4

56 44 49
                                    

Welcome.....
                             Happy reading.
                                           •
                                           •
                                           •
                                           •
                                           •

Setibanya di UKS Kana merebahkan tubuhnya di atas brankar, lalu gadis itu mulai memejamkan matanya.

Tidurnya sedikit terganggu saat ada tangan seseorang yang menyingkirkan anak rambut miliknya lalu turun memegang ujung bibirnya.

"Apa yang lo lakuin setelah pulang semalam, Na?" Kana masih enggan membuka matanya, ia sedikit penasaran apa yang akan di lakukan pria itu.

"Kenapa keadaan lo jadi kayak gini?" Pria itu mengambil kotak P3K lalu mulai mengobati luka-luka di wajah Kana.

Kana meringis saat pria itu menekan lukanya terlalu keras.

Kana sontak membuka mata, "Sakit bego!" Umpatnya, gadis itu membulatkan matanya saat menyadari pria yang ada dihadapannya itu adalah Fatan, "Lo ngapain disini?!"

"Gue cuma mau bantu obati luka lo." Ucap pria itu tanpa menghentikan aksinya.

"Gue bisa sendiri! Gak ada yang ngizinin lo buat nyentuh muka gue."

"Gue cuma berprikemanusiaan." Jawab pria itu enteng.

"Bilang aja modus! Dari mana lo tau gue disini?" Kana memicingkan matanya curiga, "Jangan-jangan, lo ikutin gue, ya? Kalo lo macem-macem gue bisa laporin lo kar-."

Ocehan Kana terputus saat Fatan menekan lebih keras tepat di bagian luka Kana. "Lo bisa diam? Gue belum selesai."

"Aw! Alfatan, lo gila?!" Pekik Kana tertahan, "Lo bukannya ngobatin tapi malah bikin luka gue tambah parah!"

Fatan tak menghiraukan ucapan Kana, ia terus mengobati Kana dengan telaten. Dan hal itu tak luput dari perhatian Kana.

Jarak wajahnya dan Fatan hanya satu jengkal, membuat Kana menahan napasnya.

"Udah selesai, lo bisa napas sekarang." Ucap Fatan tanpa melihat kearah Kana.

"Lo bisa mati kalo terus-terusan tahan napas kayak gitu." Lanjut pria itu seraya membereskan alat-alat yang digunakannya.

Kana memalingkan wajah, ia sangat malu, ternyata Fatan menyadari hal itu.

"Sama-sama, gue cabut." Ucap Fatan lalu beranjak dari duduknya.

"Tunggu, dari mana lo tau gue disini? Lo se-kepo itu sampai selalu buntuti gue?" Kana memicingkan mata, menelisik pria di hadapannya.

Fatan yang merasa terintimidasi jadi sedikit gugup, "A-ada yang harus gue ambil disini, pas masuk gue liat muka lo yang bonyok, jadi gue obati." Bohongnya, sebenarnya saat bertemu dengan Kana tadi pagi Fatan menyadari luka di wajah Kana, tapi tidak mungkin ia langsung mengobati gadis itu. Fatan berniat mengambil kotak P3K di UKS lalu akan mencari Kana untuk mengobatinya, tapi ternyata gadis itu sudah ada di UKS.

"Jangan GR, hati berprikemanusiaan gue meronta-ronta ingin berbuat baik. Jadi gue lakuin itu." Ucap Fatan lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Alfatan!"

Mendengar namanya dipanggil, pria itu menghentikan langkahnya, "Apa lagi? Masih kangen, hm?"

Kana memutar bola matanya jengkel, "Thanks."

Fatan hanya tersenyum, lalu menghilang dari pandangan Kana.

"Lagi-lagi cowok aneh itu," Gumam Kana. Tak ingin membuang waktu, gadis itu kembali melanjutkan tidurnya yang tadi sempat terganggu.

About KANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang