Setelah beberapa chapter yang penuh dengan lawakan, mungkin di chapter ini akan sedikit mengandung bawang.Vote dulu sebelum baca
Selamat membaca...
****
Hembusan asap rokok ia keluarkan melalui hidung dan mulutnya. Artha, lelaki itu duduk di pembatas rooftop dengan kaki yang ia ayunkan. Matanya terpejam menikmati hembusan angin serta panas matahari yang menerpa kulit wajahnya.
Saat matanya terpejam, ia kembali mengingat kejadian tadi malam. Kejadian itu terus berputar saat Artha memejamkan matanya. Kejadian yang menimbulkan luka, di lengan kanannya. Luka akibat tawuran belum sepenuhnya kering, namun tubuhnya ditimpa luka baru kembali.
Artha membuka matanya lalu kembali menghisap rokoknya dalam-dalam. Dia melipat lengan jaketnya, menampakkan sebuah luka lebam serta sayatan di pinggirnya. Bukan, luka kali ini bukan karena luka hasil tawuran.
Artha merogoh kantong celananya, mengambil sebuah plaster lalu merekatkannya pada lukanya.
"Artha." Artha segera menarik lengan jaketnya saat mendengar suara yang memanggilnya.
"Lo bosen hidup atau mau mati hah?"
Artha sedikit menarik ujung bibirnya. "Sama arti goblok."
Aesa, lelaki itu berjalan ke dekat Artha.
"Turun lo, bahaya." Artha segera menuruti perintah dari sahabatnya itu. Ia turun dengan memegang pundak Aesa sebagai tumpuan.
"Ngapain lo disini?" Artha berjalan menuju kursi kelasnya yang ia sengaja bawa ke sini agar bisa ia duduki.
"Harusnya gue yang nanya itu. Kenapa lo kesini? Duduk di pembatas pula, mau mati lo?" Aesa menyusulnya lalu ia ikut duduk tumpukan papan.
Tak mendengar jawaban, Aesa melirik ke arah lelaki disampingnya itu yang sedang menghisap rokoknya. Tangannya pun terangkat untuk mengambil rokok yang masih di bibir Artha.
"Bahaya ngerokok terus-terusan. Paru-paru lu nanti sekarat." Aesa menginjak rokoknya lalu menendangnya hingga hancur.
Ia kembali menatap sahabatnya. "Ada masalah apa lo?" Sepertinya dia sudah mengetahui pikiran dari sahabatnya itu.
Artha kembali menarik sudut bibirnya. "Biasah. Masalah rumah tangga gue sama Bu Henny."
Tangan Aesa kembali terangkat, untuk memukul lengan Aesa.
"Aww...." Mendengar rintihan yang keluar dari mulut Artha, Aesa tercengang.
"Eee maaf, maaf. Sakit ya? Gue mukulnya terlalu keras ya?" Aesa sedikit mengusap lengan Artha yang terhalang oleh seragamnya.
"Nggak, nggak sakit kok."
Aesa berdiri lalu menatap tajam lelaki di sampingnya itu. Sepertinya ia tau sesuatu. Aesa memegang tangan kanan Artha lalu menarik lengan jaketnya.
"Eh lo mau apa? Mau ngelecehin gue, ya?"
Aesa menghiraukan perkataan yang keluar dari mulut Artha. Tatapannya berubah ketika melihat plaster dan luka lebam di tangan Artha.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUARTHA
Teen Fiction"Kita punya satu kesamaan, sama-sama penyembunyi masalah." ... Gelar buaya darat, mungkin panggilan yang tepat untuk seorang Januartha. Hidupnya tak jauh dari seorang gadis dan seorang guru BK. Spegner Squad adalah nama circle yang dibentuk olehnya...