Ini Aku

41 8 6
                                    

Aku tak pernah ingin berekspektasi lebih pada dunia serta makhluknya, karena sewaktu-waktu mereka bisa mengecewakan ku tanpa aku ketahui alasannya.

-Arasha Mahreen Ramadhani


Ini tentang aku. Anak yang tumbuh serta berjalan bersama luka yang terus menghantuinya. Ah bukan menghantui, melainkan luka yang terus saja mencengkram dirinya dari segala kobaran semangat akan hidup yang telah tumbuh.

Acha masih terjebak dalam genangan luka yang tanpa sengaja tergores oleh orang di sekitarnya semenjak ia berusia 13 tahun. Sakit, marah, kecewa semua itu bersatu dalam perasaan Acha kala itu. Anak yang sama sekali belum mengerti akan skenario semesta dan tuhan atas kehidupan setiap manusia di bumi ini.

Ia yang harus terus menangis kala mengingat luka itu, harus terus merasakan perinya, yang menyebabkan ia selalu mudah untuk menyimpan segala ekspresi hati karena terlalu sering menangis. Tangis yang keluar pun adalah tangisan yang tak ada seorang pun yang mengetahuinya dan tak ada satupun bahu yang bersedia menjadi tempat untuk ia berpulang.

Saat ini, ia masih berusia 15 tahun dan tengah menempuh pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ya, dia masih anak yang menggunakan seragam putih biru. Namun, siapa sangka sekitar dua bulan lagi ia akan melepaskan masa-masa yang menurut orang lain itu menyenangkan.

Dua bulan lagi, Acha akan meninggalkan sekolah itu. Ia akan menghadapi kehidupan yang baru dan harus kembali beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya. Luka pada tahun lalu di masa SMP itu akan ia kubur dengan rapat, tanpa ingin seorang manusia pun mengetahuinya.

Disekolah Acha banyak memiliki teman, tapi jangan salah paham dulu. Teman yang dia miliki bukan lah sebatas teman yang akan terus setia menjadi teman, melainkan teman yang hanya meletakkan nama sebagai daftar sosok pelengkap sementara dalam hidup.

Dan, satu hal yang mengejutkan dari dunia seorang Acha. Ia, masih terjebak di dalam dunia virtual. Ah, jangan salah ini bukan dunia virtual yang gelap akan hal-hal negatif yang memengaruhi. Namun, dunia virtual yang ia miliki adalah dunia yang di penuhi oleh orang-orang baik di dalamnya.

Dengan masuknya Acha pada dunia virtual ini, ia merasa memiliki rumah kedua yang bisa di jadikan tempat untuk pulang. Acha merasa ia memiliki teman sejati dengan adanya mereka di hidup Acha.

•••

Ini adalah hari Senin yang berarti semua orang akan kembali memulai semua aktivitasnya setelah menikmati weekend selama dua hari. Dan hari ini telah terjadi kericuhan kecil dimana ibu dari Acha tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi dan membangun kan kedua anaknya.

"Kak! kak! sekolah gak hari ini?" Ucap sang mama dengan sedikit berteriak.

"Eughh...iya mah sebentar." Jawab Acha dengan bergumam kecil.

Beberapa jam bergelut di alam mimpi, akhir Acha bangun dan mulai berjalan sempoyong menuju kamar mandi. Ia segera mandi karena sekarang sudah pukul 05.30.

Setelah mandi, melaksanakan kewajiban dan ritual paginya, Acha segera memakai seragam sekolahnya. Selesai memakai seragam sekolah, Acha keluar dari kamarnya dan berjalan menuju teras rumahnya untuk mengenakan sepatu.

Sang mama yang melihat anaknya berjalan keluar langsung menuju dapur untuk mengambilkannya makanan, ya Acha jika tak di antarkan oleh sang ibu maka ia akan meninggalkan sarapan paginya itu. Katakan saja bahwa ia adalah anak manja, namun semua itu sudah menjadi kebiasaan Acha sejak lama.

Tumbuh bersama lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang