Al Priando menatap lelaki yang lebih muda darinya yang sedang berbicara. Dia sama sekali tidak menyela lawan bicaranya sampai si pemuda selesai berbicara.
"Bagus." Hanya itu yang Al ucapkan untuk menanggapi laporan yang dia terima.
Dari awal merencanakan kebakaran di Musai, dia sudah menduga bahwa kebakaran itu tidak akan besar. Salim pasti memiliki barisan anak buah yang cekatan dan waspada mengatasi hal-hal seperti itu. Kebakaran itu hanyalah sebuah peringatan kecil atau bisa juga disebut tantangan bagi pemimpin baru Salim Grup. Al Priando memberi tanda kepada pemuda di hadapannya untuk keluar dari ruang kerjanya. Dia kemudian bangkit berdiri, berjalan mendekati akuarium kaca yang tidak terlalu besar di mana sepasang koi merah dan putih tampak berenang. Dipandanginya ikan-ikan itu seraya tersenyum.
Akhirnya saat ini tiba. Saat dia akan berhadapan dengan Dewabrata Salim. Saat yang sudah dia tunggu-tunggu. Menghancurkan keluarga Salim adalah keinginan terbesarnya.
Dan Salim akan menerima kejutan berikutnya, segera, pikir Al seraya tersenyum makin lebar.
~*~
Yayang baru keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan untuk sarapan. Gadis itu sedikit kaget ketika menemukan kakaknya sudah duduk dan menikmati sarapannya bersama Pedro. Yayang tahu Dewa tidur di Rumah Utama semalam, tapi dia pikir Dewa sudah keluar rumah sebelum dia bangun seperti yang selama ini terjadi. Kakaknya hampir selalu menghindari duduk bersamanya di meja makan, kecuali orangtua mereka meminta.
"Pagi," sapa Yayang, mengambil tempat duduk di hadapan kedua lelaki itu.
Pedro menoleh dan tersenyum ke arah Yayang, sedangkan Dewa hanya terdiam menikmati omelet-nya.
"Pagi," sahut Pedro. "Aku sudah selesai. Aku harus mengecek ke depan sebentar," pamit lelaki itu seraya menyeka mulutnya dengan tisu dan kemudian berdiri meninggalkan Yayang berdua dengan Dewa.
Sambil menyendok sepotong besar omelet dan menuang segelas jus cranberry, Yayang mengamati sepintas kakak lelakinya. Dewa tampak lelah. Ada sedikit lingkaran hitam samar di mata lelaki itu. Mendadak mengurusi semua hal dalam keluarga kelihatannya benar-benar menguras tenaga lelaki itu.
"Besok malam ada rencana?" tanya Dewa tiba-tiba, menatap ke arah adiknya yang langsung berhenti menyuap makanan. Wanita itu berpikir sejenak sebelum kemudian menggeleng.
"Ada gala dinner pembukaan resto baru di salah satu hotel kita, Papa dan Mama yang seharusnya datang. Karena mereka tidak bisa, aku dan kamu diminta menggantikan, kalau kamu tidak sibuk."
Yayang terdiam sesaat, balas menatap Dewa. Cukup lama keduanya hanya saling menatap dalam diam sebelum akhirnya Yayang mengangguk. Ayahnya pernah bercerita tentang restoran baru dengan konsep sky dining yang dibangun di lantai paling atas salah satu hotel mereka di Jakarta.
"Jam berapa acaranya?" tanya Yayang.
"Tujuh."
"Baik, kita bertemu di lokasi jam tujuh," ucap Yayang mengangguk.
Dewa menggeleng. Kali ini tanpa menatap adiknya, lelaki itu berkata,
"Kita akan berangkat bersama dari sini."
Yayang sedikit tersentak kaget, gadis itu langsung menoleh, menatap kakaknya.
"Apa?" tanya lelaki itu ketika melihat ekspresi adiknya.
"Berangkat bersama?"
Dewa menatap adiknya dan berkata sambil berdiri,
"Apa yang aneh? Memangnya ini pertama kalinya kita berdua semobil? Aku berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless
Romance"Aku bukan Widura dan kamu bukan Padmarini. Aku juga bukan Papa, dan kamu juga bukan Mama. Tetapi aku pikir kita bisa belajar bersama untuk mencintai satu sama lain dengan cara kita." ~Dewabrata~ "Cinta itu barang langka, tidak semua orang tahu car...