja membaca undangannya kurang lebih seperti Hemi, ditambah amarah jangan lupa.

"Seriously, Sebiru? Tiga hari lagi lo pergi dan baru bilang ke gue sekarang?"

Kasa menggaruk belakang telinganya dengan canggung. "Maaf, Hem. Malah gue mikirnya mau ngasih tau lo sehari sebelum gue pergi," ada jeda sebentar. "atau enggak sama sekali."

"Wah, Akasa." Lagi, Hemi tatap Kasa tak percaya, yang tentu saja membuat pemuda di depannya kembali meringis kecil. "Kayaknya gua gak jahat kalau bilang lo bajingan karena mau ninggalin gue sebelum gue dapat pengganti lo?"

"B-bukan gitu, Hemi!" Kasa jadi panik, sampai nyaris berdiri dari duduknya andai Hemi tak tiba-tiba tertawa.

"Bercanda, Kasa." Katanya lalu melahap sesendok es. "Jadi, ada sesuatu yang musti dibeli? Biar gue temenin nyari barang buat dibawa ke Milan!"

Kasa hanya bisa menatap Hemi tak percaya, dalam hati menyayangkan, kenapa Nara tak bersikap seperti pemuda itu alih-alih ngambek tidak jelas seperti remaja puber?

Tak sampai hati menolak, Kasa membiarkan Hemi membawanya keliling toko dan mall untuk mencari barang-barang yang sekiranya pemuda Sebiru itu butuhkan untuk dibawa ke Milan.

"Nanti biar gue anter lo ke bandara, ya, Sa? Anggap aja upacara perpisahan."

Kasa tak kuasa menahan senyum, ia lantas terkekeh pelan sebelum mengangguk dan sodorkan minuman kotak pada Hemi. "Iya, Hem."

Ada jeda sejenak, Kasa menyedot minumannya pelan kemudian tatap Hemi sepenuhnya.

"Hem,"

"Hn?"

Kasa tiba-tiba menggeleng. "Lain kali aja deh."

Hemi tak bertanya lebih lanjut, hanya mengerutkan alisnya heran menatap Kasa.

Dan hari ini berakhir dengan tanda ceklis di ujung daftar nomor empat. Kasa menghembuskan napas cukup panjang, memandang kertas di atas meja belajarnya dengan pandangan sedikit menyesal.

"Bener kata Hemi. Gue cukup bajingan karena nggak masukin nama dia di dalam daftar," hening sejenak, Kasa lalu mengambil kembali pulpen yang sempat ia letakkan di dalam kotak untuk menuliskan sesuatu di sana.

1. Membeli sekeranjang permen yupi untuk dimakan bersama Ciko✓
2. Mentraktir Nara mango sundae di kedai mixue
3. Jalan-jalan keliling kota sendirian
4. Pergi ke makam Papa dan Mama✓
5. Mengunjungi Nenek di panti jompo
6. Menyatakan perasaan pada Nara
7. Did last job, dan menghabiskan waktu dengan Hemi✓

Kasa tersenyum. "Belum terlalu terlambat untuk memperbaiki."

New cast Unlocked!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

New cast Unlocked!

Han Jisung as Hemi Jiana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Han Jisung as Hemi Jiana

𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝘼𝙙𝙖 𝙆𝙚𝙨𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩𝙖𝙣, 𝘼𝙠𝙪 𝙋𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔪𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang